3. Riaz

25 6 13
                                    


Seorang pria muda berwajah teduh turun dari angkutan umum. Dia berhenti tepat di gerbang masuk sebuah perumahan, bukan perumahan elit tetapi perumahan sederhana yang terkenal dengan keasriannya. Pagi ini, ia memutuskan untuk berjalan kaki mengitari komplek perumahan yang sebentar lagi akan menjadi lingkungan tempat tinggalnya. Ia ingin membuktikan langsung suasana tenang, adem, dan asri di daerah ini.

Benar saja, begitu pria ini berjalan melewati beberapa rumah, hawa sejuk khas pedesaan kian terasa. Padahal, letak perumahan ini berada di kota.

Pohon-pohon nan rimbun menghiasi pinggiran jalan utama di tempat ini, menciptakan aroma menyegarkan yang segera ia hirup dalam-dalam. Suara burung berkeliaran di atas sana memecah keheningan pagi, menyatu dengan suara angin yang membuat tubuh terasa lebih dingin. Ia tersenyum senang sambil terus berjalan, hitung-hitung olahraga, katanya dalam hati.

Pria berpakaian hoodie hitam dan bercelana pendek ini memperhatikan tiap rumah yang dilewatinya. Meski bangunannya tidak banyak yang modern dan kekinian, ia menyukainya. Justru itulah sebabnya lingkungan ini terlihat seperti desa di dalam kota. Saat berjalan di area tengah perumahan, ia terkesima dengan bagian taman khusus warga. Ya, itu adalah ruang terbuka hijau.

Taman yang di dominasi tanaman hijau serta bunga warna-warni ini menyediakan beberapa fasilitas untuk menunjang aktivitas sosial para penghuni rumah. Terdapat bangku-bangku taman, alat olahraga, juga permainan untuk anak-anak.
"Perfect!" ucap pria tersebut.

Ia kembali berjalan sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi. Pantas saja, suara bising kendaraan lalu lalang sudah mulai terdengar dari kejauhan.

Mendekati area rumah barunya, dia melangkah dengan cepat, tak sabar ingin melihatnya. Rumah itu berada di bagian paling belakang perumahan, sehingga depan rumah tidak ada tetangga lagi melainkan tembok pembatas yang di depannya ditumbuhi beragam tanaman yang ditanam sesuai pemilik rumah di seberangnya. Ada yang menanam pucuk merah, bougenvil, bunga kosmos aneka warna, dan ada juga yang sengaja menaruh pot-pot besar berisi tanaman berdaun lebar nan cantik.

Sepanjang jalan, pria itu terus berdecak kagum dengan keindahan tanaman yang di tampilkan pada tiap rumah. Mulai dari halaman depan, teras, bahkan di atap rumah rata-rata terdapat tanaman berbentuk unik dan terawat, menghasilkan kesan begitu alami dan estetis.
Ia lalu berhenti sejenak, menghitung rumah yang berjejer di hadapannya.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, nah itu dia," ucapnya.

Rumah selanjutnya yaitu rumah keenam dari ujung jalan adalah calon rumahnya. Semakin mendekati rumah itu ia semakin tak sabar.

Tatapannya terhenti saat tatkala mengamati rumah sebelahnya.
Rumah berpagar pendek dengan warna wallnut itu nampak tak berpenghuni, sebab daun-daun berguguran berserakan di halamannya.

Rumah itu nampak berbeda dari rumah lainnya. Ia dapat melihat dengan jelas tanaman gantung yang mengering berjejer berdampingan di teras serta di rak tanaman depan. Hm, cukup menyeramkan, padahal sepanjang perjalanan tadi netranya sudah dimanjakan dengan pemandangan hehijauan.

Sesampainya di depan rumah keempat, seekor kucing oranye tiba-tiba saja datang menghampiri kakinya. Ia mengeong seolah meminta makan.

"Maaf, lain kali ya. Aku gak bawa makanan," katanya sembari jongkok untuk mengelus si kucing.

Ia pun bangkit berdiri, namun langkahnya terhenti lagi. "Ooh!" katanya kaget.

Seorang perempuan berjalan dari dalam rumah kelima, rumah yang menjadi tetangga sebelah dia kelak. Rumah yang baru saja ia sebut seperti tak bertuan.

Perempuan itu berjalan menunduk dan tergesa-gesa sambil menjinjing bungkusan berwarna cokelat. Mungkin karena angin yang berembus, wajahnya yang tertunduk semakin tertutupi dengan helaian rambut yang tertiup.

Niat hati pria itu ingin menyapa, sekadar say hello pada perempuan tersebut, tetapi ia dengan cepat kilat berbalik arah kembali masuk ke dalam rumahnya.

***

Di hadapannya kini berdiri sebuah rumah sederhana, ya tidak besar dan tidak pula terlalu kecil. Dari luar, penampakan rumahnya masih terbilang bagus, catnya masih melekat rapi tak ada yang luntur, langit-langitnya tidak ada yang bolong. Rumah itu memiliki halaman yang luas, baik di area depan mau pun belakangnya.

Pria berhoodie hitam itu tersenyum senang, tidak salah ia menyewa rumah ini. Matanya berbinar. Aneka rencana sudah tersusun di kepalanya, dengan halaman yang cukup luas ia akan membuat kebun mini di rumahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Teman BertamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang