Lost

3.4K 309 105
                                    

Selamat malam minggu, kangen banget update di malam minggu hehehe

**
Kaki jenjang Na Jaemin tidak berhenti mondar-mandir didepan ruang operasi. Segala macam doa dia ucapkan dengan bibir bergetar sejak sejam yang lalu Yeon yang pucat dan tidak sadarkan diri dibawa kedalam ruang operasi. Dia tidak sendiri, ada Haechan, Jeno lalu keluarganya dan Yeon yang ikut menunggu.

Yeon nya harus kembali, Yeon nya harus sehat kembali agar Jaemin bisa berhenti cemas dan khawatir seperti sekarang. Nanti Jaemin harus marah sama Yeon karena sudah buat dirinya sekhawatir dan setakut ini karena ulahnya, benar Yeon harus kembali untuk Jaemin marahi.

Lampu ruang operasi padam yang mana membuat jantung Jaemin berdegub semakin cepat. Beberapa perawat keluar sambil mendorong peralatan.

"Dok," suara Jaemin bergetar saat seorang perawat mendorong sebuah inkubator yang didalamnya terdapat bayi.

"Tuan Na, bisa ikut keruangan saya?." Jaemin mengangguk lalu berjalan mengikuti Dokter dengan raut cemas.

"Silahkan duduk Tuan Na"

"Jadi ...

"Sebelumnya saya mohon maaf, saya tidak bisa menyelamatkan keduanya karena kondisi ibu dan janin tidak memungkinkan, di tengah operasi kondisi istri anda menurun drastis karena kekurangan darah setelah sebelumnya mengalami pendarahan hebat karena benturan yang diterimanya"

"Dok," suara Jaemin bergetar, air matanya kembali turun memenuhi wajahnya yang kelelahan itu.

"Saya mohon maaf, saya sudah berusaha semaksimal saya untuk menyelamatkan keduanya tapi ternyata yang masih kuat bertahan adalah ibunya." Ada perasaan sedikit lega saat dokter mengatakan Yeon nya selamat.

"Saya tidak setega itu untuk langsung menyelamatkan hanya ibunya saja seperti yang Tuan Na minta, mengingat keputusan anda dan istri anda yang berbeda sebelum operasi dilaksanakan. Saya tau Tuan Na sebenarnya tidak mau ada diposisi memilih karena saya yakin dua-duanya sangat berharga untuk tuan. Sekali lagi saya mohon maaf dan turut berduka cita, anda bisa melihat putri anda diruang bayi sebelum nanti pihak rumah sakit mengurus kematiannya"

Jaemin menundukkan kepalanya sambil menunggu semua orang selesai melihat putrinya, iya anaknya perempuan sesuai seperti yang dikatakan dokter saat dirinya dan Yeon memeriksanya beberapa bulan lalu.

Jaemin merasa sangat bersalah saat kembali memikirkan ucapan sang dokter, dia merasa sangat jahat terhadap putrinya karena saat ditentukan pilihan dia sama sekali tidak memikirkan putrinya dan malah memilih Yeon, sedangkan orang lain dan istrinya mencoba menyelamatkan putri kecilnya itu. Jaemin merasa gagal menjadi seorang ayah dan suami.

"Na." Jaemin mengangkat kepalanya saat pundaknya ditepuk pelan, Haechan tersenyum lemah melihat keadaan Jaemin yang sangat berantakan itu.

"Ruanganya udah sepi, giliran lo sana. Lucu banget anak lo, rada mirip lo sih kata gue daripada Yeon, kayaknya Yeon beneran sesayang itu sama lo." Haechan tersenyum getir, dirinya tidak bisa bayangkan bagaimana perasaan Yeon saat bangun nanti dan anaknya sudah tidak ada.

Ucapan Haechan membuat rasa bersalah Jaemin terhadap putrinya semakin besar. Dengan kaki yang bergetar Jaemin memasuki ruangan kecil itu, air matanya kembali tumpah saat netranya melihat anaknya terbungkus kain putih yang hanya menyisakan wajahnya saja.

Jaemin mendekati box bayi itu dan kembali menangis, jemari panjangnya mengusap pipi tembam putrinya yang sudah mendingin dan pucat itu. Wajahnya sangat damai seakan-akan putrinya hanya tidur saja, tersenyum lemah saat dia menyadari ternyata yang dikatakan Haechan benar, putrinya sangat mirip dirinya.

"Maafin daddy sayang," bisik Jaemin dengan tangisan dan suara yang bergetar, kata kata maaf terus terucap berharap Jaemin bisa mengembalikan putrinya walau dia tau itu sangat tidak mungkin.

"Permisi Tuan Na, sudah waktunya." Jaemin mengangkat kepalanya saat perawat memasuki ruangan. Jaemin menyerahkan urusan anaknya kepada pihak rumah sakit, karena mereka paham prosedurnya dan Jaemin tidak mau ambil resiko karena putrinya masih sangat kecil itu.

"Apakah Tuan Na sudah menyiapkan nama untuk putri anda?." Jaemin terdiam, dia dan Yeon memang belum menyiapkan nama, sebab kata Yeon itu bisa dilakukan nanti setelah anak mereka sudah benar-benar lahir. Jaemin kembali melihat kearah putrinya itu

"Na Byeol, nama putri saya." Byeol memiliki arti bintang, dan Jaemin berharap dengan nama Byeol dia dan Yeon akan selalu ingat putri mereka saat melihat bintang dimalam hari. Sebenarnya tanpa nama yang berarti Jaemin juga akan selalu ingat anaknya, kesalahannya, penyesalannya.

"Baik akan kami urus dan kami kabari setelah semua urusannya selesai"

"Sus"

"Ya?"

"Saya ... saya boleh gendong putri saya sebentar?," perawat itu tersenyum dan mengangguk, lalu mengeluarkan dengan hati-hati dan meletakkan dengan lembut Byeol dilengan Jaemin.

Jaemin menggigit bibirnya kuat-kuat memandangi wajah damai dan pucat putrinya, dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa dirinya tidak mencoba menyelamatkan putrinya saat diberikan pilihan.

"Maafin daddy, daddy sayang Byeol." Bisik Jaemin sambil memberikan beberapa kecupan untuk yang terakhir kalinya.

**

gimana, aman kan? 😬😬😬
aku yang nulis agak sedih karena ngebayangin gimana rasa bersalahnya Nana ke anaknya 😭😭

btw terimakasih banyakk yaa untuk birthday wishnyaa, akuu bacaa semua kok walaupun aku gak balas, semogaaa doa yang baik baik kembali ke kalian semua yaaaa. Jangan lupa jaga kesehatan selalu yaaa, love yaaa ❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] NAMILY | Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang