BAB TIGA PULUH TIGA

Start from the beginning
                                    

Rahang Jayden mengeras. "Ini keputusan saya sendiri. Maaf, sejak awal saya sudah bilang jika ini bukan hanya untuk kepuasan ego saya sendiri, melainkan untuk anak-anak saya—"

"Alasan! Aku yakin jika wanita itulah yang sudah membuat kamu seperti ini. Sadar, Jay, buka mata kamu. Dia bukan wanita yang baik, kamu lihat sendiri apa yang telah wanita gila itu lakukan pagi tadi 'kan? Dia juga yang sudah membuat Papaku dipenjara."

"Cukup, Maudy. Berhenti menyeret Dera dalam masalah ini, karena ini adalah keputusan saya sendiri, dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah lain," ujar Jayden tegas.

Maudy menggeleng, dengan pelupuk matanya yang berair. "I won't break up. Kamu tidak bisa melakukan ini, Jay."

"Maaf." Lagi-lagi hanya kata itu yang keluar dari mulut Jayden.

"Apa yang akan kamu lakukan? Kamu ingin kembali dengan wanita itu?! Jangan konyol, Jay!"

"Kembali atau tidaknya itu urusan saya. Terimakasih untuk waktu yang kamu berikan selama beberapa bulan ini, maaf, kita harus berpisah di sini. Saya pergi," tandas Jayden, hendak beranjak dari tempatnya, namun seruan Maudy membuat ia spontan berhenti.

"You can't do this to me, Jayden! Lihat saja, apa yang bisa aku lakukan pada wanita itu dan keluarga kamu nanti," ultimatum Maudy.

Jayden menoleh dengan raut wajah tak mengenakkan. "Berani kamu menyentuh keluarga saya barang sesenti saja, saya juga tidak segan-segan untuk melakukan sesuatu pada kamu, Maudy. Biarkan hal ini berakhir dengan tenang, saya tidak ingin membuat perselisihan, kita masih dekat sebagai rekan bisnis. Kamu bisa mendapatkan laki-laki lain yang lebih layak, yang pasti bukan mereka yang sudah beristri," ujar Jayden, sebelum akhirnya pria itu melangkah pergi, meninggalkan Maudy yang dibakar rasa emosi.

***

Mengambil napas dalam-dalam hingga paru-parunya terasa penuh, Dera mengembuskan napasnya perlahan. Hari ini mungkin ia akan kembali menguras banyak emosi dan tenaga.

Benar, hari ini adalah hari dimana sidang perceraian pertamanya dengan Jayden berlangsung. Semoga saja Dera bisa mengontrol dirinya nanti.

Menatap sebuah cetakan foto yang ada di tangannya, dada Dera seolah kembali dihujami rasa sesak. Pertanyaan sama terus saja berputar di benaknya; apakah ia benar-benar bisa untuk merelakan semuanya?

Dera menggeleng beberapa kali dan menyeka ujung matanya kasar. Tidak, ia tidak boleh menangis lagi. Ia harus menyimpan tenaganya untuk nanti.

Memeriksa ponsel, helaan napas keluar dari mulut Dera. Semenjak kemarin, Raiden tak berhenti mengirim pesan dan meneleponnya walaupun tak ada satupun yang Dera respons, tak hanya Raiden, Jansen dan Jean pun juga sama, kendati tak seintensif yang dilakukan oleh Raiden.

Menggeser bekas panggilan tak terjawab dan pesan yang tak ingin ia balas itu, Dera mengantungi ponselnya ke dalam tas dan beranjak. Ini sudah waktunya untuk pergi.

Namun sesampainya di tempat, Dera justru dibuat bingung dan terkejut karena mendapati jika Jayden telah menarik kembali surat gugatannya dan pihak pengadilan juga sudah menyetujuinya.

Sejak kapan pria itu menarik gugatannya?

Menggertakkan gigi, Dera meremas jari-jarinya. "Apa sih Jay yang sebenarnya kamu mau?" gumam wanita itu, kepalang bingung dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Jayden.

Bersikap seolah-olah begitu membencinya dan menginginkan ia untuk segera pergi, namun setelah pergi, pria itu justru melakukan hal konyol seperti ini?

"Apa kamu pikir dengan begini aku akan sukarela untuk kembali?" Dera kembali bergumam.

AffectionWhere stories live. Discover now