- Awal

497 66 142
                                    

Malam ini, langit Makassar terlihat cerah. Tak ada tanda hujan akan turun mengguyur kota tersebut. Di sebuah rumah, seorang wanita tengah berjuang mati-matian untuk melahirkan anak pertamanya.

Di ruang tengah rumah itu, seorang pria berusia 30-an tengah menunggu dengan harap cemas pada sang istri. Bibirnya terus bergerak, melafalkan berbagai doa untuk istri dan anaknya.

Detik berikutnya, raut wajah pria itu berubah menjadi haru bahagia. Suara tangisan bayi itu terdengar syahdu ditelinganya.

Dengan cepat dia langsung berlari masuk ke dalam sana, benar saja, dukun beranak yang membantu persalinan sang istri kini sudah menggendong seorang bayi perempuan cantik nan lucu.

"Selamat, Pak. Bayi anda perempuan, sangat cantik seperti ibunya," ucap dukun beranak itu.

"Boleh aku menggendongnya sebentar?" tanyanya.

"Boleh. Tapi hanya sebentar, saya akan membersihkannya dulu." pria itu lantas tersenyum, dia menggendong sang putri untuk pertama kalinya.

Hanya sebentar, kemudian dia mengembalikan pada dukun itu. Sang dukun memandikannya di belakang dengan air yang sudah disiapkan.

Pria itu menatap sang istri dengan tatapan berterima kasih, sedang sang istri membalasnya sambil tersenyum haru.

Lengkap sudah hidup mereka akan kehadiran bayi perempuan itu. Hal yang mereka idamkan sejak lama, akhirnya tercapai.

Dukun yang memandikan bayi mereka kembali, bayi itu sudah bersih, sudah mengenakkan selimut bayi dan juga baju. Ia memberikannya pada sang Ayah untuk dikumandangkan adzan ditelinganya.

Hanya dengan satu tarikan napas, pria itu melantunkan adzan tersebut dengan suara yang merdu dan menenangkan.

"Berikan pada ibunya, biar langsung diberi ASI," pinta dukun itu. Tanpa basa-basi sang suami memberikan anaknya pada wanita di hadapannya itu.

Anaknya nampak kehausan setelah menangis dan berjuang melihat dunia. Dia mengisap ASI sang ibu dengan cepat, membuat kedua orang tua serta dukunnya tersenyum.

"Kalau begitu saya pamit," ucap mak Lela, dukun beranak itu.

"Ini, mak," ucap pria itu memberikan upahnya.

"Terima kasih banyak."

"Sama-sama. Hati-hati di jalan!"

"Iya. Mari, pak, bu."

"Terima kasih, mak." dukun itu tersenyum, dia lantas pergi dari sana.

Mak Lela berhenti sejenak ketika hampir melewati pintu rumah tersebut, dia menatap ke arah langit. Di sana, banyak bintang yang bertaburan dengan cahayanya.

Mak Lelal tersenyum, lantas ia kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah ia kembali berhenti. Mak Lela menoleh ke arah rumah yang baru saja dia kunjungi, seulas senyum terlihat diwajahnya yang penuh dengan kerutan.

Ia menghela napas lega dan menatap langit. "Mereka sudah lahir ternyata."

Enam bulan kemudian

"Pak, udah selesai?" tanya seorang wanita.

"Sudah. Ayo berangkat sekarang, susu dan perlengkapan Zia sudah aman?" tanyanya.

"Iye, sudah, Pak." pria berusia 30 tahun itu mengangguk, lantas dia mengambil tas berisikan perlengkapan anaknya. Tak perlu membawa banyak, mereka hanya akan kembali sore ini.

Motor itu melaju dengan santai melewati beberapa gedung yang cukup tinggi di kota Makassar. Pemandangan masih cukup asri, pun dengan udara yang masih segar.

Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]Where stories live. Discover now