"Kenapa lama banget? Kan cuman ke Anyer."

Iya sih, tapi Bayu gak punya alasan pasti untuk menyahut, dan sepertinya Ayahnya tidak memerlukan jawaban atas tanyanya itu karena telah menyahut lagi.

"Tiga hari aja ya? Nanti Arga kangen sama kamu kalau kelamaan."

Bayu langsung mengangguk, "Iya, gak pa-pa."

"Ya udah," Ayah beralih pada Sandi lagi. "Berangkatnya nanti Jumat kan? Pagi atau siang?"

"Sekitar jam 10-an, Om."

"Ya udah, berangkat pagi aja, barangkali macet di jalan."

"Iya, Om."

"Ya sudah kalau gitu, hati-hati ya di sana."

Spontan Sandi dan Bayu langsung bersorak lega dalam hati.

"Iya, Om, makasih banyak ya Om."

Setelah itu, Ayah beranjak untuk kembali ke kamar, tapi sekalian saja Sandi pamit pulang lantaran malam sudah semakin larut dan rasanya kurang sopan jika masih bertamu sampai sekarang.

Sandi sudah hendak langsung melangkah keluar seorang diri tapi Bayu lebih dulu menahannya.

"Aku anterin, bentar San, bentar! Jangan pergi dulu!" buru-buru Bayu beranjak kembali ke kamarnya. Pasti untuk mengecek Arga.

Sementara Bayu pergi, pikiran Sandi malah beralih ke hal lain, 'aku' katanya, tadi Bayu bilang 'aku'...

Mereka gak pernah merubah gaya bicara mereka sejak awal bahkan sampai keduanya berada dalam di hubungan lebih serius. Dan Bayu yang menyatakan dirinya dengan 'aku' bukan yang pertama kali Sandi dengar, namun dia gak mengira bila itu ditujukan untuknya secara pribadi, rasanya berbeda.

It feels nice and cute.

"Ayo, San!" Bayu sudah nongol lagi dan langsung menarik Sandi keluar rumah dengan terburu-buru. Sudah kayak lagi diusir dari rumah dan harus buru-buru minggat.

"Gue mau ngobrol sama elo." kata Bayu sambil dorong Sandi.

"Apaan?"

"Jalan dulu aja udah, cepetan! Di sini masih kelihatan entar!"

"Apaan sih—?"

Protesnya lekas dijawab kendati tanyanya belum sepenuhnya usai lantaran Bayu tiba-tiba mendorong tubuh Sandi ke sisi samping rumah entah-siapa. Buat punggungnya menghantam tembok di belakangnya dengan cukup keras membuat si pemuda Desember itu meringis pelan, biasanya sih Sandi bakal spontan langsung protes, tapi cuman sampai di sana sebab Sandi duluan dibungkam oleh lumatan bibir tipis Bayu di miliknya.

Tubuh Sandi terasa disengat seketika ketika tekanan lembut dan hangat—juga sedikit basah di sela-sela—menempel pada bibirnya. Tangannya bergerak lambat meraih pinggang pacarnya, namun Bayu duluan menarik diri dengan perlahan sampai Sandi bisa merasakan bekasnya antara samar-samar sebab kecapnya terasa seperti kedip tak dikira.

"Depan rumah gue dipasang CCTV soalnya," celetuk Bayu diiringi cengir, lantas kecupi Sandi di rahang dan pipi kemudian memeluknya.

"Gue sayang sama elo, Sandi."

Ucap Bayu mengembuskan bisik menggelitiki tengkuk Sandi. Kepalanya ringan dan nyaman berpangku di pundak lebar Sandi. Tubuhnya... tubuhnya hangat dalam lingkaran lengan yang memeluk.

Sandi dipenuhi kesadarn bahwa Bayu tidak sekecil ini dalam ingatannya, namun gapai dalam lingkar pelukannya terasa sebaliknya. Sandi ingin meyakini bahwa tubuh Bayu memang sedemikian pas dan tepat untuknya.

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now