Pagi ini seperti biasa, rumah bergaya modern minimalis itu nampak dihiasi dengan pekikkan tiga orang anak didalamnya. Jaehyun tidak lagi merasa asing dengan suasana ribut seperti itu sejak kelahiran putra kembarnya beberapa tahun lalu. Maka kini, dirinya berdiri dianak tangga terakhir sembari memperhatikan ketiga putranya. Penampilan seadanya, sebab dirinya baru saja bangun dari tidur.
Eksistensi istrinya menjadi hal pertama yang ia cari. Renjun tidak nampak didalam kamar saat dirinya bangun. Maka dengan innisiatif sendiri dirinya turun ke lantai bawah rumahnya. Mengira Renjun tengah berkutat dengan peralatan masaknya, mengingat jam-jam ini adalah waktunya sarapan. Tetapi perkiraannya kembali meleset saat tak mendapati orang itu didapur.
Dengan sedikit kekesalan dihatinya, Jaehyun berjalan menuju lemari pendingin. Mengambil botol air mineral dan meneguknya hingga tandas. Teringat kejadian semalam, dimana dirinya dan Renjun terlibat sedikit cekcok. Sebenarnya untuk ukuran kepala keluarga dan juga seorang ayah, kadar kepekaan Jaehyun ini terbilang tinggi. Namun kali ini, dirinya cukup tak mengerti dengan sikap istrinya yang tiba-tiba berubah. Sebab dan akibatnya, Jaehyun merasa tidak sedang melakukan kesalahan. Mereka baik-baik saja sepulang dari negara kelahiran istrinya, pada awalnya.
"SELAMAT PAGI AYAH!" Ini suara Jaemin yang menyapa sang Ayah dengan lantang. Raut sumringah anak itu mau tak mau membangkitkan senyum sang ayah yang memang sebelumnya figur tampan itu dilingkupi raut muram.
"Pagi, jagoan-jagoannya Ayah," sapa balik Jaehyun. Kemudian dirinya berlutut didepan putranya. Memeluk mereka satu per satu di iringi kecup singkat di pagi hari.
"No... Yah buu..." Dan berbeda dengan si bungsu yang langsung menjauhkan wajah Jaehyun menggunakan jemari berlemak miliknya.
Kontan Jaehyun tertawa mendapat penolakan gamblang dari si kecil. Ia memeluk tubuh gempal itu dengan gemas, membuat si bayi memekik tak terima dengan tangan menggapai apapun.
"Yah akayy huh... buuu..." Jisung merengek mengusap-usap pipinya yang menjadi sasaran kegemasan ayahnya sendiri. Matanya berkaca hendak menangis jika saja suara sang kakak tidak menginterupsinya.
"Jie lihat, Kakak Nana punya apa?" Jaemin menunjuk benda lembek yang berada ditangannya.
"Pa?!" pekik Jisung menggapai-gapai Jaemin dengan tangannya, sementara tubuhnya masih tertahan dalam pelukan sang ayah. "Na... Mu Na!"
"Kakak, bukan Na." Jaehyun melepaskan tubuh berisi anaknya. Lantas mengajari anak itu untuk memanggil kakaknya dengan benar. "Kakak Nana," ucapnya.
"Na?"
"Ka-kak." Jaehyun mengajarinya dengan telaten dan perlahan.
"Ta-ta?"
"Ka-kak..."
"Ta-ta..."
Jaehyun tersenyum maklum mendengar itu. Mengapresiasi sang bayi yang mau mendengarkannya. "Kakak Nana," ajarnya sekali lagi.
"Nana!"
Ada sesosok makhluk lagi yang sejak tadi hanya diam. Si sulung Jeno yang nampak tak acuh dengan keadaan disekitarnya. Setelah memberi kecup pagi untuk ayahnya, anak itu memilih kembali berdiam diri dengan pandangan menatap layar televisi yang menyiarkan siaran animasi.
Jaehyun mengusap surai si bungsu. Lalu menatap si kembar bergantian. Ada rasa takjub saat melihat dua putranya itu bahkan tidak rewel saat bermain sendirian. Si bungsu juga. "Amma kemana?" tanyanya.
"I don't know," balas Jaemin dengan pelafalan yang masih terdengar asing ditelinga ayahnya.
"No?" panggilnya pada si sulung.
BINABASA MO ANG
OUR FAMILY | JaeRen ft Jeno Jaemin
FanfictionKasih Ibu sepanjang masa. Kasih Ayah sepanjang jalan. BxB || MPreg ©Jeojae Start : 9 Juni 2021
