Someone's Bedroom

103 15 2
                                    

Pusing di kepalanya makin menjadi, beruntung kali ini Hyunjin muncul di atas kasur, lebih tepatnya ia terjatuh di sana. Sedangkan makhluk aneh yang membawa ia ke ruangan —sepertinya kamar— berdiri tenang di dekat pintu. 
 
Rasa tak nyaman yang menggerogoti tubuh, Hyunjin abaikan, merangkak ke arah sisi kasur dan berusaha berdiri walau akhirnya ia jatuh terduduk. "Bagaimana? Di mana tuanmu?? Cepat panggil dia ke sini!!! Atau, atau bantu dia. Kau lihat bukan kalau tadi tuanmu kesakitan?!" Oceh Hyunjin, dirinya kalut.
 
"Muggle tidak berhak memerintah peri rumah, terlebih bukan tuan kami."
 
"Persetan!" Hardik Hyunjin kesal. Dirinya takut bukan main memikirkan si pria aneh yang sudah Hyunjin pastikan terluka parah, tapi si makhluk menyeramkan ini sama sekali tidak ada empati terhadap si pria yang selalu disebut tuan. "Bantu dia! Kalau dia mati bagaimana? Hah??"
 
Teriakan Hyunjin ia telan bulat-bulat. Netranya membola ke arah pintu yang terbuka oleh lelaki yang lagi-lagi berpakaian nyentrik. 
 
"Oh! Wow! Bloody hell! Apakah ini nyata?? Sam Hwang ada di kamarku?!!" Ucap lelaki itu setengah menjerit.
 
Hyunjin susah payah berdiri di kedua kakinya, tertatih ke arah pintu. Kemudian menyentak lengan kanan lelaki di hadapannya yang masih menahan histeris. "Kau manusia, bukan?"
 
Anggukan menjadi jawaban. "Bagus. Kau kenal pria yang ia sebut tuan? Pria bersurai coklat gelap sedikit ikal yang pakaiannya serba hitam." Telunjuk Hyunjin mengarah ke Ladon si peri rumah yang berdiri menatap datar dengan pupil hijaunya yang redup.
 
"Ya, tentu! Chris maksudmu, kan? Dia sahabatku. Memang kenapa?"
 
"Dia dalam bahaya!!! Kesakitan dan di ujung nyawa melawan tiga orang jahat yang terus-terusan menyerang, melempar cahaya yang meledakkan dinding! Dan kau tahu..." suara Hyunjin bergetar, jantungnya berpacu adrenalin, "Si makhluk aneh ini sama sekali tidak mau membantu tuannya." Telunjuk dan jari tengahnya bergerak mengutip kata tuan.
 
Si lelaki diam terpaku dan detik berikutnya terbahak hingga menyender pada kusen pintu. Sedangkan Hyunjin bingung mendapat reaksi yang tak seharusnya ia dapatkan. Mana ada orang yang tertawa kencang mendengar kabar bahwa sahabatnya dalam bahaya?
 
Mulut Hyunjin masih menganga lebar, kemudian menarik kerah kemeja kuning terang di hadapannya. "Aku tidak bercanda."
 
"Ya ampun! Maaf, maafkan aku. Tidak seharusnya aku tertawa. Tapi, Mr. Hwang, aku yakin Chris sahabatku baik-baik saja, walau pun terdapat luka. Kau tahu, resiko pekerjaan."
 
"Bagaimana kau bicara seyakin itu padahal kau tidak tahu kejadian aslinya!"
 
Cengkraman jemari Hyunjin dilepas secara perlahan, tubuhnya dipapah si lelaki untuk kembali duduk di pinggir ranjang. "Aku tahu karena Ladon masih bersikap tenang," bisiknya mengarahkan tatapan keduanya pada peri rumah yang sibuk membereskan tumpukan baju di atas meja belajar. "Hei, terima kasih, Ladon. Aku belum sempat melipat bajuku. Omong-omong, kembali ke pembicaraan dan sedikit penjelasan karena aku yakin Mr. Hwang si model terkenal yang tentunya seorang muggle merasa aneh dengan semua ini. Tapi, tidak semuanya, karena kau bisa tanyakan detailnya pada Chris, nanti setelah ia sampai."
 
Tanpa sadar Hyunjin diam mengangguk, menunggu penjelasan singkat dari lelaki yang sering tersenyum di depannya ini. 
 
"Kami ini penyihir dan ka—"
 
Hyunjin terkesiap, telapak tangannya refleks menutup bibirnya yang menganga lebar dengan netra yang membola. "Kau... seperti yang di film-film?"
 
"Hemm... tergantung. Tapi, kami tidak menculik anak kecil untuk dimakan."
 
