Prolog : 0000

1K 36 20
                                    

Di negara ini, ada banyak sekali miskonsepsi yang sudah jadi umum dan tidak disadari kalau hal itu adalah sebuah miskonsepsi. Kalau di dunia komputer, ada sebuah miskonsepsi yang menyamakan software open source dengan sofware gratisan. Dan karena miskonsepsi itu sudah mendarah daging kebanyakan orang jadi sudah tidak memperdulikannya lagi.

Lalu, di antara semua kesalahan konsep itu ada beberapa miskonsepsi yang sudah membuat negara ini jadi agak terbelakang.

Yang pertama adalah, anggota legislatif serta jabatan negara lainnya, guru, dan pengemis dianggap profesi. Profesi itu adalah orientasinya uang, jadi tujuan mereka bukan melakukan pekerjaan yang dibebankan tapi mendapatkan uang. Dan tolong kesampingkan fakta kalau ada orang yang benar-benar menganggap mengemis adalah sebuah pekerjaan.

Saya tidak akan bahas lebih lanjut hal ini, sebab saya juga tidak bisa ngapa-ngapain.

Sekarang mari kita bahas cinta. Definisi cinta itu apa sih?. Ok, kalian bisa buka wikipedia atau cari di kamus bahasa dan baca penjelasan yang panjang kali lebar kali tinggi. Tapi menurut saya, di negara ini definisi cinta itu sangat mudah.

Cinta sama dengan pacaran.

Kalau kau jatuh cinta berarti kau ingin jadi pacarnya, kalau kau sudah pacaran berarti cintamu dibalas olehnya, lalu kalau hubungan kalian berakhir berarti kau putus cinta, kalau kau ditolak berarti dia tidak mencintaimu.

Sebagai seorang yang belum punya pacar dan kayaknya tidak akan punya pacar, aku tidak tahu rasanya patah hati atau sakit hati. Tapi kalau hatiku rasanya jadi tidak karuan, aku malah sedang merasakannya. Sekarang. Dan yang menyebabkannya bukanlah wanita atau cinta.

Walau asal dari semua ini memang adalah wanita tapi aku lebih menganggapnya bukan sebagai wanita melainkan anak kecil.

Yang saat ini membuat hatiku jadi rasanya tidak normal adalah kenyataan kalau aku sedang mengantri untuk mengambil sebuah nomor urut sebagai seorang calon ketua perwakilan siswa alias OSIS.

Untuk sekedar informasi, aku mencalonkan diri bukan karena aku memang ingin jadi ketua OSIS, ingin merubah sekolah atau tujuan baik lainnya. Satu-satunya hal yang bisa membuatku melakukan hal semacam ini hanya ada satu. Paksaan.

Sebuah paksaan sederhana tidak akan mempan padaku, meski yang memaksa adalah seluruh sekolah aku yakin kalau aku bisa menolak mereka semua. Tapi masalahnya lain kalau yang memaksa adalah anak dari orang yang rumahnya kutumpangi dengan gratis.

Sekolahku yang saat ini lokasinya sangat jauh dari rumah, kalau naik bis dengan kecepatan enam puluh kilo meter perjam dalam kecepatan konstan mungkin kalian akan sampai dalam waktu delapan jam. Untuk suatu alasan, sekarang aku bersekolah di luar kota.

Dan karena di kota ini ada taman akrab Ayahku, mereka langsung memutuskan begitu saja kalau aku akan tinggal di rumahnya tanpa persetujuanku. Dengan kata lain, numpang.

Ok. Numpang memang enak, dapat tempat tinggal gratis, dapat fasilitas gratis, makanan, air, dan listrik juga gratis. Bisa dibilang, numpang adalah cara paling jitu untuk mengurangi biaya hidup di kota asing saat kau adalah seorang pelajar dari keluarga yang menengah ke bawah.

Tapi, semua hal itu pasti ada haraganya dan harga yang harus dibayar untukku bisa menumpang sama sekali tidak bisa dibilang murah. Dengan numpang, secara tidak langsung kita sudah memencet tombol "i accept the terms and license agremeent" yang isi persyaratan sama sekali tidak bisa dibilang mengenakan.

Satu. Masalah akan dilimpahkan pada kita. Kalau sekedar membantu pekerjaan rumah mungkin masih normal, tapi kalau sudah sampai pada taraf di mana kita dipanggil untuk hal-hal yang bahkan bisa si tuan rumah kerjakan sendiri. Mau tidak mau aku harus mengakui kalau orang numpang adalah pembantu dengan bayaran minim.

Love & ElectionWhere stories live. Discover now