0.0 : Musibah Beruntun.

1K 453 2.7K
                                    


    Jauh di atas bukit yang jauh dari perkotaan, terdapat sebuah rumah kayu berlantai dua yang mungkin terlihat kosong dari kejauhan. Namun, sejatinya rumah itu sangat ramai, tetapi misterius.

    Penghuni rumah itu bisa dibilang sangatlah banyak, yaitu sejumlah empat puluh orang dan semuanya laki-laki. Ya, mereka adalah satu keluarga kandung yang hidup bahagia seakan tanpa beban. Sehari-harinya, anak-anak itu menghabiskan waktu dengan bercocok tanam di ladang atau memelihara ternak mereka yang sangat banyak.

    Ya, sungguh bahagia bukan?

    Hingga pada suatu hari, terdapat dua anak berbeda usia yang keluar dari rumah itu. Mereka adalah Sunghoon yang pada saat itu berumur sepuluh tahun dan Soobin yang berumur dua belas tahun. Kedua kakak beradik itu sedang berjalan menuju kebun untuk memetik apel yang nantinya akan dijadikan sirup untuk dijual di kota.

    "Bang, nanti apelnya boleh aku minta satu gak? Dari kemarin aku ingin makan apel," pinta Sunghoon dengan mata berbinar.

    "Boleh, tetapi hanya satu saja," jawab Soobin seraya memberikan satu keranjang besi kepada Sunghoon.

    "Mengapa harus satu, Bang? Bukannya pohon apel kita sangat banyak. Lagipula sepuluh botol sirup apel juga cukup untuk menghidupi keluarga kita yang sekecamatan ini," tanya Sunghoon dengan begitu ceriwis karena jawaban Soobin yang menurutnya kurang masuk akal.

    Soobin hanya terkekeh, lalu sambil mengelus rambut Sunghoon, dia berbisik.

    "Iya memang, tetapi sepuluh botol sirup apel itu belum tentu dapat menghidupi keluarga kita sampai musim apel berikutnya datang lagi, kan?"

    Sunghoon yang mendengar itu hanya tertawa, lalu berlari riang menuju kebun apel. Namun, sesampainya di sana, dia malah dikejutkan dengan suatu pemandangan mengerikan.

    "Bang, kebun apelnya!" seru Sunghoon dengan wajah pucat, sementara tangannya mendadak berkeringat hingga keranjang yang dibawanya jatuh. Ya, kini di hadapannya bukanlah kebun apel yang rimbun dengan apelnya yang manis. Melainkan pepohonan kering dengan buah yang mulai membusuk.

    "Astaga, apa yang terjadi?" tanya Soobin saat melihat kekacauan itu dengan wajah pucat dan mulut ternganga saking tak percaya dengan apa yang terjadi.

    "Bang, panen kita gagal!" rengek Sunghoon dengan air mata yang mulai menitik. Sementara Soobin masih menggigit bibir bawahnya, berusaha berpikir jernih.

    "Tenang, tenang. Mungkin saja masih ada apel-apel lain yang masih bagus. Ah, contohnya dengan yang masih di pohon itu," hibur Soobin sambil menunjuk ke beberapa apel yang masih tergantung di pohon.

    Sunghoon mengangguk setelah mendengar perkataan Soobin. Lalu pelan-pelan, dia memetik salah satu apel yang masih tergantung di pohon, tetapi tiba-tiba saja Sunghoon menjerit sambil melempar buah itu.

    "Aaaaa! Belatung!" 

    Soobin tercekat begitu mendengar jeritan Sunghoon, langsung saja dia mengambil apel yang terlanjur dipetiknya dan benar saja, rupanya ada banyak belatung yang menggerogoti apel tersebut.

    Soobin tercekat begitu mendengar jeritan Sunghoon, langsung saja dia mengambil apel yang terlanjur dipetiknya dan benar saja, rupanya ada banyak belatung yang menggerogoti apel tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
THE TIME BEFORE THE GOLDEN AGE (PERSIAPAN OPEN PO)Where stories live. Discover now