Gelap dan terasa sedikit sesak, juga … hei? Kenapa ia tak bisa bergerak?
Ilino meneguk saliva kasar tatkala sadar sepertinya ia gagal dalam upaya pelariannya. Pun sepertinya juga ia sudah tertangkap saat ini, karena meski tak dikatakan dirinya tentu tahu kalau ia sedang dalam keadaan terikat dengan posisi duduk di kursi dan kepala tertutup kain hitam.
Apakah setelah ini ia akan mati dipenggal? Ratu jahat itu tentu takkan ragu merenggut nyawanya dengan cara yang kejam.
Ah, Ilino mulai putus asa dan pasrah dengan nasib malang yang akan mendatanginya sebentar lagi. Mungkin seharusnya ia sudah memanjatkan doa saat ini, meminta Yang Esa agar ruhnya bisa tenang di alam lain nanti, dan mungkin bisa dipertemukan dengan orang tuanya kembali. Namun tatkala mulai merapalkan untaian doa, mendadak telinganya menangkap sesuatu.
"Apa dia sudah bangun?"
"Entahlah. Mungkin sudah?"
"Kenapa kamu tak melihatnya?"
"Kenapa bukan kamu saja?"
"Hei! Kalian ini berisik sekali, diamlah!"
"Bukannya sudah kubilang segera bunuh saja, kenapa harus dibawa segala sih?!"
"Aku tidak bisa! Dia tak membawa senjata apa pun di tubuhnya."
Baiklah, Sang Pangeran menyimpulkan kalau suara-suara barusan yang didengarnya bukan hanya berasal dari dua orang saja, melainkan ada banyak. Entah, sepertinya sekitar lima atau mungkin bisa lebih?
Srekk!
Mendadak kain hitam yang menutupi kepalanya ditarik, dan saat itu juga ia menemukan tujuh orang lelaki bertubuh mungil tengah menatapnya tajam. Satu di antara mereka menarik sebilah pisau lalu berjalan memutar ke belakang Ilino sebelum menarik rambutnya—hingga kepala Sang Pangeran menengadah juga memekik rendah—dan menempelkan pisau tajam yang ia genggam sembari berkata, "Katakan padaku, siapa dirimu?!"
Dan satu di sebelahnya yang memakai baju berwarna coklat muda menambahkan, "Kamu ini penjahat kelas mana? Perampok? Atau pembunuh?"
Mendengar itu semua Ilino lantas mengernyit heran, "Hm?" Ia hendak menjawab namun tak bisa karena mereka mengikat seutas kain di mulutnya.
"Cepat jawab!" hentak yang pertama, namun kemudian kepalanya dipukul oleh temannya yang lain hingga memekik kencang. "Aduh! Apa-apaan kau ini!" omelnya.
"Kamu bodoh? Bagaimana bisa dia menjawab kalau mulutnya saja ditutup begitu?!" geram si oknum pemukul kepalanya tadi.
"Oh? Iya, ya. Aku lupa." Kawannya itu tertawa kikuk, ia menurunkan pedangnya sebelum membuka ikatan di mulut Sang Pangeran. "Baiklah, sekarang jawab!" hentaknya lagi.
"Ehm ... maaf, kalian ini siapa?" Alih-alih menjawab apa yang dipertanyakan lelaki kerdil itu, Ilino malah mengatakan hal lain. Ada suara meringis pelan lantaran kepalanya sakit karena rambutnya ditarik ke belakang dengan kuat sekali.
أنت تقرأ
The Prince, The Queen, and The Hunter [Banginho]
قصص الهواةNamanya Alexander Ilino, satu-satunya Pangeran di Kerajaan Alzarneast. Sosok manis dengan kulit seputih salju, rambut sehitam kayu eboni, pipi merona semerah darah, dan manik mata sekelam malam. Perangainya murah hati, lemah lembut, dan amat manis l...