Prologue; Chain Links

52 12 2
                                    

Tidak ada apa pun di sana.

Tidak ada orang.

Tidak ada cahaya.

Tidak ada apa-apa.

Hanya ada kegelapan.

Kegelapan dan dia.

[Name] berdiri sendiri. Melihat kegelapan di sekitarnya membuatnya hampir tidak percaya bahwa dia telah membuka matanya. Yang bisa dia gambarkan hanyalah kegelapan tanpa akhir, di mana ia tidak bisa melihat ujung tangannya sendiri. Dia juga tidak merasakan sol sepatunya menyentuh apa pun. Tubuhnya melayang di udara dengan mudah, seolah-olah berat badannya telah hilang ke titik di mana gravitasi tidak dapat menariknya.

[Name] tak bisa memikirkan cara untuk sampai ke tempat ini sama sekali. Dia bahkan tidak mengingat apapun yang terjadi sebelumnya.

Tangan dan kakinya mencoba bergerak. [Name] tahu itu tak akan berguna, tapi dia tetap melakukannya jika saja ada yang sedang menghadang di depannya. Jantungnya berdebar begitu kencang hingga terdengar seperti drum yang dipukul tepat di sebelah telinganya.

Ketiadaan cahaya membuatnya terjebak dalam kegelapan. Rasa takut perlahan menjalar di punggungnya. [Name] memiliki sejarah buruk berada dalam kegelapan. Karena itu, tingkat kepanikannya meningkat pada setiap detik.

“Seseorang! Siapa pun!! Bisakah kamu mendengarku?” dia berteriak ketakutan.

Ada suara iblis yang entah datang dari kepalanya atau di suatu tempat di luar pemahamannya. Suara itu terus berdengung. Mengulangi kalimat yang sama setiap kali itu berakhir.

Ingat rantai yang dahulu Kalian satukan.

Kalian’?, pikir [Name]. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan suara itu. Kalimat itu diulangi untuk waktu yang lama, sampai mulai terdengar seperti musik di telinga [Name].

Dia kembali menutup matanya, hingga dia bisa merasakan cahaya putih merambat masuk dari luar kelopak matanya. Cahaya itu semakin terang benderang sehingga membuat [Name] menutupi matanya karena kesakitan. Dengungan itu semakin keras dengan kalimat lain.

Angin musim panas bertanya pada salju yang dingin, apakah dia masih mengingatnya?

Dengungan itu semakin keras, hampir memecahkan gendang telinganya.  [Name] meringis kesakitan sambil menekan telinganya, berharap rasa sakitnya akan hilang. Sinar yang mencoba menembus pertahanan kelopak matanya tidak bisa dihindari.

Dia merasa seperti disiksa oleh neraka pada saat itu. [Name] berteriak saat merasakan kulitnya terkoyak oleh sesuatu. Rasa sakitnya terus meningkat. Perlahan-lahan tubuhnya terasa hancur.

Sampai pada titik tertinggi, rasa sakit yang membuatnya menderita digantikan oleh kehangatan pelukan seseorang. Cahaya putih berkurang dan kembali ke tingkat kecerahan normal. Siluet yang tidak terlihat jelas di antara kelopak mata yang lelah mendekapnya dengan erat. Buram menyertainya, tetapi rengkuhan itu terasa tulusnya.

Mata [Name] perlahan tertutup.  Tenggelam dalam kelelahan atas kejadian aneh yang menimpanya tadi. Hal terakhir yang dia dengar adalah iblis itu membisikkan sesuatu lagi.

  Dan semua yang tersisa di kepalamu hanyalah melawan atau menyerah.

 ﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀﹀

Langit adalah kanvas percikan dari warna oranye dan merah saat mentari menaiki cakrawala. Mulainya hari seolah-olah menandakan bahwa nasib yang dinanti akan berbeda dengan hari kemarin, entah menjadi lebih baik atau sebaliknya.

