прячется

179 86 10
                                    

Hitungan berakhir, tujuh remaja itu sudah dalam posisi yang menurut mereka aman. Tanpa suara tentunya. Tapi, Nicholas mengalami sedikit kemalangan. Kaki dan tangan dia habis digigit oleh puluhan semut merah, sehingga membuat anak itu tak nyaman berada lama disemak-semak.

Nicholas berjalan dengan hati-hati, mencari tempat yang aman dan nyaman untuk bersembunyi juga memikirkan letak cincin permata. Ia mengendap layaknya seorang maling ayam yang diburu warga. "Horor amat, ya."

Sampailah ia ditempat yang tak jauh dari keberadaan Jay, tapi Jay tidak sadar akan hal itu. Karena menurut Nicholas, akan lebih baik jika bekerjasama, akhirnya ia berusaha menghampiri Jay dengan sebuah taktik. Seperti yang kita ketahui, jika Jay Park sering berteriak tanpa kenal situasi dan kondisi.

Nicholas memutar otak, mencari cara yang cepat tapi aman. Matanya terbuka saat sebuah ide muncul. Nicholas menirukan suara kicauan burung, dan Jay pasti akan mengetahui kalau saudaranya berada tidak jauh dirinya. Karena, Jay sudah hafal betul suara kicauan burung yang sering Nicholas tiru.

Suara burung pun mulai terdengar melalui mulut ajaib Nicholas.

Rencana yang membuahkan hasil, Jay terlihat menengok ke sana-sini guna mencari keberadaan Nicholas. Tak butuh waktu lama bagi Jay untuk menemukan remaja yang kini sudah melambaikan tangan kegirangan. "Kesini cepet! Gue punya rencana." Gerakan mulut itu sangat mudah Jay pahami, percis seperti orang ganggu dengan muka memelas.

Lima jari milik Jay terangkat, menandakan bahwa Nicholas harus menunggu. Tapi sialnya, manusia berjubah hitam lengkap dengan topeng itu muncul tak jauh dari mereka berdua.

Dimana yaa~

Ayo bersembunyi~

Keduanya kompak bersembunyi dengan hati yang bergemuruh, sebisa mungkin mereka tidak menimbulkan suara berlebih.

Nicholas dan Jay bersembunyi dari balik pohon besar, jelas mereka khawatir. Tempat persembunyian yang rentan ketahuan itu bisa saja menjadi tempat terakhir keduanya. Karena manusia berjubah itu licik, sangat licik.

Pelan tapi pasti, manusia berjubah melangkah mendekat kearah Jay, membuat seorang Jay Park berkeringat dingin. Dadanya naik turun sekarang. Namun, teriakan melengking membuat manusia berjubah menghentikan aktivitasnya.

"AAAAAAA!"

Suara itu sangat tidak asing ditelinga. Teriakan maut Kai yang sangat nyaring begitu menggema. Manusia berjubah secepat kilat menghampiri asal suara, Jay dan Nicholas lalu mengusap dada dan mengeluarkan nafas panjang.

Jay segera menghampiri Nicholas, "LO SELALU MUNCUL DISAAT YANG GAK TEPAT!" geramnya dengan nada yang tertahan.

"Badan gue digigit semut, Jay! Lagian kalo kita kerja sama, cincin permata bakalan cepet ditemuin."

"Iya, cepet. Tapi, kalo kita berkerumun, resiko ketahuan juga bakalan lebih gede lagi. Gede, Nicholas!"

"Cuman berdua, gak akan ketahuan."

"Alesan mul—"

"Ekhem."

Bulu kuduk Jay dan Nicholas berdiri, mereka berdua mematung setelah mendengar deheman seseorang.

"Cie ... takut, ya?" Suara itu muncul dari atas pohon, tidak lain dan tidak bukan adalah suara berat milik Ej.

"Sumpah, ya, jantung gue maraton." Nicholas memegangi jantungnya agar tidak copot. Lebay sekali.

"Kenapa lo disitu?! Awas nanti ketahuan!"

Ej akhirnya turun dengan gampangnya. "Harusnya lo berdua berterimakasih sama gue! Sama Kai juga!"

"Kenapa begitu?" tanya Jay aneh.

"Gue yang udah nyuruh Kai buat teriak, bagus gak idenya?" Dua alis Ej diangkat bersamaan.

"Bagus kepala bapak lo ganda! Kai bisa mati!" sarkas Nicholas. Apa yang bagus dari ide Ej? Yang ada hanyalah mempercepat kematian Heuning Kai.

"Kai aman kok, dia gak akan kenapa-napa." ucap Ej santai. Muka tak bersalahnya sangat ingin Jay hancurkan saat itu juga. Wajah Ej sumringah, padahal baru saja melakukan kesalahan.

"Tenang, gue tau dimana cincinya."

"Tunggu, kenapa lo tau?"

"Kenapa hayoh?" Wajah Ej sangat menguji kesabaran.

"Gue lagi ga mood. Jangan sampe paru-paru lo gue pindahin ke mata kaki."

"Yaudah sih, santai."

"Mau sampe kapan ribut terus?" Jay bertolak pinggang.

"Hehe ..." Dengan kekehan, Ej membungkuk, memungut sesuatu dari balik dedaunan.

"Nih." Sebuah cincin permata yang indah berhasil Ej temukan.

"HAH? ITU DUBLIKAT KALI! GAK MUNGKIN! EJ GAK DI TAKDIRKAN JADI ORANG PINTER!" Nicholas drama lagi, seolah dirinya tidak rela jika Ej menemukan cincin dengan mudah.

Setelahnya, suara misterius datang lagi.

Selamat! Kalian berhasil dipermainan kali ini. Hanya tiga puluh menit, waktu yang sangat cepat. Kembalilah ke ruangan tadi, dan bersiap untuk permainan berikutnya.

"Gitu doang?" tanya Nicholas enteng.

"Nanti dikasih permainan yang susah, malah ngamuk. Udah ayo!" Mereka bertiga berbarengan pergi ketempat asal mereka tadi. Terus berjalan sampai ketiganya tiba kepintu masuk, pintu yang memperlihatkan Kai, Taehyun, Sunghoon, dan Jake yang sedang bersantai.

"Gak salah nih gue liat kalian pada santai?"

"Kenapa emang? Iri lo?"

"Nggak tuh, cuma aneh aja." Nicholas lalu menghadap tubuh Ej. "Ceritain dong gimana bisa lo nemuin concin itu."

"Petunjuknya kan tanaman wangi, pohon tadi itu pohon cendana. Pohon yang wangi, idung lo mampet, jadi gak bisa nyium aroma."

"Sembarangan lo, Ej!"

"Ya abisnya, gitu aja gak tau. Dari atas permatanya agak sedikit berkilau. Udah ah, gue mau istirahat." Ej membaringkan tubuhnya lagi.

"Dasar remaja jompo!" ketus Jay.

"Permainan selanjutnya apa?" tanya Taehyun.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Teahyun, teman-temannya sibuk dengan kegabutannya masing-masing.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Teahyun, teman-temannya sibuk dengan kegabutannya masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FailedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang