Chapter 2

4 1 0
                                    

"Nama kamu Naraya?" tanyanya lagi.

Naraya atau yang sering di panggil Raya itu hanya mengangguk kaku, sedangkan si lawan bicara kini mulai tersenyum dan kali ini terlihat tulus.

"Selamat datang di tempat ini. Sayang sekali kedatangan kamu di sini harus disambut dengan kematian seseorang," ucap Nabila seraya pandangannya lurus ke arah depan.

Raya yang tidak mengerti maksud perkataan Nabila pun hanya ikut memandang kemana arah gadis itu menatap, dan alangkah terkejutnya saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri di depan sana ada seseorang yang terbujur kaku dengan darah yang bercucuran, dan entah darimana datangnya tiba-tiba ada sebuah cahaya yang menyorot kearah mayat tersebut seperti halnya dalam panggung pertunjukkan.

Pemandangan yang sangat mengerikan. Kakinya mendadak sangat lemas hingga ia tidak bisa menahan tumpuan tubuhnya sendiri dan berakhir terduduk lunglai.

Selama hidupnya baru kali ini ia melihat seseorang yang sepertinya dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri dari lantai atas atau mungkin sengaja dijatuhkan? Entahlah tapi ia mulai berpikir jika suara teriakan yang ia dengar tadi adalah teriakan orang tersebut sebelum jatuh dari atas sana.

Namun anehnya di sini adalah tidak ada satu orang pun yang menolong orang tersebut. Semua orang yang ada di sana hanya terdiam tanpa bertindak apapun. Bahkan sebagian dari mereka hanya menatap seseorang itu dengan tatapan yang seolah-olah mereka sudah terbiasa melihat hal itu.

Aneh. Sangat aneh.

Air mata kini kembali menetes dengan deras. Air mata itu juga terasa hangat di pipinya karena hawa di sekitar sana menjadi semakin dingin.

Keadaannya saat ini sangat tidak masuk akal dan lebih tidak masuk akal lagi ketika mayat itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Bahkan darah yang tadinya bercecerpun ikut menghilang.

Sudah lelah dengan semua kejutan yang ia dapatkan, Raya hanya mampu memejamkan matanya berharap nanti saat ia membuka matanya ia hanya bermimpi dan bisa terbangun kembali di kasur empuknya.

Namun harapan tidak sesuai dengan realitanya karena ia masih bisa mendengar suara langkah kaki yang pergi meninggalkan tempat itu.

"Kumohon ini hanya mimpi, kumohon," gumaman yang terdengar tidak jelas itu terus Raya rapalkan tanpa henti.

"Terima saja, kamu tidak akan semudah itu pergi dari tempat ini," suara Nabila kini kembali terdengar setelah sedari tadi ia hanya melihat dengan tatapan miris pada Raya.

Tidak ada balasan, Raya hanya terus bergumam tidak jelas dan mencoba menulikan pendengarannya. Hingga akhirnya keadaan benar-benar hening. Raya merasakan jika di sekitarnya kini sudah tidak ada siapapun lagi.

Dengan ragu ia mencoba membuka matanya seraya masih bergumam pelan.
"Pliss semoga ini di kamar. Ku mohon."

Dan saat mata indah itu sudah terbuka tiba-tiba..





















"Aaaaaaaaaaaaa."

Yang awalnya sudah lemas, Raya semakin dibuat lemas hingga rasanya ia merasa kehilangan pasokan udara di sekitarnya. Hingga tangisan Raya kini kembali pecah membuat suasana hening itu hanya diisi dengan suara tangisannya.

Sedangkan seseorang yang membuatnya terkejut hanya memandang Raya dengan tatapan yang sulit diartikan. Orang itu berjongkok dengan wajah yang menunduk menatap Raya.

"Jangan nangis! Saya bukan hantu!" ucapnya terdengar tegas dan marah.

Raya yang mendengar itu semakin menangis dengan wajah yang ia telungkupkan di lipatan lututnya yang menekuk. Jika bisa ia memilih untuk pingsan saja daripada harus menghadapi hal-hal aneh yang lainnya lagi.

Di tengah rasa takutnya tiba-tiba ia teringat jika setelah mengerjakan tugasnya ia sempat menyempatkan diri untuk melihat film horor di leptopnya atas rekomendasi dari temannya, apa mungkin karena hal itulah ia menjadi berada di situasi yang menyeramkan seperti ini. Tapi film yang ia tonton bahkan tidak menyeramkan sama sekali menurutnya jika dibanding dengan keadaannya saat ini.

Selanjutnya Raya bisa mendengar seseorang yang masih ada di hadapannya itu berdecak kesal. "Ya udahlah terserah."

Kalimat itulah yang terakhir kali Raya dengar dari pemuda di hadapannya, setelahnya ia hanya mendengar langkah seseorang yang pergi menjauh dari tempatnya sekarang.

Raya pun mulai beringsut mundur dengan mata yang masih setia terpejam, dan tanpa sengaja punggungnya merasakan menabrak sesuatu dan ternyata itu hanya sebuah batang pohon. Ia ingat jika tadi ia berdiri di dekat pohon yang cukup rindang.

Akhirnya ia menyandarkan tubuhnya di sana dan lagi-lagi Raya hanya bisa kembali menangis di bawah pohon itu. Dipikirannya saat ini ia hanya ingin pergi dari sini. Ia tidak memikirkan lagi kemana perginya semua orang dan bahkan ia melupakan orang yang mengajaknya berbicara dan menariknya ke tempat ini.

Hingga tanpa ia sadari ada tiga orang yang kini berada tidak jauh dari sana dengan tatapan mengarah lurus pada Raya. Tatapan mereka berbeda-beda, yang satu hanya menatap Raya dengan tatapan datarnya, kemudian yang satunya menatap Raya dengan tatapan miris, sedangkan yang satunya lagi tengah menyeringai senang.

"I got you."






















{Bersambung}

Dikit-dikit aja ya biar gak bosen. Hehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not DetectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang