"Duduk!" titah Aru mendekat pada Sahyun yang tampak lesu. "Lihat kaki kamu!"

"Bapak mau apa?" ucap Sahyun menjauhkan kakinya dari jangkauan Aru.

"Saya mau ngobatin kaki kamu, kalau nggak di obatin sekarang nanti makin bengkak kamu jadi susah jalan terus nyusahin saya!" ucap Aru.

"Bapak bukan mau marahin saya?" bingung Sahyun dengan sikap Aru.

"Memang kamu salah apa?"

"Sudah melawan pacar bapak, merusakin barang-barang dia, terus ninggalin dia!"

"wkwkkwkw. Jadi kamu yang ninggalin dia?" Tanya Aru tertawa lepas.

"Koq bapak ketawanya puas banget?" Sahyun semakin merasa aneh dengan sikap Aru yang menurutnya tak wajar.

"Punya nyali juga kamu ya. Kenapa nggak sekalian balas saat dia nampar kamu tadi? takut?"

"Saya mana punya nyali pak hampir mati berdiri tadi, dan saya bukan takut, tapi berurusan sama orang seperti mbak Jolie diam adalah yang terbaik, urusannya hanya akan jadi panjang kali lebar kalo saya balas ujung-ujungnya tetap saya yang rugi, jadi saya hanya meminimalisir kerugian saya karena berurusan dengan dia. Bapak juga sih punya pacar aneh-aneh gitu kelakuannya."

"Siapa yang kamu maksud pacar saya?" Tanya Aru seraya mengompres kaki Sahyun dengan kantong es.

"Salah bukan pacar, maksud saya calon tunangan bapak!" ralat Sahyun sedikit meringis saat dinginnya es menyentuh mata kakinya yang terkilir dan membiru.

"Jolie yang bilang gitu?"

"Iyalah siapa lagi?"

"Kamu percaya?"

"Ya nggaklah, bapak ngindarin dia terus!" jujur Sahyun.

"Lah itu tahu kenapa mau nurutin dia."

"Lah bapak di wa nggak aktif."

"Kamukan bisa hubungin Genta!"

"Oiya benar, nggak kepikiran saya pak. Nggak sempat juga. Orangnya suka maksa cocoklah sama bapak!"

"Sudah berani kamu ya!" protes Aru mendengar sindiran Sahyun. "Lain kali kamu nggak perlu ngikutin semua kemauan Jolie atau siapapun, sekalipun dia mengaku calon tunangan saya, pacar saya, calon istri saya atau siapapun. Kamu kerja buat saya bukan buat mereka." Ucap Aru mengoleskan salap pereda nyeri di kaki Sahyun, sementara ia terus mengoceh tanpa sadar Sahyun justru tertidur dengan nyenyaknya, terlebih sofa yang didudukinya benar-benar nyaman untuk tidur.

"Bagus! Bisa-bisanya dia tidur!" ucap Aru tak urung membuka jasnya dan menutupi bagian rok Sahyun hingga ke kaki dan membiarkan gadis berparas Asia itu tertidur dalam pengawasannya.

.

.

Tanpa terasa Sahyun tertidur hingga jam pulang, tak tega membangunkannya yang tertidur pulas Aru memilih mengangkat tubuh Sahyun dan berniat mengantar Sahyun pulang ke messnya. Saat dilift Sahyun terbangun dan sadar Aru tengah menggendongnya.

"Maaf pak tolong turunin saya." Pinta Sahyun saat tersadar.

"Sudah diam, makin banyak gerak kamu makin berat."

"Makanya turunin saya."

"Kaki kamu istirahat dulu nanti makin bengkak, jadi alasan kamu buat nggak masuk kerja!" jawab Aru membuat Sahyun kesal telah berfikir jika Aru berubah perhatian.

"Bapak kenapa nggak bangunin saya?" Tanya Sahyun menyerah.

"Kamu tidur kayak Kukang!"

"Kebo aja pak sekalian, kukang ma kebagusan buat saya." Balas Sahyun kesal disamakan dengan hewan nocturnal yang bisa tidur hingga 16 jam per hari. "Sepatu saya mana pak?" Tanya sahyun sadar tidak mendapati sepatu di kakinya.

Once AgainOnde histórias criam vida. Descubra agora