Dania mengangguk. "Hati-hati di jalan, hubungi saya jika Nona butuh bantuan."

Dera tersenyum dan mengangguk, sebelum akhirnya berlalu pergi untuk menemui klien atas janji makan siang mereka sembari membahas project kerja sama. Meletakkan kotak paket itu di jok belakang, Dera lantas menyalakan mesin mobil dan pergi ke tempat tujuan.

Selesai dengan itu, Dera tak kembali ke butik seperti yang ia katakan pada Dania tadi melainkan memutar mobilnya, memilih untuk pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Dera terkejut saat baru beberapa langkah dari pintu langsung disambut oleh teriakan putranya.

"MOMMYY!!" seruan Raiden bergema seiring pemuda itu berlari dengan merentangkan kedua tangannya, ia menghambur memeluk sang ibu yang barusaja pulang.

Dua saudaranya yang lain menyusul di belakang, dengan langkah santai, menghampiri adik kecilnya yang sudah bergelayut manja di pelukan sang ibu.

"Raiden nunggu Mommy pulang daritadi. Mommy udah nggak sibuk lagi 'kan? Raiden kangen main sama Mommy, I miss you so so so so much!" ujar Raiden dengan penuh energi, membuat Dera tertawa.

"I miss you too. Maaf ya, Mommy jarang ada waktu buat kalian. Tapi ini, ngomong-ngomong, kok kalian udah ada di rumah? Bukannya pagi tadi berangkat sekolah?" tanya wanita itu, memandang ketiga putranya bergantian.

"Kita pulang pagi hari ini," jawab Jansen.

Ber-oh panjang, Dera mengangguk-angguk.

"Mommy bawa apa, itu?" tanya Jean ketika melihat sebuah kotak terbungkus plastik hitam yang dibawa ibunya.

Melepaskan pelukannya, Raiden mengerjap, ikut menatap kotak yang dibawa oleh Dera.

"Oh ini, Mommy dapet kiriman paket tadi, belum tau isinya apa. Kalian udah pada makan siang 'kan?" tanya Dera, mengalihkan topik.

Mereka bertiga mengangguk. "Udah dong! Mommy sendiri udah makan siang belum? Mau Raiden ambilin makan?" tawar Raiden.

Dera tersenyum dan menggeleng, mengusap sesaat surai putranya. "Makasih, Sayang, tapi Mommy masih kenyang, barusan makan siang. Kalau gitu, Mommy ke kamar dulu bentar ya, mau taruh ini sama ganti baju."

"Habis itu main sama kita ya, Mommy?" ujar Raiden.

Tersenyum dan mengacak rambut Raiden, Dera mengangguk, sebelum akhirnya wanita itu melanjutkan langkahnya menuju kamar. Menaruh tasnya, Dera mendudukkan diri di tepi ranjang, memandangi kotak paket di tangannya.

"Apa isinya?" monolog Dera, menggoyangkan kotak itu, lantas merobek plastik hitam yang membungkusinya.

Begitu terbuka, Dera mengerjapkan kelopak mata gandanya tatkala mendapati apa yang ada di dalam kotak. Dengan gerakan cepat, tangan wanita itu mengeluarkan semua isi yang berada di dalam kotak. Ada banyak foto, beserta lembaran-lembaran kertas bukti pembelian serta transfer uang yang entah milik siapa.

"J-jayden?" Mengamatinya satu persatu dengan teliti, tidak salah lagi, jika orang yang ada di dalam foto ini adalah Jayden ... dengan seorang perempuan.

Tiba-tiba ucapan Jessy tempo lalu kembali berdaung di telinga Dera. Kembali memastikan, ternyata memang tidak ada bedanya, perempuan di semua foto ini adalah orang yang sama. Meremas salah satu foto yang ada di tangannya, Dera menggeleng, beralih untuk melihat lembaran-lembaran kertas lainnya.

Seiring bola matanya bergerak membaca semua bukti transfer serta pembelian barang-barang mewah nan mahal itu, Dera menutup mulutnya tak percaya. Apa yang ia khawatirkan selama ini ternyata memang benar terjadi.

Meneguk ludah, Dera mengambil napas dalam-dalam, memejamkan matanya untuk menahan gejolak perasaan yang memenuhi rongga dadanya. Tidak. Ia tidak boleh percaya begitu saja. Lagipula, darimana Theo mendapatkan ini semua?

AffectionWhere stories live. Discover now