11. Murkanya Sang Tuan

976 12 1
                                    

Happy Reading, Guys!

**

Devas menggeliatkan tubuh di atas kasur king sizenya. Di luar mentari cukup menyengat, pertanda siang tengah menyapa. Sinar keemasannya menimpa wajah tampan dengan mata yang masih terpejam.

Lama kelamaan Devas tidak kuat menantang cahaya si raja siang, akhirnya dia memilih bangun. Desahan berat keluar dari mulutnya, merasakan sakit di kepala.

"Aaahk, sial, sakit sekali!" desisnya seraya memijit-mijit pelipis.

Devas mengumpulkan segenap kesadaran kenapa kepalanya begitu berdenyut, badan rasanya remuk redam. Mabuk! Itulah efek dari terlalu banyak menegak minuman beralkohol.

Semenjak pertengkaran semalam dengan Shafira, Devas meninggalkan kediamannya menuju club untuk mencari hiburan. Otaknya yang terasa panas dan mumet butuh pereda, dan dia penuhi dengan sesuatu yang justru membuat efeknya semakin kacau.

Perkataan Shafira yang langsung mengena ke inti jantung terus terngiang, itulah yang membuat Devas merasa prustasi, sehingga mabuk menjadi pilihan.

'Aku memang istrimu, tapi aku bukan milikmu?! Pernikahan kita hanya sebatas surat nikah, hanya sekadar status. Aku tidak pernah memintamu menikahi aku, antara kita tidak ada rasa suka apa lagi cinta. Dan satu hal lagi, Tuan, bukankah aku hanya pelayan bagimu, jadi jangan bilang bahwa AKU MILIKMU!!!'

"Aaahk, Shafiraaa!!! Kalian perempuan semua sama saja! Kamu dan juga Khalista sama-sama perempuan pembawa sial!!!" Teriakan Devas menggema di dalam kamar. Mengacak kasar rambut disertai umpatan yang ditujukan entah pada siapa.

Devas turun dari ranjang, langkahnya sedikit terhuyung saat hendak ke kamar mandi. Namun, ia urungkan melangkah ke sana, lebih memilih menyambar gelas di atas nakas, mengisi dengan air putih, lalu meneguknya hingga tandas.

Air sejuk yang mengalir di tubuhnya sedikit mengurangi pening, mengendapkan kembali sisa-sisa emosi semalam.

Tatapan dia layangkan ke arah jam yang menggantung di dinding. Jarum pendeknya menunjuk ke angka satu, itu pertanda dia sudah tidur selama empat jam. Devas pulang pukul sembilan pagi, satu jam setelah kepulangan Nena dari belanja.

Pria itu kembali mengempaskan pantatnya di atas kasur. Ingatannya tertuju pada Shafira, sedang apa istrinya itu?

"Nenaaa! Pelayaaan!"

Tidak butuh waktu lama dari Devas memanggil, seorang pelayan masuk dengan tergesa-gesa setelah membuka pintu dan mengucap permisi.

"Iya, Tuan! Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu, Tuan?" ucap pelayan wanita itu dengan wajah menunduk, tubuhnya sedikit gemetar.

"Panggilkan istriku kemari!" sentak Devas.

Sang pelayan tidak lantas mengikuti perintah Devas, tingkahnya nampak gelisah, keringat dingin mulai bermunculan dari sela porinya. Melihat wanita itu masih diam di tempat, sang CEO menjadi berang.

"Kenapa diam saja? Kamu budeg, hah?"

"Ti-tidak, Tuan, ta-tapi--"

"Cepat panggilkan istriku, suruh dia menghadapku, CEPAT!!!"

"Ba-baiklah, Tuan ...."

"Cepat!!!"

Pelayan wanita yang masih terlihat muda itu barulah beranjak keluar. Selepas menutup pintu, berhenti sejenak untuk mengatur napas yang sempat menipis saat berada di dalam sana.

Dasar kejam! Umpatnya dalam hati sambil berlalu.

Pelayan itu sebenarnya ingin menyampaikan pada sang tuan, bahwa istrinya tidak ada. Namun, rasa takut membuatnya tidak berani berterus terang, ditambah Devas terlihat menakutkan di matanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DINIKAHI CEO KEJAMWhere stories live. Discover now