🥕Murid Baru

24 3 0
                                    

Sepi, itu yang ia rasakan ketika kembali kekelasnya. Berbeda dengan kelas disebelahnya yang biasanya sepi karena tidak dipakai yang kini justru sedang ramai oleh anak-anak X IIS 3. Tentu saja, karena semua teman-temannya sedang berkumpul diparkiran sana hendak pergi menjenguk teman mereka yang sudah 3 hari ini absen karena sakit. Ia sih juga tahu itu, tapi tadi kan rencananya setelah jam pulang sekolah. Mana ia tahu kalau rencana itu dimajukan menilik para guru akan rapat sampe sore. Salahnya sendiri yang tiba-tiba menghilang tanpa pamit pada yang lain dan membiarkan handphone nya tertinggal dikelas.

Gue tunggu diparkiran sama anak-anak, jadwal jenguk kita majuin berhubung guru lagi pada rapat, udah izin tadi.

Itu pesan baru dari Arvin, sepupunya itu ternyata sudah mengirim pesan sedari tadi menanyakan keberadaannya.

Ok, gue otw sekarang

Raysha memilih membalas pesannya sambil berjalan keluar dari kelasnya. Ia juga bertanya apakah anak-anak yang lain sudah berangkat atau belum, pasalnya pesan terakhir dari Arvin sudah dari 10 menit yang lalu.

Ia memutuskan untuk menelpon saja agar lebih cepat, ia mana tahu kalau didepannya ada siswi yang berjalan mundur mencoba menangkap sesuatu diatasnya. Dan....

HAP

GUBRAK!!!

Ia terjatuh karena terdorong kebelakang, handphonenya bahkan sampai terlempar jauh kesana. Ia melirik kearah sang pelaku utama yang mungkin belum menyadari jika ada korban lain disini. Jujur, sebenarnya ia ingin tertawa melihat cara jatuh siswi didepannya yang tak ada anggun-anggunnya sama sekali.

"Aww"

Ia meringis menahan nyeri karena mencoba berdiri. Hal yang justru membuat Hanum, sang pelaku sadar jika ia tidak jatuh sendiri.

Manaf yang baru melihat kejadian itu pun langsung berlari menghampiri. Ia kan tadi  habis dari kantor untuk mengambil kunci. Saat kembali tahu-tahu anak-anak yang lain sedang tertawa melihat musibah didepannya. Ia hanya takut terjadi perkelahian nantinya.Walau ia yakin tidak akan ada acara pukul-pukulan. Yah...hanya cowok tak tahu diri saja yang berani memukul perempuan. Pikirnya mencoba realistis.

"Kalian gak papa?"

Hanum mengangguk takut menjawab pertanyaan dari Manaf. Ia bukannya takut dengan ketua kelasnya ini, walau sering membuat Manaf kesal namun Hanum tahu jika Manaf itu tak pernah bisa marah barang sehari. Gimana? Keren kan?Itu menurutnya. Eh, tapi jangan salah faham dulu. Hanum hanya kagum, tidak lebih.

Justru yang ia takutkan adalah cowok didepannya ini, apakah ia akan dibentak? atau justru ia akan  terus-terusan  dibuli hingga lulus nanti. Ia bahkan sudah bergidik ngeri membayangkan itu.

Melihat gadis didepannya seperti ketakutan membuat Ia tak tega juga melihatnya. Walau tadi emang sempat mau marah sih,tapi itu  salahnya juga kan yang justru lebih fokus ke ponsel daripada melihat jalan didepannya?

"Bisa tolong bantu gue berdiri?dan...ponsel gue kayanya kelempar  deh ke belakang ."

Hanum memilih mengambil ponsel membiarkan Manaf yang membantu cowok yang belum ia ketahui namanya  itu berdiri. lantas mengantarnya kekelas agar bisa duduk . Hanum hanya mengikuti langkah dua orang lelaki didepannya sambil membawa 3 tas sekaligus. Yah...tentu saja ia berinisiatif sendiri menawarkan agar ia saja yang membawa tas nya. Walau menurut dua orang didepannya lebih seperti pemaksaan daripada sebuah penawaran.
                        
                              ***
Dalam 15 tahun hidupnya, baru kali ini ia takut hanya untuk sekedar pergi ke sekolah. Bahkan ia  sengaja datang menjelang bel sekolah dibunyikan. Jujur, Hanum sebenernya takut jika siswa yang kemarin ikut jatuh dengannya membalas dendam. Walau kemarin cowok itu    bilang sudah memaafkannya ketika ia meminta maaf, namun,Hanum masih takut jika cowok yang masih belum ia ketahui namanya itu hanya bersandiwara karena ada Manaf diantara mereka. Ia jarang membuat ribut dengan orang lain, bahkan hampir tak pernah. Hanya orang-orang terdekatnya sajalah yang sering ia susahkan.

After FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang