02 | copet?

4K 521 19
                                    

Tepat pukul 07.00, si kembar Pradinata sampai di parkiran sekolah tercinta. iya, mereka telat. tapi merasa agak tenang karena ternyata banyak juga siswa-siswi satu angkatan sampai kakak kelas yang baru datang. termasuk sohib mereka sedari Taman Kanak-Kanak yaitu, Haekal, dan diikuti satu orang berseragam kusut dan satu orang bermuka bantal, Raffa dan Aksa.

"kusut gitu, Raf, baju maneh."

Raffa melirik sekilas kemeja putih yang Ia pakai, lalu kembali beralih pada Jeno sambil mengangguk kecil. "iya, si Mamah ada urusan ke Batam dari kemarin, Bi Imas juga lagi sakit jadi gak kerumah. aing baru inget tadi pagi kalo seragam masih disetrikaan, jadi weh..."

Jeno mengangguk, mengerti. Orang tua Raffa memang sibuknya luar biasa, walau Raffa tipe anak yang bodo amatan dan santai-santai saja, tapi tetap saja Ia butuh perhatian lebih dari sekedar materi yang selalu orang tuanya kasih, Raffa mungkin hanya membutuhkan afeksi dari sosok orang tuanya.

Haekal merangkul Raffa. "kalo dirumah sepi main aja kerumah aing, Raf."

"siaaap, bisa diatur."

"belum mandi ya maneh, Sa?" Jere mendekati Aksa seraya mengapit hidungnya menggunakan kedua jarinya.

"udah anjir. cium nih ketek aing, wangi parfum piktoria sikrit, punya si teteh."

Jere langsung lari menjauh saat Aksa mendekat seraya mengangkat tangannya berniat menyodorkan ketiaknya pada wajah Jere. berniat berlari sampai loby sekolah, Jere dicegat sama siswi berseragam rapi dengan pin OSIS melekat diatas sakunya.

"maaf ya, ini udah jam 7 lebih 3 menit." siswi tersebut melirik sekilas badge nama yang tertera diseragam Jere, lalu kembali pada buku yang Ia bawa sedari tadi. "tunggu dulu disana, nanti ada arahan dari Ibu Ida dulu baru boleh masuk."

Jere berbalik sekilas memandang kembaran dan teman-temannya yang masih berjalan ke arahnya, lalu berdecak kembali menghadap siswi tadi. "lebay ah, telat 3 menit doang. kasih keringanan atuh."

Kali ini siswi tersebut sepenuhnya menatap Jere. "bukan lebay, tapi taat aturan namanya. udah ya, ini Jeremy, Haekal, Angkasa, Raffasya, sama Jevano, kelas 10 Ips 1, langsung baris aja disamping sana sambil nunggu Bu Ida kesini."

"udah udah, hayuk Jer."

Kelima siswa itu akhirnya nurut saja. kalau kata Haekal "cari aman, Jer, bisi si Bunda dipanggil lagi sok, karunya lieureun."

Walau perintah dari siswi OSIS itu untuk berbaris, nyatanya lima siswa itu malah bergerombol seraya mengobrol tentang penjual siomay di kantin yang legendaris.

"katanya mah, Mang Kobra teh nama aslinya Asep Kardiman tapi ceunah si Mang teh pernah di patok ular kobra jadi nama panggungnya Mang Kobra." Haekal menceritakan berita yang Ia dengar simpang-siur.

"hoax, ah. ajaib banget abis di patok kobra masih hidup. gak valid kalo info dari maneh mah, Kal." Aksa menyangkal. tidak percaya dengan Haekal karena Ia tahu temannya itu memang suka agak ngawur dan melebih-lebihi.

"eh, maneh ngedoain Mang Kobra is det, Sa?!" Haekal dengan nada dramatisnya memang tiada dua.

"bukan atuh sia ih. maksudnya, edan masih hidup sehat sentosa gitu si Mang Kobra. pasti maneh ngada-ngada ini mah." sangkal Aksa sembari mendorong pelan bahu Haikal.

"ih dibilangin teh. sok aja tanya nanti ke Mang Kobra pas istirahat."

"tau dari mana gitu, Kal?" setelah cuman ngangguk-ngangguk sedari tadi, akhirnya Jeno nimbrung.

"dari tongkrongannya A Malik, soalnya kemarin A Malik bilang kemarin siang Mang Kobra curhat--"

Acara gosip ria dipagi hari itu terpotong dengan datangnya Ibu Ida alias guru fisika yang terkenal 'disiplin bingit', yang berkesempatan untuk jaga piket hari ini. Ibu Ida menarik pelan tas ransel yang dipakai Haekal, membuat sang empunya berbalik.

The PradinataWhere stories live. Discover now