BAB TIGA PULUH DELAPAN

Start from the beginning
                                    

Menurunkan pandangannya, tatapan Jayden berhenti pada perut Dera yang tampak membesar di balik dress bermotif bunga yang wanita itu kenakan. Kelopak mata Jayden bergerak naik turun.

"Kamu ...." Ucapan Jayden menggantung, saat Dera mengerti kemana arah pandang pria itu, ia refleks memegang perutnya dan membuang muka.

Karena merasa canggung, Dera menepis tangan Jayden, berbalik dan hendak pergi, namun Jayden sudah lebih dulu menahan, pria itu menggeleng, menggenggam erat tangan Dera.

"Maaf, maafkan saya. Saya tahu, saya tidak pantas untuk kamu percaya lagi, tapi saya mohon sekali ini saja, dengarkan penjelasan saya, saya mohon ..." pinta Jayden, kepalanya tertunduk bersama tubuhnya yang meluruh secara perlahan, hingga bersimpuh di depan Dera, membuat wanita itu terkejut.

"Jay!" kejut Dera akhirnya membuka suara, wanita itu melotot kaget menatap Jayden dan menggeleng beberapa kali.

Pasalnya mereka kini berada di pinggir jalan kota, banyak orang yang berlalu-lalang, Dera tak mau menjadi pusat perhatian banyak orang karena apa yang Jayden lakukan.

"Apa saya perlu sujud di kaki kamu, agar kamu mau mendengarkan penjelasan saya?" ujar Jayden, membuat napas Dera tersendat

Alis wanita itu melengkung dengan glabelanya yang mengerut, ia kembali menggeleng. "No, Jay, you shouldn't do this," larang Dera, membawa Jayden untuk kembali berdiri.

"Dengarkan saya sekali ini saja, Dera, saya mohon ...," pinta Jayden lagi, menggenggam tangan istrinya penuh harap.

Mengalihkan pandangannya, Dera menggigit bibir sesaat dan menghela napas. "Baiklah, mari mencari tempat untuk berbicara, aku tidak bisa berdiri terlalu lama," tandas Dera pada akhirnya.

Lalu keduanya berakhir di sebuah kafetaria yang terletak tak jauh darisana. Mereka duduk bersampingan di sebuah meja bundar, dengan tangan Jayden yang tak lepas menggengam jemari Dera sembari mengusapnya, pria itu menjelaskan secara gamblang- semuanya, tak ada yang ia tutupi, sedang Dera hanya diam, mendengar dan mencerna apa yang dikatakan oleh Jayden.

Apa yang sempat Dera dengar dan lihat tiga bulan lalu sebelum ia meninggalkan Indonesia adalah sebuah kesalahpahaman, Jayden sendiri juga terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Maudy. Jayden tidak berbohong tentang hubungannya dengan Maudy yang sudah berakhir, hanya saja, Jayden tidak tahu kenapa saat itu Maudy tiba-tiba berkata demikian.

Menarik napas dalam, di akhir penjelasannya Jayden mengulas senyum kecil. "Kata maaf saja tak cukup untuk membayar apa yang telah saya perbuat. Saya memang bodoh karena sudah menyia-nyiakan kamu, padahal untuk merelakan kamu pergi saja, nyatanya saya tidak mampu."

Sorot mata Dera melayu. Entah kenapa, hatinya terasa sakit melihat Jayden seperti ini. Pria itu nampak lebih kurus dari terakhir kali Dera melihat, matanya sayu lengkap dengan kantung mata yang menghitam. Entah hal apa yang telah pria itu lalui selama tiga bulan ini.

Namun alih-alih membalas apa yang dikatakan Jayden, Dera justru menanyakan sesuatu yang lain. "Darimana kamu tahu jika aku berada di sini?"

"Mario. Dia yang membantu saya untuk menemukan kamu. Sebetulnya sudah sejak dua bulan yang lalu, hanya saja, sahabat kamu, Jessy, melarang saya untuk menemui kamu dalam waktu dekat dan sebagai gantinya dia akan memberitahu saya kabar tentang kamu. Akhirnya kami membuat kesepakatan, lalu semakin hari, saya pikir, kabar saja tidak cukup, karena saya butuh menemui kamu. I miss you, more, Dera," urai Jayden membeberkan dengan jelas.

Sudah empat hari ini Jayden kembali ke New York, namun baru tempo ini ia berani untuk menemui Dera, sebelumnya Jayden hanya bisa memandangi apartemen tempat wanita itu tinggal tanpa bisa menghampiri. Ia selalu bersembunyi, memperhatikan dari kejauhan, kendati tak pernah menemukan Dera keluar, kecuali siang hari ini tadi.

AffectionWhere stories live. Discover now