Nyai - Mae

34.4K 324 2
                                    

Latar zaman penjajahan Belanda.
Nama-nama dan kisah murni hanya karangan belaka, bukan kisah nyata, meski kita tahu pergundikan di bumi nusantara pada zaman itu begitu kejam.

*****

Letnan Hendrick VanHoutten baru menginjakkan ujung sepatunya di tanah Batavia. Udara yang ia hirup terasa berbeda. Ini pertama kalinya ia datang ditugaskan dari Belanda sebagai kepala pengawas kerja rodi. Ia meninggalkan istri dan anak-anaknya di Belanda karena peraturan tidak mengizinkan para tentara membawa keluarga keluar dari Belanda.

Selama beberapa minggu, Hendrick rutin mengirim surat untuk keluarganya. Ia merindukan mereka. Berbulan-bulan, ia mulai rindu belaian.

Salah satu rekannya menawarkan wanita pribumi untuk dikawin (yap, kawin, bukan nikah). John dan semua tentara di Hindia Belanda punya minimal satu nyai atau gundik. John sendiri punya dua di dua kota yang berbeda. Akan tetapi Hendrick masih berusaha untuk menahan diri. Hingga pada suatu hari, dia bertemu dengan seorang wanita pribumi yang sangat cantik hingga ia melupakan bahwa dirinya tak lagi seorang bujangan.

*****

Zaenab, perempuan cantik itu. Ia keturunan asli betawi. Keluarganya tak bisa dikategorikan susah, tapi juga tidak kaya. Ayahnya adalah jongos kompeni, banyak mendapatkan tip sehingga mampu menghidupi istri dan anak-anaknya lebih baik daripada keluarga pribumi lainnya.

Pengkhianat bangsa? Sebodo amat!

Zaenab punya dua kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Dua kakaknya sudah dijadikan nyai oleh orang Belanda. Dari situ pulalah harta mereka berasal.

Kisah ini tak hanya untuk Zaenab. Mari kita mulai dari kakak pertamanya.

Maemunah. Panggilannya Mae. Pertama kali dia dilirik oleh seorang sersan saat usianya masih cukup belia. Ia langsung dibeli oleh sersan itu, dipakai selama satu tahun, lalu dikembalikan ke orangtuanya karena sersan itu dipindahtugaskan.

Kemudian Mae dikawin lagi oleh sersan lagi, hanya dua bulan lalu dipindahtangankan ke sersan yang lain. Ia menjadi seperti bola digilir ke sana ke mari. Dan kini ia menjadi nyai seorang dokter Belanda. Hidupnya sedikit lebih baik. Ia hidup bersama Dokter Hans selama 2 tahun dan saat ini tengah mengandung anak kembar.

Dulu di Belanda, Dokter Hans adalah seorang dokter kandungan. Ia dikirim ke Hindia Belanda untuk jadi dokter umum, menolong para tentara yang terluka di medan perang. Jadi Hans yang akan menolong istri simpanannya ini melahirkan bayi-bayinya.

Mae yang sudah hamil tua menyambut kepulangan Hans dari kantor praktiknya, membawakan tas kerja ke dalam rumah, lalu menyajikan teh dan jajanan. Hans menanyakan keadaan Mae dan kandungannya yang sudah berusia 40 minggu. Mae menjawab ia baik-baik saja. Belum terasa mulas ataupun tanda-tanda melahirkan lainnya.

Hans bersantai di teras belakang, sementara Mae masih menyelesaikan mengepel lantai. Mae berlutut menggosok-gosok lantai hingga mengkilap. Kebayanya mengetat, menampakkan bulatnya perut besarnya. Bokong semoknya menyundul ke belakang, bergoyang ke kanan dan kiri. Hans melirik hal itu dan ia mulai terangsang.

Plak!

Tiba-tiba Hans menampar bokong Mae. Mae menjerit kaget, tapi kemudian melanjutkan kegiatannya seolah tak terjadi apapun. Ia sudah terbiasa diperlakukan aneh-aneh oleh mantan-mantan 'suami'nya.

Hans menyuruh Mae untuk melepaskan jarik dan kebayanya dan mengepel lantai dengan mengekspos bokong mulusnya. Perintah itu tentu saja ditaati olehnya. Ia memang sedang mengandung anak sang dokter, tapi dia tetaplah budak.

Hans memainkan klitoris Mae sambil menampar-nampar bokong itu. Mae melenguh pelan. Hans menyodok vaginanya dengan penisnya yang sudah mengeras sejak tadi, menghentak-hentak dengan kasar. Mae memeluk perutnya dengan satu tangan untuk mengurangi guncangan. Perut yang sangat menonjol itu beberapa kali menyentuh lantai. Tangan satunya gemetar menahan bobot tubuhnya.

Bunting (Jadoel-Pregnant series 2)Where stories live. Discover now