Sudah sekitar satu jam yang lalu, gadis bermata monolid itu menyandarkan kepalanya dipundak kekasihnya itu dengan jari jemari yang bertautan. Tidak ada obrolan serius. Mereka hanya berbincang ringan dengan sesekali menyuapkan berondong jagung kemulut masing-masing. Agenda menonton film (katanya). Namun film hanyalah syarat saja. Mereka tidak benar-benar memperhatikannya.
Sesekali Jimin mengecup pucuk kepala puannya. Cukup mengagetkan baginya mengetahui bahwa hari ini Seulgi sangatlah clingy. Seulgi bahkan hanya memperbolehkannya pergi ketoilet. Namun ia tidak menanyakan lebih. Ia mengikuti kemauan Seulgi karna ia sendiri justru merasa lebih diuntungkan jika Seulgi dalam mode seperti ini.
"Aku benci sekali melihat jam" ucap Seulgi membuka suara setelah akhirnya mengangkat kepalanya dari pundak Jimin.
"Kenapa?" respon Jimin.
"Ia berjalan terlalu cepat" jawabnya cemberut yang dibalas kekehan oleh Jimin.
"Kalau begitu buang saja jamnya. Semua memang salah jam." ucap Jimin sambil tertawa ringan.
"Aku menunggumu 3 bulan lamanya. Tapi apa? Setelah kau bangun, aku bahkan tidak bisa menghabiskan waktu yang lebih lama bersamamu."
"Jadi ini dibalik sikap clingy-mu seharian ini, huh?"
Seulgi mengalihkan atensinya kewajah Jimin. Matanya mulai berkaca-kaca. Melihat hal itu Jimin tersentak. 'Ada apa?' pikirnya dalam hati.
"Aku sekarang punya satu hal yang paling aku takuti."
"Apa itu?"
"Kehilanganmu. Melihatmu terbaring lemah dengan mata yang terus terpejam adalah hal yang paling menakutkan." tutur Seulgi menahan air dari matanya.
"Jangan lagi ya? Bahkan kalau hubungan ini taruhannya, aku bersedia merelakan hubungan ini asal hal itu tidak terjadi lagi." tambahnya.
Jimin meraih kedua tangan Seulgi yang terkepal. Salah satu kebiasaan Seulgi saat ia ingin menahan airmatanya agar tidak jatuh. Diusapnya lembut menyalurkan kehangatan dari tubuhnya.
"Maaf ya? Maaf aku selalu membuatmu khawatir. Aku janji tidak akan seperti itu lagi. Tapi kalau kau justru mempertaruhkan hubungan kita demi itu, justru kondisiku akan lebih parah. Apapun yang terjadi aku mohon jangan relakan hubungan kita. Rotasi hidupku sudah berporos padamu. Jangan menghilang..."
"Iya, maaf. Aku hanya tidak ingin hal itu terjadi lagi. Kapan-kapan kita harus kekuil, berdo'a bersama ya."
"Berdo'a kepada dewa ya? Tapi apa dewa akan menerima do'a orang tak beragama sepertiku?"
"Bahkan yang beragama juga tidak terjamin bahwa do'anya diterima. Terkadang kita tidak perlu memikirkan perihal hasil yang akan kita dapatkan. Selama itu hal baik, aku rasa itu tidak masalah."
Jimin tersenyum. Ia mendekap gadisnya, menyalurkan kebahagiaan hatinya. Entah sudah berapa kali ia merasa bahwa ia sangatlah beruntung memilikinya. Tidak peduli darimana asal malaikatnya dikirimkan, apakah berasal dari dewa atau Tuhan, yang jelas ia berterimakasih.
Mereka melepas pelukan satu sama lain. Kini tak ada lagi air yang menumpuk dipelipis mata Seulgi. Lalu mereka pergi kedapur untuk mengambil wine, melepas dahaga mereka seharian ini. Terdengar suara gelas mereka beradu serta tawa Jimin saat melihat sang kekasih meneguk wine dalam satu kali tegukan.
"Masshitaaa..."
"Kekasihku memang selalu pandai minum. Tidak seperti wajahnya yang menggambarkan bahwa ia hanya akan meminum susu seperti Jungkook hahaha" ucap Jimin yang dibalas pukulan ringan dilengannya oleh Seulgi.
"Tapi Jungkook sudah tidak terlihat seperti bayi lagi... Kenapa ia cepat sekali dewasa. Apa ia sedang jatuh cintaaa???" tanya Seulgi. Seulgi memang tidak begitu dekat dengan Jungkook, tetapi member BTS yang paling sering Jimin ceritakan sejak mereka dekat adalah Jungkook sehingga ia juga memperhatikan Jungkook seperti Jimin.
"Kau tau, patah hati selalu membuat orang terlihat lebih dewasa." jawab Jimin.
"Oh, dia sedang patah hati? Wah siapa yang berani-beraninya mematahkan hati seorang Jeon Jungkook? Apa dia sudah kehilangan akalnya?"
"YA KAN. Aku juga kesal sekali awalnya. Dan kau tau alasan perempuan itu menolak Jungkook? Ia bilang bahwa Jungkook masih seperti anak kecil. Apanya yang kecil? Dia bahkan bisa mengangkatku dan Taehyungie saat kami sedang berkelahi."
"Oh jadi itu alasan kenapa ia beberapa tahun belakangan terlihat lebih dewasa ya? Wow, patah hati memang merubah segalanya."
"Yah aku juga tidak tau pastinya. Hanya feelingku saja. Lagipula Jungkook selalu mengidamkan wanita yang lebih tua. Padahal mungkin saja ia mendapatkan yang lebih cocok dengannya jika ia tidak melihat umur."
"Bagiku itu terdengar seperti, 'Wanita yang lebih muda jauh lebih baik'" ucapan Seulgi membuat Jimin tersedak. Terlalu asik bercerita sampai ia tidak sadar bahwa dirinya memacari seorang wanita yang lebih tua darinya walau hanya setahun.
"Yah tipeku awalnya juga yang lebih muda, sayang. Tapi kau saja yang tidak sopan mematahkan hal itu. Hanya saja itu berlaku untukmu saja."
"Kau yang jatuh cinta, aku yang disalahkan. Dasar pendek." ejek Seulgi sembari berlari menghindari amukan Jimin.
*to be continued*
YOU ARE READING
The Things Only We Know
FanfictionSebuah cerita imaginasi tentang Jimin (BTS) dan Seulgi (Red Velvet) dikehidupan asli mereka sebagai idol... HAPPY READING!!! ~^v^~
