3. Sepasang Naga

24 3 0
                                    

Cerita kali ini sedikit... romantis bisa dibilang. Pertama-tama, mari kita lihat dua karakter utama cerita kali ini.

Naga Bayangan adalah seekor Naga jantan yang berhasil meneruskan tahta dari Raja Naga sebelumnya.

Sementara Naga Cahaya adalah putri dari Raja Naga sebelumnya.

Para Naga, ketika Rajanya wafat, mengusul kepada Naga Bayangan untuk mempersunting Naga Cahaya sebagai istrinya. Naga Bayangan pun setuju karena ide tersebut bisa membantu memperkuat pengaruhnya sebagai Raja baru.

Namun Naga Cahaya, yang tidak terima akan kebenaran Ayahnya yang wafat karena sakit, tidak terima dan menentang usulan itu. Dia tidak akan menikah sampai dia tahu kebenaran tentang penyakit apa yang menggerogoti tubuh Ayahnya sampai beliau bisa menghembuskan nafas karena itu. Sekuat apa penyakit itu sampai-sampai bisa membunuh Ayahnya, Raja Naga yang sakti, dan dipuji-puji oleh dunia.

Terdengar menjengkelkan, memang. Tapi mau bagaimana lagi, hubungan Ayah-Anak antara Naga Cahaya dan Raja Naga memanglah sangat erat. Jadi tidak heran bahwa Naga Cahaya akan bereaksi seperti ini.

Dikatakan bahwa jika seseorang kehilangan seseorang atau sesuatu, seseorang itu akan melalui 5 tahap duka. Tahap pertama adalah Penyangkalan, tahap kedua Kemarahan, tahap ketiga Tawar-menawar, tahap keempat Depresi, dan tahap kelima Penerimaan.

Naga Cahaya mengalami kelima tahap secara bersamaan, membuktikan betapa terkejudnya dirinya akan kematian sosok Ayahnya yang dia pandang sebagai orang terkuat di dunia.

Jadi, dia mengurung diri.

Naga Bayangan yang mengetahui hal itu pun berusaha untuk mengembalikan Naga Cahaya ke dirinya semula, yang berwibawa, agung, dan bertutur kata dengan indah.

Dia mengabaikan saran dari para Naga untuk melupakan soal pernikahannya dengan Naga Cahaya.

Naga Bayangan menolak. Menurutnya, Naga Cahaya merupakan orang yang tepat untuknya. Dan mengetahui bahwa para Naga hanya bisa hidup dengan satu pasangan seumur hidup mereka, Naga Bayangan makin teguh dengan pendiriannya.

Suatu hari, Naga Cahaya jenuh dengan buku-buku yang dia baca. Dia lalu memutuskan untuk pergi keluar, mencari suasana baru dan menenangkan hatinya.

Bertemulah dia dengan Naga Bayangan yang sedang dalam perjalanan menuju sarang Naga Cahaya, membujuknya untuk berbicara dengannya entah untuk keberapa kalinya.

"Cahaya! Akhirnya kau keluar dari sarangmu," seru Naga Bayangan kala melihat Naga Cahaya yang berjalan di depannya.

Naga Cahaya lalu memilih untuk mengabaikan Naga Bayangan dan pergi ke sungai tempat dia biasa kunjungi ketika merasa jenuh.

Sambil mengabaikan Naga Bayangan yang terus mengoceh tentunya.

Naga Bayangan yang merasa diabaikan pun semakin lama semakin sedikit kalimatnya.

Lalu dia berucap, "Apakah kau sangat ingin mengetahui kebenarannya?" kepada Naga Cahaya.

Naga Cahaya pun dengan cepat mengalihkan pandangannya dan menatap Naga Bayangan.

Naga Bayangan pun menghela nafas dan ikut duduk disamping Naga Cahaya.

Dia kemudian bercerita.

Bahwa dia yang kala itu masih muda dan masih berlatih dengan Raja Naga, diberi nasehat dan petunjuk oleh Raja Naga sendiri.

Raja Naga berkata bahwa umurnya sudah tidak panjang lagi. Dia tidak lagi muda seperti dulu. Ditambah dengan luka di masa lalu yang semakin hari semakin parah, dia kemungkinan besar akan pergi sebentar lagi.

Dia pun kembali berkata, untuk Naga Bayangan menjaga putrinya yang keras kepala. Untuk menceritakan soal kebenaran tentang kelahiran Naga Cahaya, tentang Istri sang Raja.

Naga Cahaya pun bingung, apa aku bukan putrinya?

Naga Bayangan yang melihat reaksi Naga Cahaya pun kembali melanjutkan kisahnya.

Katanya, dulu sang Ratu pernah menyelamatkan sebuah telur Naga dari cengkraman para Manusia serakah yang ingin memperbudak Naga yang berada di telur itu. Dia menyelamatkannya dengan bayaran nyawanya sendiri. Meninggalkan dua butir telur.

Ya. Dua.

Yang satu Naga Cahaya, dan satunya lagi adalah anak kandung dari Raja sendiri, Naga Bayangan.

Naga Cahaya pun syok, hampir tercebur ke dalam sungai gara-gara fakta itu.

Tetapi cerita Naga Bayangan belum selesai.

Dia berucap bahwa penyakit Raja merupakan hasil dari para Manusia yang ingin merebut kembali telur Naga Cahaya. Mengakibatkan dirinya mengalami luka parah yang tidak bisa disembuhkan. Entah apa yang dilakukan para Manusia kepadanya.

Memang, umat Manusia. Bahkan aku saja tidak tahu apakah mereka Mahakarya Tuhan atau sebuah produk kegagalan.

Naga Cahaya yang mendengar itupun marah. Dia berniat untuk menyerang para manusia saat itu juga.

Tetapi dicegat oleh Naga Bayangan yang sudah menebak tentang apa yang akan dilakukan Naga Cahaya ketika mengetahui ini.

Naga Bayangan berkata bahwa para Manusia yang dulu ingin mencuri mereka berdua dari tangan Raja... menghadapi akhir yang kurang baik.

Naga Bayangan ketika pertama kali mendengar cerita dari Raja juga ikut marah kepada Manusia dan langsung pergi menyelidiki siapa gerangan yang bisa mencelakai sang Raja.

Dia lalu mengetahui sebuah fakta, atau mungkin bisa dibilang... pencerahan. Bahwa alam akan memberi penghakiman yang lebih kejam kepada orang-orang yang mencelakakan anaknya sendiri.

Hanya itu yang diucapkan oleh Naga Bayangan.

Ya. Para Manusia itu sudah mati. Diserang oleh Naga lain yang marah telur mereka diambil begitu saja.

Katanya mereka semua mati dengan keadaan Jiwa yang tercincang-cincang dan tubuh yang menjadi debu.

Mendengar hal itu, Naga Cahaya pun meredamkan emosinya dan berucap, "Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?"

Naga Bayangan pun tersenyum. Tidak menyangka bahwa Naga Cahaya akan menerima kenyataannya dengan secepat ini mengingat bagaimana wataknya.

Kelanjutan dari cerita ini? Haha. Bisa dibilang, mereka hidup dengan bahagia.

Para Manusia yang mencuri telur naga tadi, bagaimana nasib mereka setelahnya? Ohoho. Kau ingin tahu?

Cerita itu, mungkin kalian semua tidak akan kuat ketika mendengarnya.

Hahaha, Bhahahahahah!

The Watcher's PresfectiveWhere stories live. Discover now