"Lalu... magil magl apalah itu, yang ditujukan padaku. Dan, tongkat yang digunakan untuk mengeluarkan cahaya. Oh! Si ladun makhluk yang bentuknya menyeramkan. Jelaskan padaku, tak perlu terlalu rinci."
 
Sebuah tongkat kayu, tetapi berbeda warna dan ornamen dikeluarkan si lelaki dari kantong celana kulitnya yang memeluk ketat kakinya. "Muggle, m-u-g-g-l-e, sebutan untuk orang yang bukan penyihir. Ini, tongkat sihir, benda krusial bagi penyihir. Tiap penyihir memilikinya dengan bahan dasar yang berbeda-beda. Kami menggunakannya untuk melakukan aktivitas yang memerlukan mantra."
 
Di lubuk hatinya, Hyunjin ingin menyentuh tongkat dari kayu tersebut. Namun, ia urungkan, ada perasaan takut menyelinap di hati. Di bayangannya, jika ia menyentuh tongkat tersebut, dirinya bisa terpental jauh, atau tersayat, pokoknya hal-hal berbahaya lainnya yang dapat mencelakakan diri.
 
"Namanya Ladon, peri rumah yang mengabdi pada keluarga Bhang. Tidak semua keluarga memiliki peri rumah, hanya beberapa, kebanyakan yang berdarah murni. Kau ke sini karena bantuan Ladon, lewat apparate."
 
Makhluk yang dibicarakan memilih keluar kamar, entahlah bukan urusan Hyunjin.
 
"Sebuah cara transportasi sihir yang bisa berpindah tempat tanpa perantara. Memang agak kurang nyaman, seperti tertimpa barang berat dan bagian tubuh kita yang ditarik dari segala sisi. Cukup efisien, tapi susah dilakukan," lanjut si lelaki.
 
Hyunjin tersenyum, membalas cengiran si lelaki yang bangga telah bercerita panjang lebar. Suasana hening, memang sudah tengah malam juga. Rasa mengganjal dan tak nyaman masih melingkupi, bibir bawahnya ia gigit kecil, Hyunjin khawatir dengan si pria yang baru saja Hyunjin tahu bernama Chris. 
 
"Baiklah... sudah cukup malam ini. Lebih baik kau beristirahat sebentar, aku yakin Chris akan datang ke sini. Omong-omong, namaku Bambam, aku penggemarmu hahaha, terlebih ibuku yang selalu membeli majalah yang memampang wajahmu, Mr. Hwang."
 
Tawa kecil dari Hyunjin menerbitkan senyum lebar di wajah Bambam. Setidaknya, Hyunjin sedikit lebih rileks dari pertama kali mereka bertemu. "Kalau perlu sesuatu, cari aku di lantai bawah. Yasudah, aku pam— Bloody hell! Chris!!"
 
Bunyi bedebum menarik atensi keduanya. Si pria yang kini telentang dengan lemah sembari mengusap kepalanya yang terantuk headbed kayu. Napasnya memburu terdengar kering dan kasar. Hyunjin spontan membalikkan tubuhnya menghadap si pria, Chris, mengecek keadaan. 
 
"Bantu dia!"
 
"Aku tidak apa-apa."
 
Refleks Hyunjin menempeleng dahi berpeluh Chris. "Kau terluka! Apanya yang tidak apa-apa, hah?!! Lihat! Rahangmu berdarah, kau terus mengaduh kesakitan, lenganmu terluka panjang sampai baju usangmu itu robek!" omel Hyunjin, tatapannya beralih pada Bambam yang diam-diam memperhatikan keduanya. "Bisa kau obati dia dengan tongkatmu itu? Lakukan sesuatu!" Desak Hyunjin panik, terlebih darah terus keluar dari beberapa luka.
 
"Tentu, pekerjaanku menyembuhkan penyihir yang sakit dan terluka, disebut Healer. Dokter jika di dunia muggle." Sedikit menjelaskan, Bambam mengecek luka-luka yang menghiasi tubuh Chris, mengangguk paham apa yang harus dipersiapkan. "Tidak terlalu parah, aku ambil dulu satu dua ramuan yang dibutuhkan. Chris, kau masih bisa tahan rasa sakitnya?"
 
"Bisa."
 
Bambam tersenyum remeh, lalu pergi keluar kamar. 
 
"Apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?"
 
Lirikan singkat dari Chris amat menyebalkan di mata Hyunjin. "Berbaring dan tidur nyenyak sudah cukup," jawab Chris menepuk sisi kasur yang tersisa dan memang tengah Hyunjin duduki.
 
"Aku khawatir padamu dan dengan gampangnya kau menyuruhku untuk tidur?! Ditambah ini sempit, hanya cukup untuk satu orang."
 
