Sam baru mengerti, rupanya Vin membawa pelacur lain untuk menemani nya. Tapi tunggu? Benarkah Vin ada di LA sekarang?

"Ricardo...?"

"Ah maaf... Aku tidak tahu kalau Vin ada di LA sekarang. Biar kutunjukkan kamarnya, perlu akses pribadi untuk dapat sampai kesana."

"Kutunggu di front desk."

Belum sempat Sam menjawab, telepon tersebut sudah dimatikan.

"Sombong sekali dia." gerutu Sam sambil memandangi gagang telepon nya.

Karena kesal dengan pembicaraan singkatnya dengan Ray, Sam membanting gagang telepon tidak bersalah tersebut. Ia beranjak pergi menuju lobby untuk menemui tamu tak diundang yang sudah mengganggu pekerjaan nya.

"Lihat saja nanti kalau dia berhasil kutiduri." gerutu Sam didalam lift yang membawanya turun. Ia bisa membayangkan wajah lelaki bernama Kenneth tersebut, pastilah berambut kecoklatan dengan bola mata hitam dan bibir merah yang suka menghisap rokok. Tipe-tipe laki-laki yang sok.

Bayangan Sam langsung menghilang saat melihat dengan mata kepala sendiri seperti apa Kenneth tersebut. Ia bahkan sampai melongo ketika bertatap muka dengan lelaki cantik itu.

Kenneth adalah tipe lelaki yang mengintimidasi melalui tatapan. Dan Sam suka submissive seperti ini, ia bahkan sampai tidak sadar jika mulutnya sudah terbuka akibat terlalu terpesona. Sam rela membrikan apa saja untuk bisa menghabiskan satu malam dengan Tuan Raymond. Termasuk nyawanya sekalipun.

"Dimana kamar Jacob?"

Sam belum juga menyahut, membuat Ray memutar bola matanya jengah. Selalu seperti ini jika ia berhadapan dengan seorang pihak atas ataupun wanita, karena itu ia lebih suka menggunakan kacamatanya saat harus keluar. Tapi karena ini sudah malam, Ray terpaksa meninggalkan kacamata tersebut, lagi pula tidak ada gunanya memakai kacamata saat berada di klub.

"Mr. Ricardo.." panggil Ray lagi hingga Sam tergagap.

"Iy.. Iyaa.."

"Aku butuh kekamar Jacob sekarang."

Sam mengangguk, "mari.. Mari.. "

Sam membawa Ray menuju sebuah lift khusus, pria itu tidak bisa mengalihkan matanya dari sosok Ray. Untung saja dia masih ingat untuk bernafas dan berkedip.

Mereka tiba di sebuah lorong mewah yang hanya berisi dia pintu. Sam mengarahkan Ray menuju salah satu pintu di sebelah kiri, ia menekan sesuatu dan menempelkan sidik jari. Terus seperti itu hingga tiga kali.

"Ada apa?" tanya Ray.

"Akses ku ditolak. Seperti nya Vin sengaja mengunci ganda akses masuk ke kamarnya."

"Tidak ada cara lain?"

Sam mengeluarkan ponsel nya, "Aku akan menghubungi bagian sistem untuk..."

"Lama." kata Ray. Ia memberikan sebuah kartu nama pada Sam yang kebingungan saat menerimanya.

"Apa ini?" tanya Sam.

"Hubungi nomor itu kalau kau butuh ganti rugi."

"Ganti rugi?" ulang Sam semakin bingung.

Ray tidak menjawab dan mengeluarkan pistolnya, lalu menembakkan pistol tersebut kearah slot pintu, tiga tembakan yang membuat mata Sam melotot tidak percaya.

Ray menendang pintu tersebut hingga menjeblak terbuka. Ia terus masuk meninggalkan Sam yang terkesima dan menemukan dua pasangan sesama jenis kelamin yang sedari tadi ia cari dalam posisi ilegal.

Ray membidik pistolnya ke arah lengan Vin dan menembaknya, ia sengaja menyerempet kan arah peluru untuk memberi pelajaran pada Vin.

"Aaargghhh.." teriak Vin yang kesakitan, darah segar mengalir disepanjang lengannya.

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now