chapter 12

6.3K 645 18
                                    

"PENCURI, PENCURI, PENCURI!!!" Wanita itu berteriak keras, membabi buta memukul Harvy yang terlelap tidur. Ia memukulnya dengan sekuat tenaga yang ia punya, sehingga Harvy harus terbangun karena kesakitan. Belum lagi karena panas di wajan itu yang mungkin telah menyisakan luka di kulitnya.

"Woe, woe, aku bukan pencuri." Harvy bangun dan langsung membela diri. Ia mejangkap wajan yang digunakan sebagai alat pukul oleh wanita yang terlihat asing di matanya. Siapa dia?

"Pencuri...." Wanita itu berteriak lagi sembari berusaha menarik wajan itu kembali dari genggaman Harvy.

"Aku bukan pencuri." Balas, ia bangkit dari tempat tidur dan berdiri di depan wanita muda itu.

"Kamu siapa?" tanya Harvy kepada wanita muda itu. Ia terlihat ketakutan, ia memalingkan wajahnya sambil memejamkan mata, serasa sosok Harvy di depannya menyeramkan.

Tapi bukan karena alasan itu, wajah wanita itu nampak memerah, tentu saja karena Harvy berdiri terlalu dekat di depannya dalam keadaan shirtless. Menyadari itu, Harvy segera mengambil pakaiannya, segera ia menutupi badannya yang mungkin mengerikan di mata wanita itu atau mungkin juga telah membuatnya salah tingkah.

"Om sendiri siapa?" Tanya balik wanita itu sudah berani menatap Harvy, ia menolak pinggang seolah sedang menantang Harvy.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu tau kan aturan sopan santun? Dan juga, aku bukan om-om." Balas Harvy yang tiba-tiba membawa-bawa etika kesopanan, serasa itu bukan dia yang bicara. Ia juga masih berusaha tenang meski ia tak suka wanita itu terus memanggilnya om. Ia belum setua itu untuk dipanggil om. Untung saja dia adalah seorang wanita, jika dia adalah lelaki, sudah akan lain lagi ceritanya, mungkin telah terjadi pertarungan diantara keduanya. Apalagi perih di punggungnya, bekas pukulan wajan panas wanita itu.

"Aku gak kenal kamu." Ucapnya kepada wanita muda itu.

"Aku juga gak kenal om." Balas wanita itu yang sekarang tak ada takut-takutnya lagi dengan Harvy.

"Terus, ngapain masuk di kamar orang?"

"Kamar orang?" Wanita itu nampak tak terima. "Om, ini kamar aku." Tegasnya. walau kemudian ia juga tak yakin bahwa apakah kamar ini masih menjadi miliknya, melihat banyak jejak lelaki yang ia panggil om di dalam kamar itu.

Harvy bingung, namun ia kemudian menyadari setelah cukup lama mereka berdebat. Wanita muda di depannya itu terlihat mirip dengan Devan. "Kamu....siapanya Devan?" Tanyanya terdengar ragu.

"Adiknya." Jawab wanita itu cemberut, sepertinya ia telah menyadari kesalahpahaman diantara mereka.

"Oh, sorry. Devan gak pernah bilang kalo ini kamar kamu."

Wanita itu makin cemberut, sebenarnya kamar ini memang bukan kamar dia juga. Ia hanya sering menggunakannya saat ia mengunjungi Devan. Ia tak sering berkunjung juga ke apartemen ini, selain karena ia kuliah di luar kota, ia tahu bahwa Devan adalah orang yang tak suka diganggu privasinya.

"Om sendiri siapanya kak Epan?" Tanya wanita yang mengaku sebagai adik dari Devan itu.

"Teman." Jawab Harvy. Apalagi status dia yang bisa ia perkenalkan kepada wanita itu. Jika dia bilang dia adalah supirnya, bukankah aneh, seorang supir tidur di apartemen majikannya.

Wanita  itu mengangguk, ia masih belum bergeming dari tempatnya. Apa yang harus Harvy lakukan untuk menghadapi wanita itu?

"Kamu namanya siapa?" Tanyanya.

"Devika." Jawab wanita itu menyebut namanya. Nama mereka terlalu identik, Devika dan Devan.

"Oh, Devika. Kamu bisa keluar dulu gak?" Pintahnya yang dituruti oleh wanita itu.

Fall In Love by AccidentWhere stories live. Discover now