1 - Rahasia

6.7K 579 129
                                    

My love, sebelum membaca mohon beri vote (bintang) dulu sebagai bentuk apresiasi pada penulis.

Thank you and happy reading!

***

Dalam pernikahannya, Jecelyn selalu menerapkan konsep kepercayaan pada Jeffrian. Jecelyn tahu bahwa dalam setiap hubungan, kepercayaan itu sangat penting. Oleh karena itu, segala macam alasan yang Jeffrian buat ketika pulang telat atau tak menepati janji, dia selalu berusaha percaya.

Namun kali ini agaknya cukup sulit bagi Jecelyn untuk mempercayai perkataan Jeffrian barusan. Sebab katanya seorang istri memiliki insting yang kuat ketika suaminya berbohong.

"Enggak, Jeffrian bukan pria seperti itu," monolog Jecelyn berusaha menepis pikiran buruknya.

Ia menarik napas pelan untuk berusaha menetralkan jantungnya yang berdetak cepat akibat pikiran liar sesaatnya itu. Kemudian Jecelyn bergegas membawa baju kotor Jeffrian ke ruang cuci di sebelah dapur. Saat itu pula ia melirik kabinet di samping rak wine, di mana ia meletakkan paket tadi siang.

Seharusnya Jecelyn menyerahkan paket itu sekarang pada Jeffrian, tapi entah mengapa firasatnya mengatakan untuk ia simpan dulu. Ya, Jecelyn tak akan memberikannya sebelum Jeffrian bertanya. Bukannya jika paket itu penting maka Jeffrian akan menanyakan keberadaannya?

Setelahnya Jecelyn segera menuju ke kamar untuk menyusul sang suami. Jeffrian masih di kamar mandi, Jecelyn mendengar pria itu bersenandung.


"Yang?" panggil Jeffrian dari dalam ketika melihat bayangan Jecelyn menggeser pintu kaca pembatas bath up. Pria yang sebentar lagi menginjak kepala tiga itu tersenyum melihat istrinya.

"Mau bergabung?" tawarnya dengan senyum menggoda.

Jecelyn menggeleng, memainkan gelembung sabun yang menutupi sebagian tubuh suaminya.

"Aku sudah mandi."

"Terus kenapa ke sini? Masuk artinya ingin bermain," alis Jeffrian naik turun, Jecelyn tertawa.

"No... kita minum aja ya?"

Jeffrian tidak sadar bahwa istrinya juga membawa sebotol red wine. Lantas wanita itu mengambil gelas di lemari bawah wastafel. Gelas itu memang selalu tersedia di sana, karena Jecelyn kerap melakukan rutinitas mandi busa sembari menenggak alkohol.

"Wow, you wanna drunk? Bukankah besok ada kunjungan ke luar kota?" Jeffrian bertanya sebab ia tahu jadwal istrinya, tidak biasanya Jecelyn mabuk di hari kerja.

"Hanya dua teguk, aku nggak akan mabuk."

Lalu mereka bersulang. Jecelyn juga mengamati bagaimana cairan merah itu menuruni tenggorokan suaminya yang terlihat dari jakunnya saat bergerak naik turun.

"Why? Kenapa menatapku seperti itu?"

Jujur ketika melihat tatapan dalam Jecelyn padanya seperti itu membuat jantung Jeffrian berdetak bukan main. Kendati tidak bertanya, tapi sorot mata Jecelyn seolah menelanjanginya tentang apa yang ia lakukan tadi siang.

"I miss you," tapi jawaban Jecelyn ternyata tak seperti ketakutannya. Jecelyn hanya merindukan suaminya. Meski setiap malam pria itu tidur memeluknya, tapi Jecelyn merasa bahwa ia masih sangat merindukan Jeffrian. Dia juga tak tahu kenapa.

Night In BaliWhere stories live. Discover now