[Name] mengabaikan suara keras air laut saat dia bangun dan duduk di tempat tidur.  Lantai kabin terbuat dari kayu solid yang dipoles dengan cat tak merasakan kaki gadis itu menyentuhnya sejak beberapa jam yang lalu. Tangannya ditautkan membentuk lingkaran yang kemudian diletakkan di depan mulutnya. Matanya kosong dengan kepala menunduk ke lantai.

[Name] masih memikirkan mimpi buruk tadi. Pikirannya berusaha meraih apapun yang berasal dari masa lalunya yang berhubungan dengan mimpi tersebut. Entah mengapa, ia merasa takut, karena mimpi itu benar-benar terasa adanya.

Namun, di antara semua itu ada satu poin yang dia fokuskan. Kata 'Kalian' yang diucapkan bisikan itu.

[Name] bingung dengan kalimat itu, karena dia telah bertemu begitu banyak manusia dan berteman dengan mereka. Pekerjaannya sebagai penulis membuatnya ingin menyentuh dunia luar sehingga ia berkeliling dunia sambil bersosialisasi dengan orang-orang di dalam negeri.

Jadi, siapa yang dimaksud 'Kalian' olehnya?

Sebuah suara kecil segera menangkap kesadaran [Name]. Gumpalan kapas putih menggeram saat dia meregangkan tubuhnya, menyebabkan [Name] tersenyum gemas.

“Pagi, Nobu. Apa kau lapar?”

Hewan kecil itu mengeong sedikit, menunjukkan tanda persetujuan. Dia melompat dari permadani kecilnya ke pangkuan majikannya. [Name] mengelus kepala kucing putih itu.

Nobu adalah satu-satunya teman yang menemaninya dalam perjalanan keliling dunia. Sejak [Name] menemukannya saat berjalan di Fifth Avenue, New York, kucing itu selalu menempel padanya. Karena itu, sejak beberapa tahun terakhir, [Name] selalu melakukan perjalanan melalui laut. Meski pada akhirnya dia tetap harus menyembunyikan Nobu dari para petugas kabin.

Setelah berganti pakaian, [Name] meletakkan semangkuk penuh makanan Nobu, lalu mendapatkan sarapan yang dibawakan oleh pelayan kapal ke kabinnya. [Name] berencana makan beberapa potong roti gandum hitam dengan selai dan stroberi sambil menikmati angin laut.

Dia membuka jendela, merasakan angin laut membelai wajahnya. Angin laut ini berbeda dari yang lain.  Perasaan berkecamuk saat udara segar meresap ke dalam paru-parunya.

Rasanya seperti di rumah. Hangat, nyaman dan santai.

Kapal penumpang ini menuju pelabuhan kota Yokohama, halaman masa kecilnya. Sejak menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi, ia tak pernah sekalipun menginjakkan kaki di tanah kelahirannya. Dia begitu fokus pada dunia luar sehingga dia tidak menyadari bahwa dia membutuhkan sesuatu.

Sesuatu yang dikenal sebagai rumah.

Ketika dia di luar sana, dia merasa seperti berada di dunia lain. Beradaptasi dengan lingkungan baru, dapatkan pengalaman baru. Perjalanannya memang mengasyikkan, tetapi.....

"Entah bagaimana nostalgia terasa lebih menyenangkan." gumamnya sambil menggigit roti.

Waktu berlalu dengan cepat, sampai kapal akhirnya berhenti di pelabuhan. Bayangan Kota Yokohama terpantul di matanya. [Name] mengambil setiap langkah dengan penuh semangat.

Namun, apa yang dia tidak tahu akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Sesuatu yang tak ia harapkan. Nasib menolak untuk bekerja sama dan memberikan hukuman, untuk sesuatu yang dia lupakan.

Mata rantai yang hilang.

Freedom || Games Project || Chuuya X Readerحيث تعيش القصص. اكتشف الآن