BAB DUA PULUH TIGA

Start from the beginning
                                    

"Oke, I will."

"Kami bercerai. Jayden menggugatku setelah membawa perempuan itu ke rumah dan berkata jika dia akan menikahinya."

Fuck Jayden. 

Jessy tak berhenti menyumpah-serapahi Jayden di dalam hati pada setiap langkah panjang yang ia ambil. Ia tidak peduli jika Dera akan marah padanya setelah ini, karena ia sudah berbohong untuk tidak melakukan sesuatu setelah mendengar apa yang telah terjadi. Jessy sudah kepalang marah, ubun-ubunnya seperti mendidih ketika mendengar apa yang diceritakan oleh Dera.

Jessy yakin, jika masih ada hal yang ditutupi dan tak diceritakan oleh sahabatnya itu, ia tidak bodoh untuk menyadari jika suara Dera terdengar bergetar ketika bertelepon dengannya semalam. Berani-beraninya Jayden memperlakukan Dera seperti ini, memangnya pria itu pikir ia siapa?!

Tak mempedulikan banyaknya pasang mata yang memperhatikan Jessy berjalan cepat melewati meja resepsionis, tidak perlu berbasa-basi dengan bertanya, "Dimana ruangan Jayden?" mereka hanya akan bertanya kembali dengan pertanyaan, "Sudah membuat janji temu?"

Janji temu? Langkah konyol apa itu? Jessy tidak butuh, ia sudah kepalang marah, dan orang yang tepat menerima amarahnya saat ini adalah Jayden.

"Maaf, Nona sedang mencari siapa?" tanya perempuan yang menjaga meja resepsionis, berlari mengejar langkah cepat Jessy, lantaran wanita itu tidak melapor pada resepsionis terlebih dahulu hendak bertemu dengan siapa.

"Bukan urusan kamu," sahut Jessy tanpa menghentikkan langkahnya.

"Barangkali bisa saya bantu, apa Nona sudah membuat janji temu sebelumnya?" tanya perempuan itu lagi.

Lihat? Pertanyaan pasaran itu pasti akan keluar dari mulut seorang resepsionis, jadi Jessy memilih untuk mengabaikannya daripada harus membuang waktu untuk menjawab.

"Saya tidak punya urusan dengan kamu, jadi berhenti mengikuti saya," sentak Jessy, berhenti mendadak, menatap perempuan dengan setelan formal kantor itu galak.

"Maaf, tapi Nona tidak bisa sembarangan masuk tanpa membuat janji temu terlebih dahulu," ujar sang resepsionis setengah gugup karena tiba-tiba dibentak dengan galak.

Merotasi bola matanya, Jessy membuang muka. Pada saat yang sama secara tak sengaja, ia mendapati dua orang laki-laki keluar dari ruangan saat pintunya dibuka. Mengenali salah satu dari laki-laki itu, Jessy menyipitkan mata, tanpa membuang waktu lagi, ia melanjutkan langkah, menghampiri laki-laki itu dan melayangkan tamparan keras.

Bunyi telapak tangan yang mendarat mulus di pipi pria itu terdengar menggema, saking kerasnya tamparan yang diberikan. Bekas jari menapak jelas di kulit sang empu yang ditampar sedang penampar merasakan telapak tangannya kebas.

"Son of a bitch!" maki Jessy dengan dada kembang kempis, menatap nyalang pria yang barusaja ia tampar. Siapa lagi jika bukan Jayden?

Melihat hal yang barusaja terjadi, Wisnu selaku sekretaris Jayden terkejut bukan main, bahkan perempuan yang berlari menyusul Jessy tadi sampai merapatkan jemari di depan mulutnya, tercengang melihat pemandangan tersebut.

Memegang pipinya yang terasa perih dan panas, Jayden menoleh cepat, menatap perempuan yang telah melayangkan tamparan padanya itu dengan pandangan terkejut sekaligus marah. Jelas saja, siapa yang tidak marah ketika tiba-tiba ditampar begitu keras dan dimaki di depan para karyawan kantor?

"Wisnu, usir perempuan ini," titah Jayden dengan suara rendah.

Mendengar itu, Jessy segera mengangkat tangannya, membuat gerakan Wisnu terhenti. "Jangan sentuh saya. Urusan saya di sini bukan dengan kamu, melainkan dengan dia," tunjuk Jessy pada Jayden, jari telunjuknya mengacung, menunjuk Jayden tepat di depan dada.

AffectionWhere stories live. Discover now