Orion menggertakkan giginya. "Kalau lo enggak suka sama gue. Bilang! Gentle, kan bisa. Lo cowok apa banci?!"

Menurut lo? Gue cowok lah goblok. Tapi gue enggak se bego elo!

"Menurut lo? Gue cowok lah goblok. Tapi gue enggak se bego elo!"

Dude terbelalak kaget. Begitu pun dengan semua orang yang berada tidak jauh dari ... Iqbaal.

"Lo ngomong apa barusan!" Dude memutar tubuhnya menghadap Iqbaal.

Dengan cepat Leo mendorong dada Dude agar Dude menjauh.

"Santai, Man!"

Orion, Dude, bahkan semua orang menatap Iqbaal dengan tatapan aneh.

"Lo bohong sama dia. Lo memang melakukan hal menjijikkan itu." Iqbaal menunjuk laptop yang tersimpan di dekat sikut Orion.

Dude tergelak. "Hahaha. Lo siapa? Lo ngarang?!" Ck ... lo berusaha ngejatuhin gue?!

Iqbaal menarik sudut bibirnya. "Buat apa gue menjatuhkan pohon yang udah tumbang? Sia-sia."

"Wah ...."

"Dia bisa telepati?"

"Ah, gue enggak ngerti."

"Dia siapa, sih?"

Barisan semakin penuh dengan Mahasiswa yang punya setumpuk rasa penasaran.

"Lo bohong sama gue? Sama semua orang di sini?!" Orion sekali lagi menggebrak meja di depannya. Membuat Dude tersentak dan sorak sorai semakin riuh.

Gue benci sama lo, Yon! Lo selalu dapat perhatian dari semua Dosen! Sedangkan gue? Gue selalu direndahkan!

Iqbaal melirik Dude yang belum mengeluarkan suara.

Tatapan Dude sangat tajam. Dia terlihat lebih menantang pada Orion.

"Denger semuanya! Orang di depan gue ini anak dari seorang pembunuh!" ucapan lantang Orion membuat geger seisi perpustakaan. Semua orang menutup mulut mereka dan menatap Dude dengan tatapan tidak menyangka.

Dan lo, anak dari seorang koruptor?

"Dan lo, anak dari seorang koruptor?"

Seluruh perhatian berganti pada Iqbaal.

Dude dan Orion semakin dibuat heran.

Lo bisa denger suara hati gue?

Iqbaal menarik napas lamat-lamat. "Enggak ada yang lebih rendah selain saling menghakimi dan saling menjatuhkan. Membuka aib teman ibarat memakan bangkai teman sendiri." Iqbaal menatap Orion dan Dude bergantian. "Selesaiin urusan kalian berdua, baik-baik. Atau kalian sendiri yang bakal menanggung malu." Setelah mengatakan kalimat itu, Iqbaal beranjak berdiri. Dia keluar dari perpustakaan. Sama sekali tidak peduli saat menabrak banyak bahu yang menghalangi jalannya.

"BAAL! IQBAAL!" Leo berteriak kencang. Namun Iqbaal tidak menggubrisnya.

Gue enggak nyangka.

Ada, ya orang kayak gitu?

Menyedihkan.

Gue enggak mau deket-deket sama dia.

Iqbaal menutup kedua telinganya yang terus memunculkan suara-suara yang dia sendiri ... benci saat mampu mendengarnya.

***

10 Tahun yang lalu~

Bunyi sirine milik pasukan pemadam kebakaran terus mengaung di depan rumah sakit YSS.

Scary Voice [IqNam Series]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang