Dua!

79 14 8
                                    

"Dadah, Kay!" teriak Suci pada Kayla sebelum dia menaiki angkutan umum dengan angka 33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dadah, Kay!" teriak Suci pada Kayla sebelum dia menaiki angkutan umum dengan angka 33. Kayla membalas dengan lambaian tangan. Lalu bersiap untuk menyebrang.

Kayla menggerakan tangannya untuk menghentikan angkot yang lewat. Kemudian ia naik dan memilih untuk duduk di paling belakang dekat jendela.

Angkot bersiap untuk jalan kembali. Namun di detik selanjutnya berhenti lagi karena ada penumpang yang ingin naik juga. Kayla menoleh ke kanan. Mendapati penumpang itu yang ternyata satu sekolah dengannya. Lelaki yang memakai jaket tadi.

Kayla tak peduli. Kepalanya kembali ia tolehkan ke kiri. Menatap ke arah jalanan lewat kaca yang terlihat sedikit buram.

Perlahan angkot yang ditumpanginya semakin lama semakin ramai. Bahkan hampir berdesak-desakan. Kayla terpaksa bergeser sampai mentok di ujung.

Kayla mendengkus sebal. Apalagi saat ini adik kelasnya itu berada di sebelahnya. Sangat dekat. Kayla merasa sesak dan kakinya pegal.

Namun setelahnya, Kayla bisa bernapas lega karena ada dua orang penumpang yang turun. Kayla lantas menoleh saat lelaki itu tak bergeser juga. Padahal tempat di sampingnya terlihat kosong.

"Bisa geser gak?" Lelaki itu tak mendengar karena kedua telinganya disumpal oleh earphone.

Kayla menghembuskan napasnya kasar. Langsung saja ia menepuk paha lelaki itu. Dan benar saja, lelaki itu langsung menoleh dengan tatapan bertanya.

Kayla mengibaskan tangannya. "Ge-ser," ucapnya dengan dieja.

"Oh, maaf." Lelaki itu langsung buru-buru bergeser.

📌📌📌

Tok! Tok! Tok!

Kayla segera masuk setelah mengetuk pintu. Menghampiri Pak Juna yang sedang duduk di tempatnya. Disusul oleh Ihan dan Suci.

"Maaf, Pak ganggu waktunya. Saya minta izin sebentar buat bagiin ini," ujar Kayla dengan sopan sembari menunjukkan setumpuk kertas maklumat.

"Oh iya, silahkan," balas Pak Juna. "Anak-anak, ini mau ada pengumuman dari ketua OSIS. Bapak tinggal sebentar, ya. Emm, Reza nanti panggil Bapak kalo sudah selesai."

"Iya, Pak." Lelaki yang disebut oleh Pak Juna itu pun mengangguk. Reza adalah ketua kelas di kelas 11-2. Setelahnya, Pak Juna langsung meninggalkan kelas.

"Oke, langsung aja. Di sini saya ingin menyampaikan sesuatu. Seperti yang sudah disampaikan oleh pak Hidayat tempo hari." Kayla mengambil kertas yang paling atas dan mengangkatnya tinggi. "Ini, ada surat pemberitahuan tentang LDKS yang nantinya akan kalian berikan pada orang tua. Selebihnya kalian bisa baca sendiri."

Kayla langsung memberikan semua kertas itu pada Suci yang langsung dibagikan oleh gadis itu dengan dibantu oleh Ihan.

"Untuk LDKS ini semuanya wajib ikut." Sambil menunggu Suci dan Ihan selesai membagikan, Kayla sedikit memberikan wejangan.

"Karena, kalau bukan kalian yang akan jadi penerus OSIS selanjutnya, siapa lagi? Selain itu, kegiatan LDKS ini juga untuk melatih mental dan fisik kalian."

Tatapan Kayla berhenti pada salah satu murid di kelas itu yang tengah menundukkan kepalanya.
Kayla yang sudah curiga langsung menghampiri meja tersebut.

"Gak hanya melatih mental dan fisik kalian, tapi juga supaya kalian bisa mandiri, supaya kalian disiplin!" Kayla berhenti di samping lelaki itu. Dan benar saja, lelaki itu sedang memainkan ponselnya.

Set!

Kayla langsung merebut ponsel tersebut. "Liat! Hal yang seharusnya tidak untuk kalian contoh. Udah jelas-jelas ada kakak kelas kalian di depan lagi bicara, tapi dengan asiknya kalian sibuk sendiri. Gak punya sopan santun apa?"

Suasana di dalam kelas mendadak menjadi tegang. Ihan dan Suci yang sedang membagikan maklumat langsung menatap ke arah Kayla. Sementara si pemilik ponsel hanya diam seraya menunduk.

Kayla menatap ke arah Ihan dan Suci. "Udah selesai?" tanyanya. Mereka berdua mengangguk.

Kayla kembali menoleh pada lelaki itu sambil mengantungi ponselnya. "Temui saya kalau mau hp kamu dikembalikan." Setelahnya, Kayla berjalan ke depan kelas.

"Oke itu saja informasi dari kami. Terima kasih atas perhatiannya." Setelah mengatakan hal itu, Kayla, Ihan, dan Suci bergegas keluar kelas.

Setelah peninggalan ketiga OSIS itu, suasana di kelas langsung ramai. Apalagi sebagian dari mereka langsung menghampiri meja lelaki yang ponselnya disita oleh Kayla.

"Lo gimana sih, Fik? Ngapain coba lo main hp pas lagi ada pengumuman. Lo gak tau apa, kak Kayla itu gimana orangnya? Kemarin aja gue diomelin gara-gara gak pake gesper." Yaps! Lelaki yang bicara itu adalah Bima.

"Lo udah bikin masalah besar, Fik," timpal Adun-lelaki berambut sedikit agak ikal itu- dengan heboh.

Muhammad Dafik. Nama lelaki itu. Yang baru beberapa hari ini pindah ke sekolah SMA Tunas Sakti, dan sekarang harus terkena masalah dengan ketua OSIS.

"Fik, lo kok biasa aja sih? Lo gak panik emangnya?" tanya Adun. Sementara Dafik hanya bisa menghela napasnya. Sekarang ia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk meminta kembali ponselnya pada seniornya itu.

📌📌📌

"Lo yakin tindakan lo gak berlebihan, Kay?" tanya Suci setelah mereka sampai di ruang osis.

Kayla mengambil buku hitam dan pulpennya yang ada di laci khusus miliknya. "Berlebihan gimana?" tanyanya dengan kening mengerut.

Duh, siapa ya namanya?

Gerakan tangan Kayla terhenti saat ingin menuliskan nama si pemilik ponsel itu. Kayla baru ingat kalau dia tidak tau nama adik kelasnya itu.

"Yaa itu, lo sita hpnya. Kalo dia ngadu ke guru gimana? Atau yang lebih parahnya ngadu ke orang tuanya. Lo bisa dapet masalah, Kay!"

"Salah dia sendiri, kenapa main handphone waktu aku lagi bicara? Kamu tau, kan aku gak suka hal itu. Sama aja dia gak ngehargain aku."

Suci menghela napasnya. Kalau sudah begini, dia tidak bisa apa-apa. Keputusan Kayla tidak bisa diganggu gugat. "Terus mau lo apain hpnya? Lo bakal sita seterusnya gitu?"

Kayla mengedikkan bahunya. "Mungkin, kalo dia gak temuin aku dan jemput hpnya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketua Osis & Adik KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang