Seakan malu guru TK-nya tahu kalau ia menangis, Sunoo pun menyembunyikan wajah merah dan basahnya di ceruk leher sang ayah. Dan Heeseung terkekeh pelan, "He's not a big fan of farewell."

Sekali lagi, manik mereka bertemu. "Well, I guess nobody is," sudut bibirnya sedikit naik. Sorot matanya begitu lembut. Namun kali ini, Jake lah yang pertama kali memutus pandangannya. "I guess you should get going."

"Oh, right." Heeseung langsung teringat kalau ia belum check-in bagasi. Dan sepertinya, sedari tadi pun Riki sudah bolak-balik menghubunginya karena ia bisa merasakan ponselnya yang terus-terusan bergetar di saku celana. Dan tangisan anaknya yang tadinya sudah mulai berhenti, kini dimulai lagi. Ia menempelkan bibirnya di kening Sunoo dan membiarkannya di sana untuk beberapa saat. "Jangan nakal yaa, Sunoo. Dengerin apa kata Om Jeyi sama Jake-ssaem, okay?"

Sunoo tidak menolak ketika Heeseung melepaskan pelukannya dan membiarkan Jay untuk gantian menggendongnya. Dan ketika Sunoo sudah berada di dekapan Jay, Jake baru sadar kalau mantel yang Heeseung kenakan terlihat begitu basah di bagian pundaknya, air mata dan ingus semuanya menempel di sana. Jake mengulum senyumnya.

"Safe flight ya, Bang. Kabarin gue kalo dah landing," ujar Jay. Yang lebih tua mengangguk.

Dan ketika Heeseung beralih ke Jake, pria yang lebih kecil mengatakan, "Hati-hati ya, Mas. Barang bawaan sama dokumen-dokumen pentingnya dijaga." Lagi, Heeseung mengangguk.

Lelaki itu terlihat ragu saat ia menaruh tangannya di pundak Jake. "Kabarin saya tiap hari ya, Jake." Ia memberikan satu cengkeraman lemah di pundaknya sebelum ia menurunkan tangannya dari sana.

"Jay, gue titip Sunoo sama Jake ya," Heeseung mengucapkan kalimat itu sebelum otaknya dapat memprosesnya dua kali. Dan, tentu saja, Jay menaikkan alisnya mendengar hal itu. Namun yang lebih muda tetap mengiyakan. "Ayah berangkat dulu yaa, Sunoo." Sekali lagi, ia memberikan satu kecupan ringan di pipi anaknya sebelum ia melangkah ke konter check-in, meninggalkan tiga orang di situ yang menatap punggungnya semakin menjauh.

───────────────────────

Perjalanan di mobil hanya diisi dengan radio bervolume kecil — nyaris tak terdengar karena beradu dengan suara isak tangis Sunoo. Si kecil duduk di pangkuan Jake di kursi penumpang, sedangkan di sampingnya, Jay terlihat fokus menyetir.

"Hey, it's okay, buddy. I'm here, Omnya Sunoo juga ada di sini nemenin Sunoo." Jake mengusap jejak air mata yang membasahi pipi bulat itu. "Ayah will be back before you know it."

Mendengar itu, ia menahan tangisnya sejenak. Matanya merah, menatap gurunya. "B-beneran?"

Jake mengangguk. "Iya. Kita juga bisa tiap hari video call-an sama Ayah kok. Sunoo mau liat Ayah kan?"

Kini, giliran Sunoo yang mengangguk antusias. Ia mengusap rambut lembut Sunoo dan membiarkan yang lebih kecil bersandar di dadanya.

Jay melirik ke samping, "Jake-ssi udah makan kah? Kita bisa mampir beli take-away dulu kalo misal belom makan."

"Ngga usah terlalu formal sama aku, Kak," Jake tertawa pelan. "Tapi, engga, makasih. Aku tadi pagi udah sarapan kok."

Jay menggumam sebagai tanggapannya. "Oh iya, barang-barang kamu gimana? Udah ada di rumah Bang Heeseung kah?"

Yang lebih muda menggeleng, "Aku masih perlu ngambil barang-barangku di apartemen."

"Oh, kalo gitu ini berarti kita ke tempat kamu dulu yaa?"

"Iya, Kak."

"Masukin ajaa alamat apartemen kamu." Jay menunjuk layar GPS dengan dagunya, dan Jake pun menurut.

someone to take you home | HEEJAKEWhere stories live. Discover now