Lv. 41. Leveling (7)

Start from the beginning
                                    

Mark menggeleng, ia mengambil ramuan itu dan berjalan ke sisi lain gua tempat Hyunjin tengah berbaring dan  mengobati lukanya dengan peralatan seadanya. "Ini, minumlah. HP mu berkurang banyak karena kehilangan darah akibat luka di pinggang mu, jika terus seperti itu kau akan mati dalam beberapa jam." Ia menyodorkan botol kecil tadi pada Hyunjin, yang langsung diterima oleh pemuda itu.

"Terima kasih..." Lirihnya, tanpa banyak bicara lagi ia langsung meminum ramuan itu.

Ketika cairan berwarna cyan itu masuk kedalam mulutnya, sensasi dingin dan menyegarkan Hyunjin rasakan di seluruh tubuhnya. Ia juga bisa merasakan lukanya yang mulai membaik dengan sangat cepat, pendarahannya berhenti dan dalam sekejap lukanya tertutup. Kulit di pinggangnya tampak seperti sebelumnya ketika belum terluka.

"Apakah ramuan ini mahal? Berapa harganya? Aku akan menggantinya nanti." Tanya Hyunjin setelah keadaannya lebih baik. HP nya juga naik seperempat, dan wajahnya tidak tampak pucat lagi.

Mark menggeleng pelan, "tidak perlu, ramuan itu dibuat untuk menyelamatkan nyawa. Dan kau membutuhkannya." Ia tidak mau melihat pemain mati didepannya, apalagi jika ia bisa menolong pemain tersebut.

Tujuannya dan yang lain memasuki game ini adalah untuk menolong orang-orang yang terjebak, dan sebisa mungkin meminimalisir jatuhnya korban. Walaupun terdengar mustahil, tapi setidaknya mereka bisa membantu beberapa pemain yang kebetulan bertemu dengan mereka untuk tetap hidup.

Belum lagi, para pemain itu tidak tahu mereka terjebak dalam dunia game ini dan tidak bisa bangun.

Mark mengepalkan tangannya diam-diam, ia benar-benar merasa tak berdaya sekarang. Ia hanya bisa menolong Hyunjin dan tiga lainnya, sementara ada ratusan bahkan ribuan orang lain yang juga butuh bantuannya. Sebagai seorang petugas kepolisian, ia merasa tidak berguna dan gagal dalam tugasnya.

"Hoamm...." Lucas meregangkan badannya, lalu melihat kearah kelompok Chan yang ada disisi lain gua. "Orang baru?"

"Mark, mereka siapa?" Tanya Lucas sembari menambahkan kayu bakar kedalam api. Wajahnya masih terlihat mengantuk, tapi sudah waktunya untuk bangun. Mereka harus menempuh perjalanan jauh hari ini.

"Beberapa orang yang melarikan diri dari kota utama..." Jawab Mark. "sesuatu mungkin terjadi disana." Tambahnya, ia berjalan kearah mulut gua dan duduk disana sambil memperhatikan matahari yang akan segera terbit.

Lucas lalu memandang keempat orang itu dengan penasaran, dan mendekati mereka. Lalu duduk disamping Changbin yang tengah memilah barang-barangnya.

"Aku Lucas, kau?" Tanya pemuda itu tanpa basa-basi.

"Changbin, salam kenal." Jawab pemuda berpipi gembil itu tanpa mengalihkan pandangannya dari barang-barang ditangannya.

"Apa yang terjadi pada kalian?" Tanya Lucas lagi.

"Ada kerusuhan di pusat kota, ada beberapa boss NPC yang muncul dan membuat keributan. Belum lagi para pemain yang entah bagaimana juga berubah menjadi liar dan menyerang para pemain lainnya, mereka juga membakar rumah-rumah dan penginapan yang memiliki jumlah pemain paling banyak. Lalu menjarah barang-barang milik para pemain itu." Jelas Changbin, tangannya berhenti bergerak. Matanya menatap sendu pada tangannya yang terkepal.

"Apa ada korban jiwa?" Tanya Kun yang sudah duduk didekat Lucas. "Namaku Kun omong-omong."

Changbin mengangguk sopan, "ada... Ada begitu banyak korban disana..." Suaranya tercekat, kepalan tangannya juga menjadi lebih erat. "... termasuk sahabatku.."

"Apa dia-"

"Mati." Potong Lee Know. "Awalnya kami bersama tiga orang lainnya, yaitu Hyunsuk, Byounggon, dan Youngbin. Tapi Youngbin dan Byounggon terjebak didalam penginapan tempat kami tinggal, dan tak sempat menyelamatkan diri. Sementara Hyunsuk..." Ia menatap tubuh Changbin yang mulai bergetar.

"Dia mati karena melindungiku..." Sambung Changbin dengan suara bergetar, tak lama suara isakan keluar dari bibirnya.

Lee Know segera mendekati pemuda itu dan memeluknya, berusaha memberikan kenyamanan pada Changbin yang tengah dipenuhi rasa bersalah. "Itu bukan salahmu Changbin-ah..."

Changbin menggeleng, dan meracau dalam pelukannya. Ia masih belum bisa mengikhlaskan kematian sahabatnya itu, Hyunsuk adalah sahabat masa kecilnya. Mereka tumbuh bersama, pergi ke sekolah yang sama, dan bermain game yang sama.

Dan itu, karena dirinya. Andai dirinya tidak ngotot ingin bermain Dionysius, Hyunsuk pasti masih ada disampingnya sekarang.

To be continue

_______

Aku mau namatin ini:< kasian udah setahun dianggurin hikd

Tapi aku lagi missqueen, gak punya kuota TT

Aku juga keluar dari tempat kerjaku, gajinya gak sepadan sama kerja kerasku /menghela nafas/ kalian yang masih sekolah dan ada jatah dari ortu, jangan sia-sia in yaa dunia orang dewasa tuh kejam. Kalo bisa aku pengen balik lagi jadi anak kecil, jadi orang dewasa tanggung tuh gak enak.

Oke see u

Neo City : The Game Is Called DionysusWhere stories live. Discover now