SATU

755 38 1
                                    

***

Deva, Divo dan Diva, adalah 3 anak yang keluar dari rahim yang sama dengan beda waktu yang hanya beberapa menit. Jika Deva lahir 7 menit sebelum Divo, maka Diva lahir 9 menit setelah Divo dilahirkan. Yaps, Deva, Divo dan Diva adalah saudara kembar tiga alias triplet.

Ketiganya memiliki kesamaan yang cukup signifikan pada fisik dan wajah mereka, khususnya Deva dan Divo yang mungkin terlihat sangat mirip karena mereka sama-sama lelaki. Selain kesamaan fisik antara Deva dan Divo, kesamaan lain yang sangat terlihat pada ketiganya adalah, mereka bertiga sama-sama keras kepala dan begitu berprinsip. Kalau kata mama mereka, Grace, itu bukan hanya karena mereka kembar, tetapi itu adalah sifat turun temurun yang wajib dimiliki oleh seorang Hanjaya. Mama mereka, Grace selalu bilang, dia sudah kebal menghadapi orang-orang keras kepala dan ngototan. Grace sudah terbiasa menghadapi 4 orang yang punya kepribadian seperti itu setiap harinya.

Tapi semirip-miripnya mereka, ketiganya tetaplah pribadi yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaan diantara mereka yang paling mencolok adalah soal kepribadian dan cara berpikir dari ketiganya tentang suatu hal. Setiap orang yang melihat mereka sekarang, mungkin akan berpikir kalau Deva, Divo dan Diva memiliki sifat dan sikap yang sama.

Bukan hanya karena ketiganya kembar, tetapi juga karena lingkungan tempat ketiga kembar itu dididik dan dibesarkan. Semua memang terlihat sama kalu dilihat sekilas, tapi kalau dilihat lagi secara baik-baik, maka orang akan dapat menemukan perbedaan akan sikap dan sifat ketiganya. Jika keras kepala dan berprinsip adalah kesamaan dari ketiganya, maka cara berpikir dan hasil pemikiran adalah perbedaan yang paling mencolok dari ketiganya. Contohnya, pemikiran mereka dalam hubungan antara sex, cinta dan pernikahan.

Bagi Deva yang memiliki gaya hidup yang layaknya cassanova yang terlahir pada zaman modren ini, sex itu layaknya alat. Alat yang dapat digunakan untuk pemuas nafsu sex. Sex juga bukanlah hal yang tabu seperti jaman dulu. Sex hanyalah tentang nafsu dan pemuasan gairah. Begitulah Deva selalu mengatakan pendapatnya kalau ada yang menanyainya soal sex.

Jika Deva berpikir seperti tadi soal sex, maka Diva sendiri yang membentuk dirinya menjadi wanita anggun, berkelas dan memiliki pendidikan tinggi, memiliki pemikiran sendiri juga soal sex. Buat Diva, sex itu bukan sekedar alat karena buatnya ada campur tangan perasaan disana. Tapi tidak menutup kemungkinan juga untuk dilakukan tanpa adanya cinta.

Kata Diva, beda sex yang dilakukan dengan cinta dan tanpa cinta adalah perasaan akhir dari setelah sex dilakukan. Jika dilakukan dengan orang yang dicintainya, maka sex itu pasti sangat membahagiakan baginya. Tapi, jika dilakukan tanpa perasaan, maka sex itu memang hanya akan memberikan kepuasan saja. Dan hey, bagi Deva, Diva dan beberapa orang, hidup bukan tentang cinta saja.

Nah, jika Deva dan Diva berpikir seperti itu, maka berbeda lagi dengan Divo yang berpikir sex itu adalah hubungan yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan perasaannya. Sex itu bukan hanya alat pemuas nafsu seperti kata Deva, karena jika sex hanyalah alat pemuas nafsu maka sex maka video porno tidak akan dilarang keberadaannya. Divo juga tidak setuju soal sex menurut Diva, sex menurut Diva itu seolah-olah sex bisa dilakukan dengan semua orang. Lalu kenapa harus ada HIV dan AIDS kalau memang sex sebebas itu?.

Divo tidak mengatakan kalau dia adalah manusia sempurna tanpa dosa, hanya saja memang begitulah cara berpikir Divo. Lagipula cara berpikir Divo ini memang sangat dipengaruhi oleh bagaimana agama, keluarga dan lingkungan Divo mendidiknya. Entahlah bagaimana ceritanya dia, Deva dan Diva bisa memiliki perbedaan sangat mencolok begini, padahal mereka memiliki agama, keluarga dan lingkungan yang sama. Mungkin benar kalau semua itu berpulang lagi kepada pribadi masing-masing orang.

Orang-orang disekeliling Divo tau kalau Divo itu adalah tipe manusia yang punya karakter lurus. Saking lurusnya Deva dan Diva sering menyebut Divo sebagai manusia kolot dijaman modren. Menurut keduanya, Divo terlalu strick dengan kehidupannya yang seharusnya lebih lepas dan bebas. Tapi inlah Divo, Divo melakukan apa yang dipikirkan dia benar.

DIVOWhere stories live. Discover now