BAB SEMBILAN BELAS

Start from the beginning
                                    

Apa hubungan kamu dengan saya? Apa kita memiliki hubungan darah?

Tidak, Nona. Seperti yang saya bilang, saya hanya orang yang bertugas untuk melayani anda

Jangan berbelit-belit, Theodore.
Kita bicarakan ini langsung, saya ingin bertemu dengan kamu

Saat menunggu balasan dari Theo, pintu ruangan Dera terbuka, membuat atensi wanita itu tersita.

"Apa semuanya sudah siap, Dania?" tanya Dera ketika mendapati Dania lah yang membuka pintu.

Dania mengangguk. "Sesuai perintah anda."

Balas mengangguk, Dera meletakkan ponsel dan bangkit dari duduknya. Hampir saja ia terlupa jika masih memiliki banyak kesibukan yang harus diurus.

***

"Hanya ini?" tanya Jayden sembari membolak-balik lembaran kertas di dalam map yang ia minta pada sekretarisnya semalam.

"Sejauh ini hanya itu yang bisa saya dapatkan. Latar belakangnya tidak terlalu jelas, hanya hal-hal umum dan keluarganya pun juga sangat tertutup," urai Wisnu, membuat Jayden menyipitkan mata, semakin menaruh rasa curiga yang tinggi.

Setelah ia melihat Dera berbicara dengan seorang pria yang nampaknya begitu dekat dengan wanita itu sebelumnya, Jayden merasa penasaran dan sedikit curiga, oleh karena itu ia meminta Wisnu untuk mencari tahu tentangnya.

Theodore Abraham. Keluarganya sangat dekat dengan keluarga Dera, hanya saja tak memiliki ikatan atau hubungan darah. Bisa Jayden simpulkan, jika keluarga pria bernama Theodore ini semacam bawahan atau orang yang memang benar-benar dipercayai mulai dari keturunan yang terdahulu, namun sedikit tidak masuk akal jika seorang bawahan bisa menduduki kursi CEO, memimpin perusahaan yang bergerak di bidang industri Hotel dan Resort tersebut, padahal masih ada pewaris yang hidup dan bisa meneruskan bisnis itu.

Jayden sendiri tak percaya jika Dera mau menyerahkan kekuasaan miliknya kepada orang lain yang tidak sebanding atau sekasta dengan dirinya, terlebih Jayden juga tahu, bagaimana karakter wanita itu sebelumnya.

"Terimakasih, kamu bisa kembali bekerja, Wisnu," ujar Jayden, dibalas anggukan oleh Wisnu sebelum pria itu melenggang keluar dari ruang kerja Jayden.

Beberapa saat setelah Wisnu keluar, pintu kembali terbuka, namun kali ini bukanlah Wisnu yang menampakkan batang hidungnya lagi, melainkan pria lain dengan potongan rambut quiff serta setelannya yang kasual.

"Long time no see, Jayden," sapa pria itu, membuat Jayden menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa dengan ekspresimu? Kusut sekali, ada masalah?" tanya pria itu kembali berujar.

Menutup map yang diberikan Wisnu tadi, Jayden menggeleng. "Kapan kau sampai di Indonesia?"

"Hm? Baru semalam. Ada sedikit oleh-oleh, untuk tiga keponakanku yang tampan, dan satu lagi untuk istrimu, ku dengar dia sudah sadar setelah tujuh bulan harus terbaring di rumah sakit, benar?" tanya pria itu sembari meletakkan bingkisan yang ia bawa di atas meja Jayden.

Bangkit dari duduknya, Jayden mengangguk. "Sudah tiga bulan yang lalu. Ingin minum apa?" tawar Jayden, membuka lemari kecil yang berisi beberapa minuman alkohol dan non alkohol yang berada di samping meja kerjanya.

"Wine saja."

Jayden mengangguk, mengambil sebotol wine dari dalam sana. "Duduklah," ujar Jayden sembari membalik dua gelas yang ada di atas meja.

"Oh ya, aku belum bertanya, bagaimana kabarmu, Jay?"

Menggeser gelas berkaki panjang itu, Jayden mengangguk tipis. "Baik. Kau? Sudah menemukan calon istri?" tanya Jayden balik, membuat pria yang merupakan sahabat karib Jayden itu tertawa renyah.

AffectionWhere stories live. Discover now