Chapter 11 Please Don't Go

Mulai dari awal
                                        

Zay meluncurkan pedangnya ke arah witch seeker. Witch seeker berhasil mengelak dan meluncurkan pedangnya. Zay menahannya sambil mendorong pedangnya agar pedang witch seeker itu terlepas. Tetapi witch seeker itu juga melakukan hal yang sama.

 “ayolah, hanya segitukah kemampuanmu?” ujarnya.

Zay tak menghiraukannya. Tapi ia tak bisa menyangkal. Witch seeker itu lebih kuat daripada dirinya. Ia terus berusaha. Dan.. pedang Zay melayang ke udara dan jatuh menancap pada tanah. Zay terkejut. Witch seeker itu langsung menerjangnya dan menjatuhkannya ke tanah. Zay berusaha bangkit, namun witch seeker itu menginjaknya.

“menyerah?” desisnya.

 “tidak!” seru Zay.

Witch seeker itu terkekeh. Ia lalu mengacungkan pedangnya ke arah Zay. Zay terdiam dan mendongak menghindari pedang.

Witch seeker kembali terkekeh. “kau tak ada apa-apanya, anak kecil” cemoohnya. Ia lalu mengangkat pedangnya dan..

Splash!

Darah keluar dari perut Zay dan merembes ke bajunya.

“ZAAAAY!!!” pekik Sofia. Ia kembali membenturkan dirinya ke kaca lebih keras  melihat Zay menggeliat-geliat di tanah. Ia tak mau merasa kehilangan untuk ke-dua kalinya. Ia menyesal telah memanggil nama Zay. Mungkin lebih baik jika ia menyerahkan kalung naganya pada witch seeker dan pulang ke kotanya untuk menghadapi kematian. Menyusul ibu.

Sofia mengeluarkan pisau pemberian Zay dan mengetuk-ngetukannya ke kaca. Putus asa. Air matanya kembali mengalir. Ia lalu merangkak dan mencari-cari benda dalam kegelapan. Berharap menemukan kunci pintu atau apapun yang bisa membuatnya keluar. Harapannya terkabul. Ia memegang sesuatu yang ternyata sebuah kapak. Ia menoleh ke luar dan melihat witch seeker mulai mengangkat pedangnya lagi. bersiap untuk meluncurkan serangan yang kedua. Dengan cepat ia berdiri dan membenturkan kapak itu pada kaca.

Prang!

Kaca pecah seketika. Witch seeker itu menoleh ke arah suara dan mendapatkan Sofia yang tengah berlari ke arahnya.

 “Lepaskan! Cepat pergi darinya!” jerit Sofia dengan mata basah yang masih mengalirkan air mata.

Ia menarik-narik tangan witch seeker yang mengangkat pedangnya.

“diam kau!” seru pria buruk itu sambil mendorong Sofia ke belakang dengan kasar sehingga Sofia terjerembab beberapa meter. Pria itu kembali mengangkat pedangnya. Sofia berusaha bangkit namun gagal karena terburu-buru, ia kembali terjatuh. Kakinya berdarah, terluka cukup dalam, terkena batuan tajam. Ia merangkak dan meraih batu itu.

“pergi kau!” ia mengeluarkan suaranya yang mulai serak sambil melempar batu itu tepat mengenai punggung witch seeker. Witch seeker itu mengaduh. Terdiam sebentar. Tapi ia kembali mengangkat pedangnya. Tak peduli pada Sofia. Sofia kembali mencari-cari sesuatu. Tiba-tiba, ia teringat akan pisaunya. Ia mengeluarkannya dan merangkak ke arah witch seeker itu dengan sebelah kaki yang terseok-seok. “rasakan ini!”

Jleb!

Ia menusukkan pisaunya ke kaki witch seeker itu.

“arggh!!” seketika ia terjatuh dan berguling memegangi kakinya. Sofia mendekatinya dan kembali menusuknya dengan pisau. Kini, witch seeker itu sama keadaannya dengan Zay. Sofia bangkit dengan gemetar dan mengambil pedang witch seeker yang bernoda merah. Ia lalu menyeret kakinya untuk mendekati Zay yang terkulai lemah.

“Zay! Zay! bertahanlah..” ujarnya. Ia menyarungkan pedang Zay dan pedang Witch seeker. Ia berusaha membopong Zay dengan kekuatannya yang sedikit.

“Sofia..” kata Zay pelan dengan mata tertutup.

“Zay, aku akan menolongmu..” ujar Sofia.

Blame It OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang