CHAPTER 8

173 10 5
                                    

Usai perjamuan makan malam selesai, semua tim Jepang berlalu menuju kamar mereka masing-masing sementara Yuki mencari Luna di sekitara restoran. Tak lama, Luna muncul bersama dengan Andre. Dengan senyuman Yuki menyapa Andre.

"Bagaimana pertandingan tadi?"tanya Andre memulai obrolan ringan dengan sedikit berbahasa Jepang. Nampaknya, Andre sudah menyerah untuk belajar fasih berbahasa Jepang. Katanya, ia kesulitan untuk mempelajari berbagai huruf kanji Jepang. Akhirnya ia hanya bisa berbicara dengan kaku jika menggunakan bahasa Jepang.

"Aku sangat puas. Kami telah menunjukkan kinerja"jawab Yuki.

"Benarkah? Syukurlah"ujar Andre membuatku hanya meringis kecil.

"Aku rasa bisnis restoranmu berjalan dengan sangat lancar"Kali ini Yuki yang membahas mengenai Andre.

"Ahh, begitulah. Mungkin nanti aku akan membuka bisnis restoran di Jepang. Apa kamu mau membantuku?"tanya Andre dengan tertawa di ujung kalimatnya.

"Tentu saja. Hubungi aku kapan saja"jawabYuki tersenyum lebar.

"Eyy... kapan saja? Aku saja sangat sulit menghubungimu"gerutu Luna berdiri diantara dua pria tinggi.

Andre sontak tertawa "Luna, kamu memang sudah ditakdirkan untuk selalu bersabar menghadapi Yuki"

Yuki ikut tertawa dan mengangguk dengan perkataan Andre.

Andre pun mengajak Yuki dan Luna untuk berfoto bersama, berhubung Andre sudah tak tahu harus mengobrol apa lagi karena kendala oleh bahasa. Ketiga orang itu pun tersenyum kepada kamera "Apa boleh aku upload di Instagram?"tanya Andre pada Luna.

"Apa dia bisa upload di instagramnya?"tanya Luna pada Yuki.

Yuki tertawa kecil melihat kekasihnya "Itu terserah padamu"Jawab pria itu. Bagi Yuki memosting foto di instagram bukanlah masalah lagi apalagi postingan tentang dirinya dan Luna. Hanya saja Luna lah yang masih malu-malu dan sering menutupi hubungan mereka di hadapan publik.

Luna pun mengangguk setuju ke Andre.

**

Keesokan harinya, Aku bersama Yuki serta timnas Jepang telah di bandara Soekarno Hatta. Kami mengantar mereka untuk kembali ke Jepang, sedangkan penerbangan kami berdua akan menuju ke Bali untuk menyusul keluarga kami berdua.

Dengan terus tersenyum ramah, aku berdiri di samping Yuki yang bertos ria dengan satu per satu temannya yang hendak masuk ke gate. Tak lupa mereka juga pamit kepadaku dengan begitu ramah. Rasanya begitu hangat melihat mereka yang namanya sudah besar tetap masih humble. Saat aku berdiri di samping Yuki, pria itu sedang berbicara dengan Tuan Asaki yang membicarakan soal jadwal Yuki selanjutnya.

Sedikit yang aku tahu, Yuki hanya memiliki waktu 4 hari di Bali sebelum kembali ke Jepang untuk melakukan syuting life dialynya sebelum kembali ke Italia. Dan aku harus selalu mempergunakan waktu luang itu sebaik mungkin.

Tak berselang lama, kami berdua pun naik pesawat menuju ke Bali. Kami berdua masuk ke kelas bisnis demi kenyamanan Yuki. Aku sadar kalau ketenaran Yuki bukan hanya ada di Jepang bahkan di dunia termasuk di Indonesia.

Sesekali di dalam pesawat, pramugari meminta berfoto dengan Yuki, dan Yuki pun merespon dengan baik. Begitupula aku yang tak mempermasalahkan hal itu.

"Awalnya aku pikir keluargamu akan tinggal lama di Bali"Ujarku saat Yuki selesai berfoto dan kembali ke tempat duduknya "Ternyata mereka akan pulang lusa."lanjutku.

"Paman dan Bibiku tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, apalagi Mayu yang harus segera kembali latihan"jawab Yuki yang merasa mengantuk.

Melihat Yuki yang kelelahan, aku pun menyuruh pria itu untuk menyandarkan kepalanya di bahuku. Ukuran bahuku cukup lebar jadi bisa dijadikan bantal kepala oleh Yuki. Pria itu pun dengan nyaman berbaring menyandar padaku, tak lupa ia memegang tanganku erat seakan menjadikannya sebagai bantal gulingnya.

After Years With Yuki (Indonesian)Where stories live. Discover now