Chris bergeser memberikan ruang agar tubuh jenjang Hyunjin dapat berbaring. "Cepat tidur, besok kita harus pergi dari sini. Bagaimana keadaan kakimu?" 
 
Tidak habis pikir Hyunjin dengan kelakuan si pria yang mengubah posisi jadi baring miring membiarkan lukanya tertekan kasur supaya Hyunjin bisa berbaring nyaman. 
 
"Sini tidur, aku tahu kau kelelahan. Tolong ikuti kataku tanpa ada tolakan, kita berdua butuh istirahat. Lukamu nanti akan disembuhkan Bambam."
 
Hyunjin akhirnya berbaring miring, menghadap Chris yang masih menatap Hyunjin. Keduanya saling diam. Meneliti keadaan dan penampilan masing-masing.
 
Keadaan Chris cukup parah, menurut Hyunjin, terlihat dari banyaknya luka di tubuh dan bekas sayatan kecil di wajah Chris. Kemudian fokusnya berpindah jadi memindai wajah Chris yang menurut Hyunjin lumayan tampan, tapi tidak setampan dirinya. Rahangnya tegas, pun netranya. Alisnya menukik tajam dengan slit di sebelah kiri. Hidungnya bangir dan besar, bibirnya agak tebal, dan terdapat lesung pipi ketika tersenyum.
 
"Eh!" Hyunjin terkejut melihat Chris yang tersenyum lebar menampilkan lesung pipi.
 
"Hahaha sudah selesai melihat wajahku?"
 
Hyunjin malu. Wajahnya ia sembunyikan di balik telapak tangannya yang terbalut mantel si pria.
 
"Wajahku standar pada umumnya, tidak setampan dirimu. Oh, ya! Benar. Kita belum berkenalan dengan baik. Aku Christopher Bhang, kau bisa panggil aku Chris."
 
Telapaknya diturunkan sebatas mata. "Sam Hwang. Kau bisa panggil aku Hyunjin, Sam merupakan nama panggungku. Tmi," suara Hyunjin teredam mantel.

"Ok, Hyunjin. Memang apa pekerjaanmu? Kutaksir orang berpengaruh atau terkenal. Kamarmu luas dan terlihat mahal."

"Heum... hanya model."

Chris mengangguk.

Pintu terbuka, Bambam masuk dan mulai menyembuhkan sahabatnya itu. Semua yang Bambam lakukan diperhatikan saksama oleh Hyunjin, mulai dari ayunan tongkat yang secara ajaib menutup luka ringan, hingga cairan yang diminumkan ke Chris yang di simpan di dalam botol berbentuk aneh.

"Mana yang lain? Kau bekerja sendiri kali ini?" Tanya Bambam di tengah pekerjaannya.

Chris meringis, perih. "Tidak. Kami tetap satu tim, hanya saja harus berpencar. Diadem itu satu paket dengan kalung dan anting. Sialnya, ketiga barang tersebut terkena mantra hitam yang cukup kuat."

"Mungkin besok kami bertiga bertemu untuk menghancurkan mantranya. Semoga mereka sudah mendapatkan barang-barangnya," lanjut Chris.

Selesai. Pekerjaan Bambam mengobati Chris ditutup dengan ia yang memberikan cairan berbau aneh untuk diminum Chris.

"Tolong obati kaki Hyunjin, sepertinya terkilir," ucap Chris setelah ia meminum obat.

"Siapa Hyunjin?" Tanya Bambam bingung.

Dengan malu-malu Hyunjin menjawab, "Itu... namaku. Hyunjin Hwang."

"Oh! Bukannya Sam?"

"Kau tahu, nama panggung."

Bambam tersenyum lebar. "Oh, baiklah. Sekarang aku akan mengobatimu, terkilir merupakan hal yang mudah untuk dibereskan."

Bambam berjalan memutari ranjang dan mulai mengobati Hyunjin. Rasa menyengat mengejutkan Hyunjin hingga tanpa sadar menjerit dan memegang erat lengan Chris.

"Aw! Sakit..."

"Maaf. Ok, sudah selesai. Coba gerakkan kakimu."

Hyunjin mematuhi anjuran Bambam, menggerakkan kakinya yang luar biasa membaik, tak ada lagi rasa sakit. Hebat.

"Keren! Bagaimana bisa?"

"Sihir. Nah, sekarang waktunya tidur."

Setelahnya Bambam pamit dan meninggalkan dua tamunya tidur.

Masih belum sadar, tangan Hyunjin kini diusap perlahan oleh Chris. Segera Hyunjin menarik tangannya.

"Maaf, aku malah menyakiti tanganmu yang terluka."

"Tak apa. Waktunya tidur. Selamat malam."

"Selamat malam."

The Cursed Diadem: And Hyunjin's New WorldWhere stories live. Discover now