02.

4 0 0
                                    








Musim semi dua tahun lalu...










See my notebook?”


Celina membuka sleep masknya sambil menatap roomate-nya yang sedang mengobrak-abrik isi tas kampusnya.

Look! On your table, fool!” ucapnya dengan menekankan kata paling akhir.

Verina menatap meja belajarnya. Benda yang ia cari ada disanaㅡsejak tadi malam memang. Namun entah mengapa gadis itu tidak melihat keberadaannya.

Verina terkekeh, pasti ia merasa dirinya bodoh.


You might be late, but don't be fool, girl



Celinaㅡteman sekamarnya sejak ia semester 1 itu menggeleng sambil beranjak dari kasurnya. Ia juga ada kelas pagi, namun tidak sepagi jadwal kelas Verina yang dimulai jam 8 pagi ini.

Thank you so much, Cel. I gotta go now” Verina memasukkan notebook miliknya kedalam tas dan segera bergegas keluar dormnya bahkan sebelum Celina sempat membalas ucapannya.

Verina memasuki ruang kelas yang berada di gedung lantai 3 kampusnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Verina memasuki ruang kelas yang berada di gedung lantai 3 kampusnya. Belum begitu ramai untungnya sehingga ia langsung mengambil tempat duduk di paling barisan paling depan.

Itulah Verina. Gadis yang menurut teman-temannya cukup aneh. Disaat tidak ada mahasiswa lain yang ingin duduk dibarisan paling depan, Verina rela datang lebih awal agar dapat menempati tempat duduk paling dihindari mahasiswa lain itu.

Bukan dijadikan sebagai tumbal. Toh ia melakukannya aras dasar keinginannya sendiri. Sejak sekolah dahulu memang ia senang duduk di bangku paling depan. Bisa fokus belajar, dapat mendengarkan guru dengan baik, ditambah matanya yang ada minus menjadi alasan utama ia selalu duduk disana. Tapi hal itu dibuktikan dengan dirinya yang berhasil  mendapatkan dan mempertahankan posisi juara pertama disekolahnya.

Sama dengan dunia perkuliahannya. Ia selalu mendapat skor memuaskan dan mendapatkan beasiswa.



Tak lama profesor memasuki kelas lewat pintu depan ruangan. Tangannya menggenggam sebuah ipad yang biasa ia gunakan untuk penunjang mengajarnya.

Good morning class

Good morning, Prof” balas mahasiswa yang sudah berada dikelas.


“Cukup sepi hari ini?” beliau menatap ruang kelas.


Bisa Verina simpulkan pasti banyak mahasiswa yang akan telat hari ini. Sebenarnya mata kuliah penulisan naskah ini awalnya akan dilaksanakan pukul 11 siang nanti. Namun, semalam jadwal mendadak diubah menjadi pukul 8 pagi ini.


Should I start now?” profesor itu mulai menampilkan materi dari infokus kelas.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Ada lamb chop disana, kalau kamu tidak memakannya, tetap ambil saja. Aku yang akan makan

“Okay”

Don't forget, Verina

“I got it”

Okay, i'm in blue zone corner

“Okay, i'll go there”

Okay


Panggilan itu terputus bersamaan dengan lamb chop yang ditaruh diatas set makan milik Verina.

Kelas baru saja selesai. Verina langsung menuju kantin kampus setelah ia mendapat kabar bahwa Celina disana jugaㅡdan juga karena sudah masuk jam makan siang.


Thank you, sir” Verina tersenyum pada staff kantin yang memberikan lamb chop itu.

Your welcome

Verina berjalan dan beralih mengambil segelas orange juice yang menjadi menu makan siang hari ini. Kampusnya selalu mengubah menu makan siang setiap hari, dan cukup bervariatif menurut Verina.

“Hey” mata Verina menatap seorang gadis yang sedang berdiri sambil melambaikan tangannya.


Celina. Siapa lagi.

Ia tersenyum lalu berjalan kearah blue zone. Area itu tidak terlalu rame karena memang letaknya sedikit berada di pojok ruangan. Tapi Celina dan dirinya selalu duduk disana karena pemandangan luar yang langsung menghadap taman belakang kampus itu dinilai cukup indah dan mampu menambah nafsu makan.

How's your class

Verina menaruh nampan makan siangnya diatas meja, “Crazy. Ada tugas baru, lagi”

Celina menatapnya dengan ekspresi kaget.

WHAT? IS HE CRAZY?! Kau baru saja menyelesaikan mega project tadi malam, loh”

Verina tertawa. “Mega project?” Ia duduk dan langsung memakan makan siangnya itu.

Yes. Yeah well.. that's not a really mega project but tugasmu yang terakhir itu kan cukup sulit. Kau sendiri frustasi dengan itu, kan? That's why u called mega project. A crazy mega project


Verina mengangguk sambil mengunyah makanannya. “Exactly. Mata kuliah ini memang gila. Tapi aku butuh mata kuliah penting ini. Aku tidak pernah mau menunda kelulusanku hanya karena menghindari kelas ini”


Celina mengangkat kedua bahunya. Akhirnya ia mulai memakan makan siangnya. “Ya.. selama kau mendapat nilai yang sepadan, i think it's worth it

Keduanya mengangguk.



Anyway. Setelah kau lulus nanti, kita jadi untuk membuka cafe di Pasadena, kan?” tanya Celina yang langsung mendapat anggukan Verina.

Of course. That's our dream, right?”

Celina mengangguk.

“Kau akan menetap di Pasadena? Or here?” tanya nya lagi.

Kali ini Verina mengangkat kedua bahunya. Ia jujur belum memikirkan hal itu. “My dad menyuruhku untuk pindah ke Pasadena. Agar lebih dekat. But i don't know. Aku sudah betah tinggal disini”

“Di dorm? Oh come on


Verina tertawa keras. “Bukan di dorm. Kita kan harus pindah setelah lulus. Aku memikirkan untuk membeli apartemen di dekat sini”

Celina ikut tertawa, “I got it.. I got it

Verina dan Celina memang sudah memiliki impian untuk membuka sebuah cafe di Los Angelese. Dirinya juga sudah membicarakannya dengan kedua orang tuanya yang berada di Indonesia. Dan mereka mengizinkannya.

“Kelasmu dibatalkan?” tanya Verina.


Celina mengangguk. “Tapi ada banyak tugas yang diberikan sebagai gantinya”

Verina tersenyum miring. “Sama saja”

No. Tugasnya dikumpulkannya dua minggu lagi. How about yours?”

Verina melolot terkejut. “How lucky. Aku akhir pekan ini”

Celina tertawa mengejek. “Verina. Kurasa kau benar-benar membutuhkan hiburan”

Verina menggeleng. “Aku tidak suka club. You know that too

How about game? Or stream? Or both. Aku akan mengajarimu cara memainkan game yang aku sukai akhir-akhir ini”


Verina hanya terdiam.





Haruskah ia memainkannya? Agar tidak gila akan tugas yang tidak henti-hentinya...







THE CITY OF US  •》Mark TuanWhere stories live. Discover now