Prolog

16 3 0
                                    

"Aldina Kalyca Oktavianti, anak malu-maluin! Masa nilai matematika cuma segini? Bodoh!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aldina Kalyca Oktavianti, anak malu-maluin! Masa nilai matematika cuma segini? Bodoh!"

"Aldina, cewek bandel! Ngapain masuk geng motor?"

"Dina, maafin Papa."

"Din, ini Ari. Lo kayaknya kepengen kenal sama dia, 'kan? Ari, ini Dina, Aldina Kalyca Oktavianti. Terserah dia mah mau dipanggil apa juga. Dina boleh, Lyca boleh, Kyka boleh, Sayang juga boleh."

"Awas, Din! Jangan duduk deket-deket sama bunga, nanti bunganya layu. Kalah cantik sama kamu soalnya, haha."

"Din, gue jadian sama Lucas."

"Din, Keenan kasarin gue lagi."

"Kak, Papa main cewek lagi."

"Din, lo gapapa?"

Semua kenangan pahit manis kembali berputar di kepala Dina bak film. Tanpa sadar, ia mengambil gitarnya dan menyanyikan lagu yang ia tulis beberapa bulan lalu, saat Ari meninggalkannya.

Teringat, akan kamu.
Yang pernah, singgah di hatiku.
Walau waktu, begitu cepatnya berlalu.
Namun kenangannya masih ada.

Tawamu melekat di pikiranku.
Juga senyummu, yang selalu kau tunjukkan.
Ketika kau di sampingku, sebelum kau pergi dan tinggalkan aku.

Kalau kau pergi, maka pergilah.
Tak perlu kau buat bayang-bayang ini.
Kulelah berharap agar kau bisa kembali.
Kucoba lupakan semua yang pernah tejadi.

Dirimu sungguh, buatku susah melupa.
Semua perlakuan manismu masih tersimpan.

Kalau kau pergi, maka pergilah.
Tak perlu kau buat bayang-bayang ini.
Kulelah berharap agar kau bisa kembali.
Kucoba ikhlaskan agarku bisa melupa, lupakan dirimu yang pernah hadir.

Kalau kau pergi, maka pergilah.
Ku tak ingin ada di bawah bayang dirimu, diriku ingin terlepas darimu.
Maka pergilah dan bawa bayangmu.

Suara halusnya mengalun, membuat siapapun yang mendengarkannya merasa nyaman. Ia menyanyi dengan penuh penghayatan, mencoba mengeluarkan emosinya. Tapi sialnya, di tengah keseriusannya menyanyi, ponsel miliknya berbunyi. Oh, Meli alias Melati rupanya. Segera saja aku ketikkan pesan untuknya.

Whatsapp
Meli

Meli
Oi
Gue ke rumah lu ya
Perasaan gue agak sat set sat set gaenak nih

A Kalyca
Napasih Meliiii
Ydh
Terserah
Gue ok ok aja kok, lo napasi?
Agak sakit ya?
Ok gws

Meli
Stress

A Kalyca
Emang stress gue
Ari ga mau balik lagi soalnya
HUHUHUHU

Meli
Kan
Dia lagiii, dia, dia lagii

A Kalyca
Bdmt, Mel

Whatsapp Closed

Perkataan Meli memang benar, semuanya selalu berujung pada Ari. Tapi tiba-tiba, ada yang mengetuk pintuku. Melati sepertinya. Nah, benar kan. Segera saja Dina keluar dari kamar dan membuka pintu depan.

"Din, lo kenapa?" tanya Melati begitu masuk ke rumahku

"Elo yang kenapa, Melati." ucapku

"Kan gue udah bilang, perasaan gue gaenak. Makanya gue dateng ke sini. Elo kenapa, Aldina?"

"Jangan di sini, cerita di kamar aja." ajak Dina

"Kamar lo emang nyaman ya, Din. Selalu jadi tempat favorit gue dari dulu. Tapi, kenapa lo ga betah deh?" tanya Melati

"Bukan tentang tempatnya, Mel. Ini tentang orangnya, yang tinggal di rumah ini." jawab Dina. Kalau boleh diakui, kamar Dina memang nyaman. Lihat saja.

"Sini duduk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sini duduk." suruh Dina sambil menepuk kasurnya.

"Nah, udah di kamar. Cerita, Din." titah Melati

"Mel, barusan, gue keinget Ari dan seluruh kenangan pahit gue. Gue mati-matian lupain, tapi, Tuhan malah dengan mudahnya bikin gue keinget. Jadi, gue nyanyi buat lampiasin perasaan yang gue gak bisa jelasin itu."

"Serius, Dina-nya Ari bisa nyanyi?" tanya Melati tak percaya

"Sudah bukan Dina-nya Ari, Mel." ralat Dina

"Iya, maksudnya emang lo bisa nyanyi?" tanya Melati lagi

"Bisalah, orang cita-cita gue penyanyi."

"Nyanyi dong! Gue mau denger."

"Yaudah," ucap Dina yang setelah itu menarik nafas dan menyanyikan lagu ciptaannya tersebut.

"Wah gilesih. Ini lagu vibes-nya galau banget. Keren, lagunya lo buat kapan?"

"Yaaa sekitar 3 bulanan lalu lah. Pas gue lagi galau-galaunya. Walau sekarang masih tetep galau to the bone."

“Gini, Din. Gue sih bukannya mau menggurui apa gimana ya, gue juga tau upaya lo selama ini. Tapi …”

“Cobalah ikhlaskan, agar kau bisa melupa. Lupakan dirinya yang pernah hadir.”

”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Akhir Tanpa EpilogWhere stories live. Discover now