Berharap Kuat

589 100 18
                                    

Suara terbatuk dapat Izana dengar di ujung gang kecil yang ia lewati, terlalu gelap untuk ditelusuri namun rasa penasaran terus menghampiri. Langkahnya terhenti, Izana mematung di sana, menanti siapa yang akan keluar dari gang tersebut. Isakan kecil dan suara langkah kaki pincang, Izana cukup peka untuk menyadari hal tersebut. Semenjak indra penglihatannya tak berfungsi, indra lainnya jadi lebih tajam.

"Kakucho bukan?" tanya Izana ketika seorang bocah keluar dari sana. Kakucho terbelalak, ia tak mengira akan bertemu temannya di tempat seperti ini.

"Apa yang kakak lakukan di sini? Ini berbahaya, nanti kakak bisa tersesat" bukannya menjawab Kakucho malah membawa Izana menjauh dari gang tersebut.

Kakucho menuntun Izana menjauh, tangan kirinya terus saja mengusap ingus yang keluar. Bekas luka lebam dan pukulan terasa sakit, ia mengusap pipinya sembari menahan tangis.

"Aku lelah, ayo kita istirahat" pinta Izana. Kakucho mengiyakan ajakan Izana, mereka pergi menuju taman yang biasa dijadikan tempat bertemu. Taman yang pertama kali menjadi tujuan Izana untuk melangkah keluar rumah.

"Hati-hati kak" ujar Kakucho saat Izana duduk di bangku taman. Izana mengangguk kemudian menepuk pelan ruang kosong di sebelahnya. Sadar akan isyarat yang diberikan Kakucho duduk di sana, ia masih saja berusaha untuk menahan tangisnya di depan Izana.

"Kenapa kau menahan tangisanmu?" Kakucho menoleh ke si pembicara, bagaimana Izana bisa tahu, padahal ia sudah berusaha menahan suara dan tangisannya.

"Mereka menindasmu lagi? Apa aku perlu memberi pelajaran?"

"T-tidak, mereka tidak salah. Aku yang salah" balas Kakucho.

"Wajahku menakuti orang lain" lanjut Kakucho lagi, Izana tidak mengerti apa maksudnya.

"Kau monster atau Alien?" ucapnya asal.

"Bukan begitu, maksudku luka di wajahku yang membuat orang lain takut"

Izana menghadap ke bocah yang duduk di sebelahnya, tangannya meraba wajah Kakucho lalu menarik kepala Kakucho agar mendekat.

"A-apa yang kakak lakukan?" tanya Kakucho kaget, jarak wajah mereka begitu dekat, cuma tersisa satu senti jarak diantara mereka berdua. Kakucho jadi merasa gugup dipandangi dari dekat begini, tapi Izana memang sering memandangi sesuatu sangat dekat supaya bisa terlihat.

"Aku ingin melihat wajahmu, di bagian mana lukanya? Hm?" pergerakan Izana terhenti setelah menyadari sesuatu. Kedua ibu jarinya mengusap kelopak mata Kakucho lembut, Izana mengernyit lalu tersenyum.

"Pasti di sebelah kiri, di sini" ucapnya tepat setelah mengusap mata kiri Kakucho.

"Apa itu terlihat?" Izana mengangguk cepat.

"Tidak terlalu jelas tapi bisa kurasakan, warna matamu juga berbeda. Itu keren!"

"Eh???"

"Tidak perlu memikirkan perkataan orang lain. Mereka tidak akan mengasihanimu kalau terus lemah begini, kita itu kuat. Pasti lukamu juga terjadi karena hal buruk, tapi buktinya kau masih berada di sini."

"Kau harus lebih mengapresiasi dirimu sendiri. Awalnya aku juga benci dengan diriku sendiri. Aku benci terus merepotkan orang lain, aku benci dikasihani, aku tidak suka saat orang lain terus mengalah untukku, tapi ada banyak hal yang baru kupelajari. Aku bisa melakukan hal yang belum pernah kulakukan, itu kepuasan tersendiri bagiku" air matanya tak dapat dibendung lagi, Kakucho menangis. Perkataan Izana bak penyelamat masa suramnya. Untuk pertama kali ada orang yang membelanya, untuk pertama kali seseorang tidak menghina lukanya, untuk kali ini Izana menyelamatkan Kakucho lagi.

Scar And Love [KakuIza]✔Where stories live. Discover now