9. Perdebatan Sengit

411 8 4
                                    

Happy Reading, Guys!

**

"Tu-tuan, mau apa?" Di tengah rasa takutnya, Shafira memberanikan diri mengajukan tanya.

Devas mengabaikan pertanyaan gadis itu. Mata elangnya kian mengujam, seakan menembus inti jantung, membuat Shafira berharap penuh supaya pingsan saja sekali ini.

Meskipun Shafira sudah menyiapkan segenap keberanian dan kemampuan untuk melawan kekerasan sang suami, tetap saja sejatinya wanita jika berada di bawah ancaman seorang pria, ketakutan lebih menguasai.

Mereka berdua sudah kembali dari pesta pertemuan yang berakhir kurang menyenangkan bagi Devas, Akbar, dan terlebih Shafira.

Diketahui sebelumnya Devas menemukan sang istri tengah tertawa bahagia bersama lelaki lain, sehingga darahnya mendidih. Kemarahan tidak lagi terkontrol, lantas sang CEO memeluk kasar pinggang Shafira, setelah melempar pertanyaan yang membuat sepasang sahabat tersebut terlonjak kaget.

Selanjutnya Devas membawa paksa Shafira keluar dari hotel, meninggalkan Akbar dengan berbagai prasangka yang menjejali isi kepala. Salah satunya pertanyaan absurd, 'Pernikahan macam apa yang sedang pasangan itu perankan?'

Sepenjang perjalanan pulang memang tidak satu pun yang mengeluarkan suara, tapi di balik heningnya terdapat kengerian yang Shafira rasakan, terlihat dari cara Devas melajukan kendaraannya seperti orang kerasukan.

Shafira pasrah jika harus mati saat ini juga, andai saja kendaraan yang mereka tumpangi kecelakaan, saking ganas Devas membelah jalanan. Yang gadis itu khawatirkan adalah sang ibu, jika dirinya tiada.

Begitu turun dari mobil pun, Devas menyeret Shafira hingga tiba di kamarnya.  Gadis yang sedang dikuasai ketakutan tingkat tinggi itu tidak sempat kabur saat keluar dari kendaraan mewah sang suami.

Setibanya di dalam kamar Devas mengunci pintu dengan kasar, barulah Shafira dilepas dari cengkraman tangannya setengaah dilempar. Tubuh ramping itu nyaris tersungkur, andai saja gadis itu tidak cepat mempertahankan keseimbangannya.

Detak jantung Shafira begitu kencang. Warna pias kian kentara menghiasi wajah ayunya. Sang gadis melangkah mundur dengan perlahan, sebab Devas mengikis jarak dengannya disertai tatapan membunuh.

Devas menyeringai misterius, Shafira semakin terpojok ke sudut sampai punggung membentur dinding. Sang pria langsung mengunci posisi Shafira dengan menempelkan kedua telapak tangan ke tembok di kedua sisi.

Jarak satu sama lain begitu dekatnya, bahkan hidung mancung Devas hampir mengenai kening Shafira. Gadis itu memejamkan mata, napas yang memburu terasa panas menyapu wajahnya.

"A-apa yang akan tu-tuan lakukan?" tanya Shafira lagi. Sedikitpun ia tidak berani menebak apa yang akan dilakukan CEO kejam itu.

Devas berhasil mengembalikan ketakutan Shafira, karena wajah cantik itu sempat dipasang angkuh sebagai reaksi kepercayaandiri atas kemenangannya membawa para investor bergabung dengan perusahaan Perdana.

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang sudah kamu lakukan dengan lelaki brengsek tadi?!" Devas akhirnya mengeluarkan suara setelah cukup lama hanya diam sambil menikmati rasa takut Shafira.

"Ma-maksud Tuan apa? Memangnya apa yang sudah kulakukan?"

"Kamu pura-pura bodoh, atau memang bodoh?!"

Shafira menggeleng. Devas mendengkus kesal.

"Dengar, Shafira! Kamu berani pergi dari sisiku demi mendekati putra Kalingga."

Shafira kembali menggeleng, kali ini disertai mata yang membulat.

"Bu-bukan seperti itu, Tu-tuan. Waktu itu aku sangat lapar. Karena itu aku mencari makan sendiri, aku tidak berani mengganggu Tuan yang sedang berbincang." Shafira mencoba membela diri dengan suara terbata, berharap dengan alasannya yang tidak dibuat-buat menumbuhkan kepercayaan Devas.

DINIKAHI CEO KEJAMOù les histoires vivent. Découvrez maintenant