Silent Voice || Trauma

1K 167 28
                                    

Umpatan-umpatan kasar serta pukulan yang terdengar menyakitkan itu menjadi tontonan bagi kedua anak tertua keluarga Kim.

Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana adik bungsunya menerima hukuman dari sang ayah.

Tidak sedikit pun rasa kasihan serta niat untuk memberhentikan aksi sang ayah yang telah melukai Jisoo kecil. Mereka hanya memandang datar tidak perduli apa yang terjadi.

Namun sebenarnya di lubuk hati Joohyun ada sedikit terbersit rasa kasihan, namun hati dan pikirannya tidak selaras. Ia memejamkan matanya mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak perduli terhadap adik bungsunya itu.

"Un-unnie tolong aku! Kumohon tolong aku!" Joohyun tersentak ketika ia merasa bahwa ada seseorang yang memanggil dirinya. Suara itu begitu asing, ia tidak pernah mendengarnya sebelumnya.

"Hyunnie, jebal ini menyakitkan. Tolong aku unnie! Tolong aku, sakit!" rintihan itu membuat Joohyun tidak tenang, ia berusaha membuka matanya untuk mencari tahu siapa yang bersuara itu namun matanya tidak kunjung bisa terbuka.

Dengan penuh usaha ia berusaha membuka mata itu, namun yang ada hanya bayangan wajah sang adik yang memenuhi pikirannya.

"Unnie!"

"Joohyun unnie!"

"Tolong!"

"Unnie, tolong aku!"

"Jangan!"

Joohyun terbangun dengan dada naik-turun akibat nafas yang tidak beraturan. Keringat dingin juga membasahi tubuhnya ketika tersadar dari mimpi buruk itu.

Ia menyibak rambutnya ke belakang, mengusap wajahnya kasar akibat rasa takut yang terus menghantuinya itu.

Joohyun pun memutuskan untuk membasuh wajahnya dengan air segar untuk menenangkan diri.

Ia memandang sendu cermin yang menampilkan wajahnya. Helaan nafas keluar dari mulutnya. Rasa bersalah itu kembali memenuhi relung hatinya. Ia menyesal karena telah bersikap dingin kepada sang adik, bahkan tak jarang juga ia menyakiti adiknya yang tidak bersalah itu.

Ia merindukan adik kecilnya itu. Ia ingin bertemu dengannya. Ia ingin meminta maaf atas semua kesalahannya. Ia ingin memeluk sang adik. Memberikan kecupan sayang. Mengusap kepalanya lembut. Memanjakannya, selayaknya kakak yang menyayangi adiknya.

Air mata turun membasahi pipinya. Rasa rindu itu sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia ingin menemui adiknya secepat mungkin. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangis, menangis untuk melepaskan rasa rindu. Menangis untuk melepaskan sesak di dada.

"Mianhae!"

"Jeongmal mianhae!"

"Aku merindukanmu!"

"Sangat!"

Tubuhnya ia sandarkan di dinding lalu luruh secara perlahan menyentuh dinginnya lantai.

Ia berlutut, menyembunyikan tangisnya di balik lipatan tangan. Menangis dengan terus mengucap kata maaf, berharap dapat di dengar oleh orang yang dituju.

~S.I.L.E.N.T.V.O.I.C.E~

Taehee beserta kedua anaknya saat ini menghabiskan waktu bersama dengan menonton sebuah film di ruang keluarga.

Kyuhyung juga tadinya bersama dengan mereka, namun karena ada urusan penting dengan perut dan kamar mandi dengan secepat kilat ia hilang dari pandangan.

Film yang mereka tonton saat ini bertema keluarga. Tangis dan tawa selalu mengiringi acara menonton mereka ini. Bahkan ada banyak tisu yang berserak di meja karena terlalu penuhnya tempat sampah yang juga diisi oleh tisu.

Silent Voice | JisooWhere stories live. Discover now