Sandi gak jawab, tapi dia terdiam lama sebelum akhirnya berbalik pergi. Bertepatan dengan Sona yang datang, hampir saja bertabrakan.

Kepergian Sandi diikuti tatap Sherly dan Papah.

"Persis. Persis koyok Mamah lek kepengen ki ra gelem langsung ngomong maunya apa." kata Papah terus minum jusnya yang disetujui Sherly seketika.

Sona duduk persis di sebelah Papahnya dan turut meminum jusnya sebelum berujar tiba-tiba, "Abang kayaknya mau pergi lagi sama kak Bayu."

"Loh, kok kamu tahu?"

"Semalem aku kebangun mau pipis, lewat kamar Abang kedenger suaranya lagi teleponan, 'Bisa kok, bisa! Gue bisa!' gitu bilangnya. Gak tahu sih obrolannya apa tapi Abang kan gak mungkin teleponan malam-malam gitu sama orang lain selain kak Bayu, kan?"

"Bisa jadi dan pasti itu bakal tejadi, mari kita tunggu Abang kamu ngelewat lagi." tukas Sherly dan kembali menenggak jusnya.

Mari kita beralih lagi pada Sandi yang kembali berdiri di depan dapur tapi lagi-lagi gak ngomong apa-apa. Cuman memperhatikan Mamahnya membereskan sisa membuat jus. Mengumpulkan sisa kupasan kulit buah dan meletakkan wadah-wadah ke wastafel, dan di tengah kegiatan itu Mamah menoleh.

"Ya Tuhanku!" Mamah lagi-lagi terkejut. "Abang tuh ya kalau muncul tuh bikin suara dikit dong! Bikin kaget aja!"

Sandi meringis lagi. "Maaf..."

Mamah berdecak dan berbalik untuk menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan betulan, jus tadi cuman pengganjal.

Dan Sandi masih berdiri diam, tapi kali ini setengah meter di belakang Mamahnya.

"Kenapa Abang diem aja? Mau bantuin Mamah masak?"

Lagi, Sandi gak menjawab. Tapi mendekat buat meletakkan nampan di samping wastafel.

"Mah," panggilnya kemudian.

"Apa? Kenapa? Mau apa? Abang mau keluar ketemu Bayu lagi? Keluar mulu kamu tuh mentang-mentang pacarnya deket, padahal dulu-dulu saling sapa aja juga gak mau. Sekarang udah dua tahun kuliah bareng ketemu tiap hari di kampus masih mau ketemu juga, emangnya gak kangen rumah?"

"...."

"Mau ke mana emang?"

"Nemenin Bayu... potong rambut..."

"Oh, jam berapa?"

"Nanti siang sih rencana..."

"Oh..."

"...."

"...."

"...."

"Terus kenapa Abang masih di sini? Beneran mau bantuin Mamah masak?"

"Yah, itu... jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya itu—" satu sisi bayangan Sandi sedang menjambak rambutnya sendiri sekarang.

"Itu, apa? Ngomong yang jelas!"

"Mamah juga gak jelas ngasih izin atau enggak!"

Mamah menatap datar. "Menurut Abang?"

"...boleh?"

"Mamah gak pernah bilang enggak sih."

"Jadi boleh?"

"Terserah Abang,"

"Boleh nih artinya?"

Mamah menatap sewot. "Abang tuh sengaja ngisengin orangtua atau gimana?"

Undercover ╏ SooGyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang