“Dia tak pantas disebut begitu.”

“Bryan...Dia sakit tidak bisakah kamu menghargainya, memberikan perhatian lebih padanya?”

Bryan menggosok hidung lalu memijit pelipisnya. “Dia punya istri yang memperhatikannya. Dia punya mamah yang dekat dengannya. Bryan mau ke kamar Mah. Mau istirahat.”

Inggrita Cuma melihat sang putra kedua meninggalkan kamar sang kakak. Dalam pikirannya bertanya-tanya, Apa Bryan iri pada Kenant atau masih menganggap Kenant seseorang yang harus disingkirkan namun apa yang perlu Bryan khawatirkan dari sosok Kenant. Bryan normal, tampan serta berpikiran waras.

🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Seperti biasa Pagi Audi berpacu dengan waktu, berpacu dengan uang. Ia bangu pagi sekali mengurusi keperluan dasar Kenant lalu menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Sarapan untuk dirinya sendiri kadang luput, tak jarang ia harus makan di dalam mobil sembari menata make up.

“Pagi..” sapa seorang anak buahnya yang ia lewati mejanya. Audi mempunyai ruangan sendiri. Tak lebih luas dari ruangan pemimpin namun cukup nyaman untuk dirinya.

“Bu, ditunggu di ruangan direktur.”
Audi hanya masuk ke ruangan untuk meletakkan tas dan juga berkas lalu bergegas ke ruangan Inggrita. Tanpa mengetuk pintu ia masuk namun begitu kursi direktur berbalik, Audi tak sanggup mengatupakn mulut.

“Apa sopan masuk tanpa mengetuk pintu?”

“Ku pikir mamah yang memanggilku.”

Di kursi ada sosok Bryan yang duduk sembari meletakkan sikunya di meja. Aura kekuasaan pria itu begitu kentara namun Audi sudah menyiapkan diri sejak lama. “Walau dia mertuamu, kalian di kantor tetap harus profesional.”

“Apa mamah sudah menyerahkan posisinya kepadamu?”

“Belum secara resmi namun segera. Ku harap kau mau menyesuaikan diri. Aku tahu.” Bryan berdiri, membuatnya seketika waspada. Pria ittu berjalan pelan namun hentakan keras nan dalam sepatunya menunjukkan jika Pria ini hendak memangsa Audi. “Selama aku tidak ada. Kau jadi lebih berkuasa.”

“Aku hanya menjalankan apa yang mamah amanatkan padaku,” jawabnya sambil menegakkan punggung.

“Sambil menyelam minum air kan? Saham yang Kenant miliki membuatmu berkuasa di sini.”

“Aku hanya berperan sebagai wakil suamiku.”
Bryan menyunggingkan sudut bibirnya. “Suami yang sekarat, lama kelamaan dia akan mati dan semuanya akan menjadi milikmu. Kau cukup pandai kan?”

“Jangan pernah mengharapakan suamiku mati. Dia pasti akan sembuh, aku akan merawatnya sampai Kenant kembali normal.”

“Jangan berpura-pura peduli. Dari awal yang kau inginkan Cuma harta Kenant.”

“Sudahlah. Berbicara denganmu adalah sesuatu yang buang-buang waktu. Jadi apa tujuanmu memanggilku?”

Bryan menaruh satu tangannya di saku sedang tangannya yang lain memainkan papan nama yang bertuliskan Inggrita. “Aku Cuma ingin menyapamu, membuatmu mengerti jika mulai hari ini keadaanmu di perusahaan ini tidak akan sama. Mamah bisa kau tipu namun aku tidak.”

Audi melempar senyum meremehkan. “Aku cukup lama memegang peran sebagai wakil direktur sedang kau baru datang sekarang. Kita tidak sama, kita tidak seimbang.” Desis Audi sambil mencodongkan tubuh dekat dengan Bryan.

Bryan menggeram marah, beraninya wanita rendahan ini menantangnya. Audi akan segera tahu posisinya dimana, sekali lumpur akan tetap menjadi lumpur walau dicoba untuk dibakar dan dijadikan porselen. “Lihat saja nanti Audi.”

Tidak perlu diijinkan Audi berbalik lalu ke luar ruangan. Hubungan mereka walau sempat berpisah akan tetap sama. Keduanya bagai dua ekor binatang pengerat yang saling menggigit. Mungkin beberapa tahun lalu Audi akan menangis mendengar hinaan Bryan namun sekarang ia Cuma bersedih sedang Bryan merasa bisa melupakan wanita itu namun terkaannya salah, hatinya kalah. Ia tetap mendambakan sang kakak ipar sama seperti enam tahun lalu.

🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇

Jangan lupa love dan komentarnya

Jangan lupa love dan komentarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
my idiot boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang