DANERA ✓| Keadaan

ابدأ من البداية
                                    

"Gue diculik, terus gue ketemu sama mantan gue. Gue kira dia yang culik gue ternyata sepupunya dan gue sama sekali gak tau dalam rangka apa dan sangkut pautnya sama gue itu kenapa? Sedangkan gue aja gak tau orang yang culik gue itu siapa, terakhir gue diikat sama Revan dan dia tiba-tiba muncul dari pintu itu dengan membawa pisau saat itu gue takut untung aja Lo sama yang lain datang dan setelah itu sosok tersebut nyerang gue kayaknya di bagian leher karena setelah itu pandangan gue mengabur dan gak ingat apa-apa lagi, saat gue siuman gue udah ada disini"jelas Zaera membayangkan kejadian yang ia ingat saat dirinya diculik.

"Maafin gue, Ra"Mildan merasa bersalah.

Zaera menyerit bingung, Mildan untuk apa meminta maaf padanya! Memang kesalahan apa yang dirinya perbuat sampai-sampai Mildan meminta maaf.

"Maaf kenapa?"tanya Zaera.

"Datang terlambat"Zaera mengerti apa yang Mildan ucapkan.

"Gak-papa, tapi kan Lo masih sempat nyelamatin gue makasih ya dan"ujar Zaera.

"Tapi..."

"Shut...udah ya, yang penting gue gak kenapa-napa"jari telunjuk Zaera sudah menempel di bibir Mildan, menghentikan ucapannya.

"Iya"jawab Mildan pelan.

"Gue mau tanya, Lo jawab jujur"ujar Zaera.

"Apa"

"Revan kemana?"tanya Zaera.

"Mantan Lo"Zaera mengangguk.

"Pulang"

✨✨✨

"

Makan yang banyak"ucap Selia yang sedang menyuapi Tama kekasihnya.


"Udah sayang"memundurkan mangkok yang tengah dipegang Selia.

"Sekali lagi"tekan Selia.

Tama tak berkutik, ia mengangguk menyetujui ucapan Selia.

"Iya"

Dalam sekali suapan terakhirnya, Selia segera mengambil minum di atas nakas.

"Kamu Istirahat ya"ucap Selia.

"Tama menggeleng "Aku mau jalan-jalan sayang"rengek Tama.

"Kamu kan butuh istirahat, kenapa malah ngajak jalan-jalan sih"kesal Selia.

"Cari udara seger sayang"ucap Tama.

"Yaudah, aku ambilin kursi roda dulu ya"pasrah Selia.

Sementara di sofa ada 4 makhluk masih saja tak bangun-bangun padahal ini sudah pagi malahan jam 10.

Posisinya tidur mereka pun tak beraturan, kaki Kinara berada diatas kepala Agung sedangkan kepala Putra kini berada di ketiak Azia.

Sungguh-sungguh pandangan yang luar biasa yang tak mengenakan mata Tama, bisa-bisanya mereka tidur tidak tau tempat dengan mengorok lagi.

Mana iler si Putra kemana-mana lagi,  mana masih di rumah sakit memang Putra.

Lamunan Tama buyar ketika Selia datang dengan membawa kursi roda menghampiri Tama yang masih duduk di brankar bersender.

DANERA [End]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن