20. Another Enemy

2.5K 164 3
                                    

"Sial. Mau apa kau?" Tanya Hazel kesal.

"Cepat serahkan gadis itu!" Seru perempuan yang menghadang mereka. Sepertinya bahaya yang mengancam mereka kini telah bertambah. Mereka tak menyadari bahwa kehebatan perempuan itu setara dengan kehebatan sepasang kakak beradik yang tadi mereka temui. Sepertinya suara tangisan Naziel telah memenuhi seluruh dunia manusia dan dunia iblis yang membuat para iblis sangat terobsesi ingin mendapatkan gadis itu.

"Hazel. Apa yang harus kita lakukan saat ini?" Tanya Eiden mendesak Hazel.

"Entahlah." Jawab Hazel sambil mencoba menerka-nerka siapa gadis yang berada dihadapannya itu.

"Apa namamu Eureka?" Tanya Naziel kepada gadis yang sedang ingin menangkapnya itu.

"Apa kau mengenalnya?"

"Tidak, Zel. Hanya saja aku pernah mengetahuinya sedikit saja."

"Bagaimana kau bisa tahu namaku Eureka?"

"Lalu, untuk apa kau menangkapku kalau kau tak memihak kubu Luminos atau kubu Lucifer?" Tanya Naziel yang membuat Hazel bertanya pada dirinya sendiri. "Dia tak memihak siapapun? Apa maksudnya?" Pikirnya sambil menoleh kearah Naziel.

"Hahahaha. Untuk apa aku memihak dua orang itu? Apa untungnya bagiku? Aku ingin menangkapmu hanya untuk menambah kesaktianku saja." Jelas Gadis yang bernama Eureka itu sambil mengeluarkan pedangnya.

"Begitu rupanya. Baiklah. Kalian semua minggir. Eiden, tolong lindungi Naziel."

"Tunggu! Memangnya apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Eiden.

"Aku akan melawanya."

"Apa kau sudah gila? Dia sama kuatnya dengan Red Rose atau Black Rose." Timpal Naziel khawatir.

"Apa kau sekarang mengkhawatirkan aku? Hmm??"

"Bu....bukan begitu. Tetapi...." Raut wajah Naziel mendadak berubah menjadi merah hingga ia tak kuasa untuk menahannya sambil menundukkan kepalanya yang terbilang mungil itu. Hazel hanya tersenyum sekilas melihat ekspresi gadis yang ingin ia tolong tersebut.

"Jangan khawatir. Serahkan saja semuanya padaku lagian aku tak ingin melihatmu pergi meninggalkanku sendirian." Lirih Hazel yang sukses membuat jantung Naziel hampir copot karena kata terakhir yang ia ucapkan itu. "Aku tak ingin melihatmu pergi meninggalkanku sendirian? Apa maksudnya?" Mata biru gadis itu mulai berkedap-kedip memunculkan ekspresi bingung sekaligus tak menyangka akan diperlakukan semanis itu. "Tunggu! Manis? Apa sekarang dia berusaha untuk merayuku dengan hanya sebuah kata-kata yang belum tentu itu kebenarannya?" Tanya gadis itu sekali lagi pada dirinya.
*****

Dari kejauhan, dari tempat yang berbeda, dan dari masalah yang berbeda, sesosok laki-laki yang terbilang cukup matang untuk menjadi laki-laki dewasa itu berlarian seperti hendaknya ia ingin menyampaikan sesuatu yang teramat sangat darurat.

"Guys, gawat! Gawat!" Teriak Mark ditengah suasana santai yang menderu teman-temannya itu.

"Hei! Ada apa?" Tanya Eline yang kesal karena Mark telah memecah konsentrasi Eline membuat rumus dari ramuan yang ingin ia buat.

"Tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan." Perintah Angel mencoba menenangkan Mark. Mark pun menurutinya.

"Sekarang ceritakan ada apa?" Desak Angel.

"Begini, tadi aku ingin ketoko mau beli beberapa barang untuk Eline." Mark mencoba tetap menjaga setiap deru nafas yang ia keluarkan.

"Hei! Memangnya kau ingin membelikanku apa? Bom? Atau mainan anak-anak?" Gerutu Eline sambil mengangkat kedua alisnya yang masih terbilang tipis itu.

Seven Angels Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang