02

24 6 6
                                    

Vote dan komen kalian sangat membantu, and read to my story

----------o0o----------

Berubah

©©©

Bagas terdiam mencerna ucapan Louisa, apa maksud perempuan di depannya? Sejak kapan Adira jadi seperti ini? Apakah tenggelam di laut membuatnya jadi seperti ini?

"Apa maksud Lo, Adira?" Pemuda itu bertanya dengan ragu.

Entahlah dirinya merasa jika jiwa di dalam diri Adira bukanlah Adira yang sesungguhnya, kata-kata itu juga sedikit berbelit. Adira juga tidak pernah berani berbicara seperti itu padanya dengan wajah datar, tapi sekarang? Gadis itu bahkan berani menatap dirinya dengan tatapan meremehkan.

"Anda akan tahu pada saatnya, Bagas." Seusai mengucapkan kalimat itu, Louisa beranjak dari sana meninggalkan Bagas yang masih diam berusaha mencerna ucapan Louisa.

Tapi...dirinya baru teringat satu hal, sejak kapan penampilan Adira jadi urakan seperti itu? Bukankah dulu Adira errr Nerd?

Bagas menghendikkan bahu acuh, pemuda itu segera pergi dari Rooftoof untuk melanjutkan latihan. Waktu satu Minggu tidak akan terasa lama, mereka juga sudah menantikan pertandingan basket kali ini.

"Lo dari mana sih anjing?" Seru Melvan begitu melihat Bagas memasuki area lapangan basket indoor.

"Rooftoof."

"Sama si cupu?" Zicco ikut menyahut, alisnya naik turun pertanda bahwa dia sedang meledek sahabat dari bayinya itu.

Bagas menghendikkan bahunya acuh, dia tidak berbicara dengan si Cupu tapi dia berbicara dengan Adira. Catat itu, oke?

"Lo suka sama dia, Gas?" Bryant ikut bertanya.

Bagas menatap Bryant datar, hatinya berkata 'iya' tapi pikirannya menolak keras.

"Mustahil." Akhirnya hanya kata itu yang keluar.

Bryant menghendikkan bahu acuh atas jawaban Bagas, dia tahu isi hati anak itu. Tidak, Bryant tidak cenayang, tapi dari ekspresinya sangat kentara jika dia menyembunyikan hal yang sebenarnya. Ingat ya, Bryant itu orang yang paling peka di antara mereka.

"Oke, yok kita lanjut latihan." Seru Bagas mengalihkan pembicaraan.

"Keliatan banget lu kalo ngalihin pembicaraan," Jullian menyahuti.

"Bacot kau ayam pak Somat." Bukan Bagas yang menjawab, tapi Melvan.

©©©

Louisa melangkahkan kaki dengan santainya di koridor sekolah, mulutnya tak henti-hentinya mengunyah permen karet. Itulah kebiasaan Louisa jika dia berjalan sendirian, jika tidak permen karet makan dia ganti dengan lolipop.

Aileen entah pergi kemana, dia tidak tahu dan tidak mau tahu. Selama itu pula banyak yang memandang dirinya takjub, ada yang mencibir, memuji dan masih banyak lagi. Louisa risih? Tidak, bahkan dia sudah tidak asing dengan hal seperti itu.

"Gue gak percaya kalo dia Adira, palingan itu reinkarnasi Adira. Secara dia kan cupu, alias sampah sekolah, eh sekarang kok jadi so keren gini, masih mending sih kalo dia pintar." Salah satu siswi bersuara.

Pendengaran tajam Louisa mampu menangkap pembicaraan itu walau pun koridor lumayan berisik.

"Lo bener, gue sih kalo Reinkarnasinya percaya, tapi biasanya kalo seseorang bereinkarnasi, pasti ada dendam terselubung di dalamnya." Sahut sahabat lainnya.

Perempuan tadi mengangguk setuju, "kita liat aja nanti."

Louisa abai, dia bahkan tidak peduli mau membicarakan Adira seburuk apapun. Hey, tugas dia bukan untuk menanggapi hal itu, tapi dia harus memperbaiki hidup Adira, membahagiakan tubuh Adira dan membongkar semua rahasia yang di simpan oleh Adira.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 02, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FLAWLESS [Mafia Transmigration: Louisa Xandra]Where stories live. Discover now