"Iya sayang.... "

"Bajingan brengsek. Dimana kau sekarang?" sentak Steve membuat Dillbert tertawa.

"Seinchi saja kau menyakiti Ray, aku akan mengejar mu bahkan sampai ke neraka sekalipun."

Dillbert masih tertawa, "Coba kau temukan tempat ini Smith."

"Kau lupa kalau anakmu ada disini?"

"Calon suamimu juga ada disini Smith. Mau dengar suaranya... "

Steve terdiam cukup lama sampai terdengar suara tamparan dan makian Ray.

"Bajingan kau Anthony." maki Steve.

Sambungan telepon langsung terputus, Steve langsung bergegas pergi meninggalkan lantai ruang kerjanya.

"Steve... Steve.. " Vante mengejar putranya yang sudah masuk kedalam lift.

"Red, tolong awasi miss Millagros sampai aku kembali." perintah Vante.

"Baik tuan."

Milla menyaksikan itu semua dalam diam. Dia sudah tidak ada harganya lagi di mata Steve.

Ray didorong masuk ke dalam sebuah rumah mewah yang dindingnya penuh dengan kaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ray didorong masuk ke dalam sebuah rumah mewah yang dindingnya penuh dengan kaca. Hal ini sangat menguntungkan baginya, karena Axel akan lebih mudah untuk mengintai. Sebisa mungkin Ray menjauhi jendela kaca, ia tidak mau Axel salah sasaran nanti, sepertinya Ray harus merelakan diri untuk menyerahkan tugas menembak pada Axel. Belum lagi menggunakan Barrett .416 atau Barrett m99, sudah pasti saat ini Axel sedang kegirangan karena berhasil memegang senapan sniper tersebut.

"Wah.. Wah... Wah... "

Lamunan Ray buyar saat melihat Dillbert Anthony turun dari lantai dua.

"Kenneth Raymond..."

Ray menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menerjang pria ini, rasanya darahnya mendidih mengingat malam berdarah belasan tahun silam. Bagaimana ibunya berlari padanya dan menyuruhnya bersembunyi di dalam lemari tidak boleh bergerak dan tidak boleh bersuara. Ibunya juga yang meletakkan sebuah headphone pada telinga Ray.

"Ray diam disini dan dengarkan lagunya. Jika lagunya habis Ray boleh keluar. Tapi ingat, mesti pelan-pelan. Jika setelah diluar Ray tidak melihat mama atau papa, Ray harus memakai ini."

Sebuah pistol kecil buatan Raymond Company, Vionna selipkan pada telapak tangan Ray yang kecil.

"Ray bisa menembakkan?"

Ray mengangguk, "Tapi kata papa Ray gak boleh main ini sembarangan mama."

"Tidak apa-apa nak. Mulai sekarang Ray boleh memegangnya. Jika ada orang yang tidak Ray kenal didalam rumah ini, tembak saja mereka. Mengerti?"

Ray ragu sejenak sebelum mengangguk.

"Sudah.. Ray tunggu disini. Ingat tidak boleh keluar sampai lagunya habis."

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now