" Haech-"

" Maafkan aku...hiks...hiks... maafkan aku... maaf aku menyakiti mu... " Tangis Haechan sambil menggesekkan telapak tangannya cepat 

" Tidak... tidak... hiks...hiks..jangan bawa aku kesana tidak.. maafkan aku... maafkan aku..."

Haechan menggelengkan cepat kepalanya terus  memohon menggesekkan cepat kedua telapak tengannya sambil beberapa kali menengok kebelakang menatap ngeri tempat tidur. 

Mark terdiam. 

Ia benar benar terjekut dengan apa yang terjadi, otaknya tidak bisa bekerja dengan cepat. Ia tidak tau kenapa Haechan sangat takut melihat tempat tidurnya dan memohon ampun pada Mark seperti itu. 

" Maafkan aku... maafkan aku.... tidak... jangan kesana... maafkan aku..." Tangis Haechan lagi 

Mark menghela nafasnya, otaknya mulai merangkai kumpulan informasi yang berantakan. 

Mark memegang kedua tangan Haechan, menahan tangan anak itu melakukan gerakan memohon. Haechan sedikit memberontak, sambil terus menggelengkan kepalanya menatap Mark takut, beberapa kali menolehkan kepalanya kebelakang dan menatap Mark ngeri, seolah takut Mark akan membawanya ke atas kasur. 

Mark menatap Haechan lurus, bola matanya bergetar memperhatikan wajah Haechan yang ketakutan berlinang air mata. Mark tidak suka melihat wajah Haechan yang seperti ini 

Hatinya sakit

" Tidak.. tidak... jangan... jangan..." Tangis Haechan berusaha melepaskan genggaman tangan Mark di kedua tangannya 

" Haechan-ah.... lihat aku!" Mark sedikit menegaskan suaranya 

" Tidak! Pergi! aaak!" Haechan memberontak sambil menangis, membuat Mark ingin menangis juga 

" Hey... tenang...lihat aku! ini aku Mark!"

Mark terus menahan tangan Haechan, memaksa dirinya untuk melihat Mark. Haechan masih menangis dan memberontak

" Haechan... lihat.. ini aku Mark!"

" Mark?" Haechan mulai mendengarkan suara Mark 

" Ya... ini aku Mark... tenang lah....."

" Mark... benar ini Mark?" Tanya Haechan masih dengan tangisannya dan tubuh yang bergetar hebat

" Ini aku Mark... sudah tak apa... jangan takut..." Senyum Mark tipis menenangkan sambil mengangguk pelan

Haechan pun tiba tiba memeluk Mark dengan kuat, Mark bisa merasakan seberapa bergetarnya tubuh Haechan, ia benar benar ketakutan 

" Tolong aku... Mark.... tolong aku...." Tangis Haechan sambil memeluk Mark

" Aku disini...jangan takut..." Mark mengelus pelan punggung Haechan sambil menenangkannya 

" Jangan tinggalkan aku sendiri hiks...hiks...... aku takut...."

" Aku tidak akan meninggalkan mu.... aku disini... tenang jangan takut... semuanya baik baik saja " Ucap Mark menenangkan sambil  memeluk dan mengusap pelan kepala Haechan.

Jika tadi tangisan Haechan histeris, kini Haechan menangis terisak dan sudah mulai tenang. 

Mark membiarkan Haechan yang menangis dipelukannya, setia mengelus pelan kepala Haechan dan menepuk nepuk pelan punggungnya. Mark benar benar terkejut dengan apa yang baru saja ia alami. 

Setelah 10 menit lamanya, akhirnya Haechan tertidur. Mark pun menggendongnya, memindahkannya ke tempat yang lebih nyaman, tapi ketika Mark ingin menaruh Haechan di atas kasur, ia tiba tiba ingat bahwa Haechan terlihat takut melihat tempat tidur.  Karena tidak ingin membuat Haechan panik lagi, Mark membawa Haechan ke kamarnya. 

