HYPOCRITE OFFICER II

4.6K 72 7
                                    

Siang kemudian berubah menjadi malam. Suasana rumah ikut berubah sembari cahaya matahari perlahan-lahan menjauhkan diri dan menghilang, terganti dengan bayang-bayang hutan yang semakin bertambah. Suara-suara desiran angin yang menerpa dedaunan tidak pernah berhenti berbunyi, seperti anak-anak yang bermain di dalam hutan.

Dalam rumah itu, Setyo tertidur pulas setelah rintihan serta amukannya yang tak membuahkan hasil. Matanya masih tertutup kain hitam, dan mulutnya masih terbungkam gulungan kain jeans. Jendela ruangan itu masih terbuka, memberikan akses masuk bagi desiran angin yang kebetulan lewat dan berakhir masuk ke dalam ruangan itu, menerpa kulit telanjang Setyo yang sudah lengket akibat aktivitas tadi siang. Ia menggigil sedikit, merasakan dinginnya angin yang menembus kulit dan membuat saraf-sarafnya menegang hingga ke tulang.

Terdengar sebuah langkah sepatu hak, membuat kepala Setyo agak terangkat, mencoba mencari tahu darimana sumber bunyi itu. Ia mendongak ke kiri dan ke kanan sembari melihat-lihat dalam kegelapan, mencoba menerobos kain hitam yang menutupi pandangannya.

Pintu terbuka, membuat Setyo refleks menghadap ke arah sumber bunyi itu. Perutnya mengencang, menopang kepalanya yang naik tinggi, menonjolkan 6 otot besar berbentuk kotak yang terbaris rapih. Nafasnya memburu naik turun, seperti dadanya.

"sudah bangun rupanya ya..." sapa suara wanita.

"Natalia, apakah itu kamu?" tanya Setyo.

"iyaa, itu aku" jawab Natalia malas.

"hey, hey, tolong lepaskan aku, aku sudah terlalu lama disini dan belum kembali ke kantor" pinta Setyo.

"haha, tenang saja, aku sudah mengabari seluruh rekan kerjamu lewat smartphonemu"

"apa?" tanya Setyo bingung.

"istrimu juga"

"h-hey hey, apa yang kau lakukan hah?" tanya Setyo dengan nada yang agak meninggi.

"hanya sedikit memberikan waktu bagi kita... hahaha" jawab Natalia santai.

Setyo memberontak. Tubuh besarnya naik turun, sementara kakinya menendang ke segala arah. "wanita sialan... ! apa yang kau lakukan hah?" tanya Setyo agresif.

Natalia mendekati Setyo dengan langkah yang pelan "ah pak polisi satu ini, dimana keramahanmu?" kata Natalia agak menggoda. Kaki Setyo yang masih terpasang kaus kaki menendang ke segala arah, sedikit menarik spring bed putih yang terpasang dikasur. Ia kemudian sampai di samping kasur, lalu mulai duduk disamping Setyo. Merasakan ada beban disamping kanannya, Setyo agak menjauh.

"apa yang kau lakukan hah?" tanya Setyo agak panik.

"haha, apalagi coba? Kan tujuan kita adalah untuk wawancara" kata Natalia semakin seduktif. Tangan kirinya mulai mengelus betis kanan Setyo yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. Setyo kaget lalu refleks menarik kakinya ke samping, ke arah yang berlawanan.

Tak putus asa, Natalia terus mengincar betisnya. Kali ini ia mengusap pelan betis kanannya.

Kaki Setyo kembali menjauh. Dalam sekali ayun, ia menendang Natalia secara buta, mengakibatkan tendangannya mendarat di bahu Natalia. Ia terlempar sedikit kesamping, dan jatuh ke lantai.

Setelah beberapa detik, Natalia kemudian bangun sambil memijat bahunya. "oh, sudah mulai kasar ya?" kata Natalia. "Pergi kau dasar jalang sialan...!" teriak Setyo. Natalia hanya tersenyum, lalu pergi.

"ia sudah pergi?" tanya Setyo berbisik mengira-ngira apakah Natalia sudah pergi atau belum.

Ceklek.

Telinga Setyo bergerak sedikit, punuk kepalanya menegang. Ia mendengar ada sebuah bunyi, bunyi yang familiar. Seperti suara sebuah alat dengan bahan metal. Bukan alat-alat biasa seperti slot kunci atau benda alumunium. Ia curiga bahwa bunyi itu adalah bunyi alat senjata api seperti pistol. Bunyinya ringan namun lantang, berdurasi singkat namun mengancam.

VICTIMS PREDATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang