tragedi

1.4K 279 18
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 21.30. Waktu dimana para manusia seharusnya mengistirahatkan tubuh dan jiwa mereka.

Tapi hal itu tak berlaku bagi pemuda manis yang saat ini tengah sibuk dengan urusan bisnis serta kuliah yang menumpuk menjadi satu.

Seharusnya saat ini ia sudah harus berada dirumah ditemani oleh sang adik serta suasana hangat yang mengelilingi dirinya.

Bukannya suasana sepi serta angin malam yang dingin.



"Ughh aku harus pulang atau Sanzu akan mengamuk lagi" Ucap Takemichi sembari melihat jam tangan yang ia kenakan.

Entah kenapa firasat Takemichi sedikit buruk ketika dirinya menoleh keluar jendela.

Terlihat dari dalam ramainya jalanan saat ini, meskipun hari sudah gelap itu tak memungkinkan bahwa jalanan akan sepi layaknya tak ada kehidupan disana.

Masih ada beberapa toko yang masih bukan di malam yang gelap serta dingin ini.

Banyak orang yang berlalu lalang kesana dan kemari untuk pergi mencari kehangatan.

Ketika Takemichi membuka pintu cafe, udara yang dingin kini menembus masuk kedalam jaket kulit yang ia kenakan.

Sepertinya musim dingin akan segera tiba.

Segera saja Takemichi berjalan menyusuri panjangnya jalan trotoar ditemani dengan sebuah kopi hangat ditangan kanannya.

Syal yang tergantung di lehernya ia lilitkan sekali lagi agar hawa hangat masuk kedalam tubuhnya.

"Apa Sanzu sudah tidur? Kuharap iya, aku tak mau melihatnya tidur disofa hanya untuk menungguku pulang" Ucap Takemichi pada dirinya sendiri.



Tangan yang semula memegang gelas kopi kini berganti dengan sebuah benda pipih yang akan ia gunakan untuk menghubungi seseorang.

Berencana menghidupkan benda pipih tersebut namun ia urungkan niatnya.

"Ah baterainya habis, sepertinya aku terlalu abai tadi"










Kita beralih pada Sanzu.


Remaja berambut panjang itu saat ini tengah terlihat gusar sambil melihat kearah ponselnya.

Berharap bahwa seseorang akan segera menghubunginya.

"Ck, dimana aniki sekarang? Kenapa dia tak mengangkat ponselnya?! " Marah Sanzu sembari menatap kesal kearah ponselnya.

Sudah berulang kali Sanzu menghubungi Takemichi namun tak ada satu panggilan pun yang terjawab.

Itu membuat hati Sanzu semakin gusar dan cemas.

"Apa aku harus keluar dan menyusul aniki? Tapi nanti jika dia tau aku keluar pasti aniki akan mengamuk lagi"

Yang bisa Sanzu lakukan saat ini hanyalah berdoa dan meminta perlindungan agar sang kakak bisa kembali dengan selamat dan dalam keadaan utuh.


















Kembali pada Takemichi.


Saat ini Takemichi sudah berada di pinggir jalan penyebrangan.

Menunggu lampu lalu lintas yang semula berwarna merah berubah menjadi hijau.

Melihat ke kanan dan ke kiri sembari menghilangkan rasa jenuh yang tersimpan di hati.

Seharusnya ia tadi menuruti kata sang adik untuk pulang lebih awal.

Bukannya malah lembur seperti ini.


Tanpa Takemichi sadari kini dirinya tengah melamun seperti memikirkan sesuatu.

Memikirkan hal yang sangat sulit ia pahami.

Ia baru ingat bahwa beberapa minggu yang lalu dirinya serta Sanzu bertemu dengan seorang gadis berumur mungkin 14 yang mengaku sebagai adik Sanzu.

Dilihat dari penampilannya memang mirip, tapi untuk sifatnya tak terlalu sama.

Sanzu yang agresif serta ganas dan Senju yang centil serta manja.

Perbedaan yang sangat jauh bukan.




Saat tengah asik melamun, tanpa sadar mata biru laut itu menangkap seorang anak kecil yang berlari menuju ramainya jalan raya sambil mengejar sebuah bola berwarna merah.

Anak itu terus berlari tanpa melihat bahwa sekarang mobil berwarna hitam tengah melaju cepat kearah nya.

Dari arah belakang Takemichi, terlihat seorang wanita tua tengah berteriak disertai dengan tangisan kencang agar sang anak dapat mendengarnya.

Namun itu sepertinya tak berhasil.

Tanpa sadar kini Takemichi berlari kearah anak kecil itu tanpa memperdulikan hal apa yang akan menimpa dirinya setelah itu.

Segera saja Takemichi mendorong bocah tadi kearah depan dan dalam sekejap suara nyaring pun terdengar.





















Brakk







Mobil hitam yang melaju kencang tadi kini sudah tak terlihat apik seperti sebelumnya.

Tak jauh dari mobil yang saat ini telah hancur akibat tabrakan keras dengan beton yang tersusun rapi disana, terlihat Takemichi yang telah jatuh tersungkur dengan darah segar mengalir dimana-mana.

Banyak orang yang mengerumuni dirinya.

Entah itu hanya sekedar menonton maupun menolong dirinya.


"Apa aku akan mati? "

"Ahh aku sangat merindukan Sanzu"

"Kuharap dia sudah tidur saat ini"

"Kuharap aku masih bisa melihat wajah kesalnya"


Kini mata sebiru lautan itu sudah tertutup rapat. Dipucuk matanya terdapat setetes air mata yang ia keluarkan untuk menahan rasa sakit.

Tak lama setelahnya ambulans datang untuk membawa Takemichi menuju rumah sakit.






























Prangg.


"Apa yang terjadi? " Guman Sanzu saat melihat sebuah foto yang terjatuh tak jauh darinya.

Difoto itu terlihat Takemichi serta Sanzu yang berdiri berjejer di sebuah taman sambil tersenyum.

Sanzu yang merengut serta Takemichi yang tersenyum manis.


Sanzu segera mengambil pecahan kaca itu. Melihat foto itu dan tanpa sadar wajah datarnya itu kini terlihat menampilkan sebuah senyuman penuh arti.



"Aniki"





























































Mobil siapa sih anjeng.

Bau bawang tapi kagak ada bawangnya.

Bye" 🗿

Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pinterest.

Adopted Child || Sanzu x Takemichi ✔Where stories live. Discover now