Mark menidurkan Haechan di sofa yang ada di kamarnya, kamar Mark ini sangat besar dan sofa yang ada di kamarnya itu cukup besar sehingga nyaman untuk dipakai tidur disana. Setelah menaruh Haechan dengan benar dan menyelimutinya, Mark baru bisa bernafas lega. 

Ketika Mark beranjak pergi, tangan Haechan menariknya yang membuat Mark terjatuh dan ikut tidur di samping Haechan.

" Jangan tinggalkan aku...." cicit Haechan dalam tidurnya 

Haechan menggengam tangan Mark kuat, seolah tidak ada yang boleh merebutnya. Mark hanya bisa menghela nafasnya panjang, kini Haechan sudah mengunci tubuhnya dengan memeluknya dan Mark juga tidak tega untuk pergi. 

Mark tidak punya pilihan lain selain ikut tidur disana, Mark membetulkan posisinya, sedikit membawa Haechan kedalam pelukannya karena ruang yang sempit. Mark menatap Haechan, walaupun tertidur keningnya berkerut seolah masih banyak kekhawatiran yang ada di dalam kepalanya. 

Mark meniup-niup pelan kening Haechan, sambil memainkan poni rambutnya. Mark ingat dulu sewaktu kecil saat  ia susah untuk tidur, papinya selalu meniup niup keningnya sambil mengelus pelan rambutnya dan itu berhasil membuat Mark tertidur lelap. 

Mark tesenyum tipis, melihat Haechan yang mulai tertidur dengan tenang, keningnya tidak berkerut lagi, kini wajahnya benar benar tenang. Sambil menutup matanya, Mark masih setia meniup kening Haechan sambil mengelus kepalanya sampai akhirnya ia sendiri tertidur. 

" KYAAAAAAA!"

Mark mengelus punggungnya yang mencium bebas lantai kayu kamarnya. Beruntung bukan kepalanya yang mendarat duluan. 

Haechan benar benar terkejut ketika ia membuka matanya, seingatnya semalam ia terlalu lelah sehabis membersihkan taman belakang dan gudang dan yang terakhir Haechan ingat ia sedang memainkan ponselnya di atas kasur. 

Tapi bangun bagun, ia malah melihat Mark tidur di sampingnya sambil memeluknya. Haechan yang terkejut pun dengan reflek menendang Mark untuk menjauh darinya. 

" Kau itu kenapa hoby berteriak sih!" Kesal Mark 

" Kenapa kau dikamar ku?!"

" Kau yang dikamar ku!"

Haechan pun menatap sekitar, benar ini kamar Mark bukan kamarnya. Haechan pun segera menatap Mark ngeri dan dibalas dengan gelengan pelan oleh Mark. 

Mark melihat jam tangannya, ia sudah terlambat

" Yak! Kenapa aku ada disini?" Tanya Haechan kesal sekaligus takut

" Kau sudah tak apa?" Tanya Mark berdiri dari duduknya mengabaikan pertanyaan Haechan

" Huh?"

Haechan menatap Mark bingung, Mark pun menatapnya lurus, memperhatikan dirinya sebentar.

" Sepertinya sudah" Senyum Mark sambil mengelus pelan kepala Haechan 

" YAK! JAWAB PERTANYAAN KU!" Kesal Haechan melihat Mark yang berjalan keluar kamarnya 

" Aku nanti pulang cepat, nanti kita bicarakan" Sambung Mark lagi sebelum benar benar meninggalkan kamarnya 

" HAH!?"

Dan Haechan hanya mati kebingungan dengan apa yang terjadi. 

Haechan menutup matanya berusaha mengingat apa yang terjadi, tapi percuma Nol. Tidak ada yang tergambar di dalam kepalanya, tapi satu hal yang membuat Haechan bingung. Setelah sekian lama 

Ia tidur dengan nyenyak.

[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck Where stories live. Discover now