CHAPTER 2

71 7 0
                                    


Manakah yang lebih bersinar, bulan purnama tanpa langit berawan; ataukah itu senyummu?


Kamu selalu merekahkan lengkungan bibir dengan sepenuh hati. Kamu tidak pernah terlibat kepura-puraan, kamu yang membawaku melihat sisi lain dunia ini.  Aku menatapmu dengan penuh pemujaan.  Ah, bisakah aku seperti ini selamanya?


"Albedo? Kenapa menatap sampai segitunya?" Ah, aku tidak sadar. Apa kamu merasa risih olehku? Setelah dipikir-pikir, aku nampak macam orang mesum. "Kalau sudah selesai sama pikiranmu kita langsung ke minimarket, ya."


Aku tersenyum. "Tentu. Aku boleh mampir makan malam?"


Kamu mengangguk dan tersenyum. Tentu saja.


.


Pertama kali aku bertemu [Name] ialah saat-saat ujian tengah semester berlangsung. [Name] yang terlambat bangun menabrakku yang sedang membawa setumpuk kertas soal. Kertasnya jatuh berhamburan, begitu pun gadis itu. Apakah tubuhku sekeras itu sampai dia mental layaknya menabrak dinding? Atau karena gadis ini terlalu kurus?


Aku melihat wajahmu. Tipikal wajah panik takut dihukum guru. 


"Maaf, Kak. Saya sedang tidak fokus," katanya sambil memunguti kertas.


Aku membungkuk. Melihat adik kelas dilanda situasi kejepit aku menawarkan, "Kamu duluan ke kelas saja. Biar aku yang bereskan sisanya."


Kulihat matamu bercampur sorot lega dan tak enakkan. "K-kalau gitu- maaf, ya, Kak. Makasih!"


Begitu saja, lalu kamu pergi.


Selepas ujian, kupikir aku tidak akan bertemu kamu lagi. Insiden menabrak orang lain di sekolah ada satu dari sekian insiden yang terjadi. Pikirku, adalah satu persepuluh kita akan bertemu lagi di sekolah seluas ini. Jadi aku tak ambil pusing, dan menganggap itu angin lalu.


Tapi kamu datang ke kelasku. Mencariku.


"Halo, Kak. Saya yang nabrak tadi pagi. Kakak punya waktu tidak?" Di waktu makan siang? Yang benar saja. Siapapun tidak mau waktu istirahatnya diganggu. Tidak, jawabku. "Kalau Kakak mau, saya ajak ke kantin, yuk?" 


Ketika itu aku tak punya prediksi tentang masa depan. Aku tahu niatmu hanya ingin meminta maaf. Jadi aku iyakan saja. Jam istirahat habis dan kita kembali, tapi kamu meninggalkan sebuah gantungan kunci jam pasir. Saat aku memanggilmu, kamu sudah pergi.



***




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

REPLAY [ALBEDO X READER]Where stories live. Discover now