itu membuat Sofia semakin ketakutan. “tolong!” teriaknya.
Pria itu tertawa. “ayolah, jangan main-main denganku. Tak ada yang bisa mendengarmu disini” ujarnya.
Sofia tak peduli. “tolong! Siapapun!” ia kembali berteriak.
Pria itu membiarkannya. Sofia semakin ketakutan.
“ibu! Ibu!” ia mulai meneriakan semua yang terbersit dipikirannya saat ini. Ketakutan. “Adam!!... Ibu!,… Ibu!,” Sofia menahan nafasnya “ Zay!” jeritnya.
Pria itu tertawa mendengar nama putera Emerald dipanggil. “Adam takkan membantumu nona, ia berada di surga” ia terkekeh.
Air mata Sofia kembali mengalir. Ia benar-benar sudah sangat takut sekarang. Ia mengumpulkan seluruh energinya dan mulai berteriak. “ZAY!!!!”
Plak!
Pria itu menampar wajah Sofia. Sofia meringis.
“jangan berisik!” bentak witch seeker buruk rupa itu. “kau hanya tinggal memberikan kalung itu padaku dan ikut pulang ke kota Rusa, menjemput kematian seperti ibumu dan nyonya Vinst, ibu tirimu. Benar kan? Nyonya Vinst adalah ibu tirimu? Pengkhianat kota Rusa yang malah membantu penyihir sepertimu!!” ujar Pria itu sambil terkekeh.
“ibuku? Apa yang terjadi padanya?” suara Sofia bergetar.
“ibumu? Haha, kami sudah menggantungnya. Nyonya Xyne menyuruhku menggantungnya karena dia termasuk pengkhianat kota” ia kembali terkekeh.
Sofia membelalakan matanya. Air matanya mengalir lebih deras.
“Jadi, berikan kalung itu!” ujarnya sedikit membentak.
Sofia mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Matanya basah karena menangis. “aku tak memilikinya, penjahat!” seru Sofia. Ia meludahi witch seeker itu. Pria buruk itu tersentak.
“kau! beraninya..”
“Sofia!” Sofia mendengar suara Zay.
Sofia dan witch seeker menoleh ke asal suara. Zay tengah berlari dari ujung gang sambil mencabut pedangnya.
Witch seeker tersenyum. “aku senang ada duel” ujarnya.
Ia mendorong Sofia hingga terjerembab ke dalam sebuah toko kosong dan menguncinya.
“hei! Keluarkan aku!” Sofia beranjak dan mulai menggedor-gedor pintu kaca toko itu. Ia melihat witch seeker kejam itu mendekati Zay yang mengacungkan pedangnya. Ia tampak berbicara sesuatu pada Zay. Sofia tak dapat mendengarnya, terhalang pintu kaca.
“Jadi, kau menantangku, anak muda?” witch seeker itu terkekeh.
Zay menodongkan pedangnya sambil memasang kuda-kuda.
“baik, jika kau mau mati sekarang, aku akan menjawab tantanganmu” witch seeker itu mengeluarkan sebuah pedang yang mengkilat. Witch seeker itu tersenyum dan kembali berkata “aku akan membunuhmu sekarang juga, jadi jika kau takut mati, kusarankan untuk..”
“jangan banyak bicara! Aku sudah muak!” seru Zay tak sabar. Sebenarnya ia tak ingin ada perkelahian. Tapi, demi Sofia. Mati pun tak apa, asal gadis itu selamat.
Witch seeker itu merasa tersinggung. Ia lalu menghunus pedangnya ke arah Zay, Zay berhasil menangkisnya. Witch seeker kembali melancarkan serangannya berkali-kali dan berkali-kali pula Zay berhasil menangkisnya. Pertarungan pun tak terhindarkan.
Sofia menyaksikan perkelahian itu dengan cemas. Ia menggedor-gedor pintu. Berusaha memecahkan kacanya. Tak berhasil, kacanya terlalu tebal. Ia mencari-cari sesuatu di dalam toko yang gelap itu. Ia tak menemukan apapun disana. Akhirnya ia melepaskan sepatunya dan dilemparkan ke kaca. Sepatu itu hanya membenturnya tanpa memecahkannya. Ia kini membenturkan dirinya ke kaca. Kaca itu hanya bergoyang tanpa terpecah. Ia hampir putus asa.
YOU ARE READING
Blame It On
Fantasyapa jadinya jika persahabatan harus dibayar dengan kematian? bagaimana jika pelarian yang melelahkan juga tidak ada gunannya? bagaimana jika perlawanan yang keras juga takkan merubah takdir? Kematian akan datang cepat atau lambat. Hal itu yang diras...
Chapter 11 Please Don't Go
Start from the beginning
